Zira Azizah tidak pernah mempunyai keinginan sedikit pun untuk menikah diusianya yang masih muda namun apa daya sang ayah tiba-tiba meminta nya untuk menikah padahal ijazah sekolah SMA pun belum ia terima .
Ikuti kelanjutan nya dan jangan lupa mohon dukungan nya 🙏🙏🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Hardianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 ~ Istri Shalehah
Sore hari sekitar jam 4 , Gaffi dan Zira memutuskan untuk pulang ke apartemen. Walau berat namun Zira juga tidak bisa membiarkan suami nya pulang sendiri dalam keadaan kurang sehat .
" Maaf ya dek nanti lain kali kita main kesini lagi " , Ucap Gaffi yang melihat Zira langsung cemberut ketika diajak pulang .
" Atau kamu mau disini dulu ya udah gapapa " , ucap Gaffi lagi memberi pilihan.
Zira menggelengkan kepalanya namun masih memajukan bibirnya.
" Aku ikut pulang aja sama Abang " , jawab Zira seraya menundukkan kepalanya.
" Anak pintar " , balas Gaffi seraya mengelus lembut kepala Zira yang terbalut hijab .
Keduanya langsung keluar kamar dan berpamitan kepada semua orang .
" Gak tidur disini lagi aja nak ? " , tanya Ayah Syahdan yang mengkhawatirkan kondisi menantu nya .
" Lain kali saja yah , kebetulan besok ada pertemuan dikantor " , jawab Gaffi tersenyum.
" Itu bisa diwakilkan pak bos bisa santai aja " , timpal bang Ziddan seraya menaik turunkan kedua alisnya .
" Ga bisa gitu dong semua sudah mempunyai tanggung jawabnya masing-masing bos " , timpal Gaffi seraya menepuk pelan bahu bang Ziddan .
" Okedeh Siap pak bos " , balas Bang Ziddan seraya tangannya hormat.
" Apaan lagi bos bos ? " , timpal Gaffi menggelengkan kepalanya.
Ayah Syahdan dan bunda Zoya hanya menggelengkan kepalanya melihat anak dan menantunya yang memang sudah terjalin persahabatan sejak lama bahkan kini keduanya sudah mempunyai usaha masing-masing dan terjalin kerja sama juga .
" Oh ya nak , ini ibu sudah buatin untuk kalian nanti kalau mau makan tinggal hangatkan saja ya " , Ujar bunda Zoya seraya menyodorkan tas paperbag berukuran sedang.
" Apa ini Bu ? " , tanya Zira senang .
" Itu rendang sama ada beberapa cemilan kesukaan kamu " , jawab bunda Zoya tersenyum.
" Ya Allah Bu maaf jadi merepotkan " , timpal Gaffi tidak enak .
" Ngga sama sekali " , jawab bunda Zoya tersenyum.
Keduanya langsung menyalami semua orang , dan masuk ke dalam mobil .
" Assalamualaikum " , salam Gaffi dan Zira berbarengan.
" Wa'alaikum salam " , jawab semuanya kompak .
Mobil yang dikendarai Gaffi mulai meninggalkan pekarangan rumah Ayah syahdan.
Zira menunduk lesu , pasti nanti ia akan merasa kesepian lagi diapartemen apalagi ketika ditinggal kerja oleh Gaffi.
" Kenapa dek ? " , tanya Gaffi seraya meraih satu tangan Zira .
Zira sedikit kaget , ia langsung menatap Gaffi sekilas dan kembali menunduk.
" Jangan sedih kaya gitu dong " , ucap Gaffi menatap Zira sekilas dan kembali fokus dengan jalanan .
" Ngga , Zira ga sedih kok " , jawab Zira berbohong.
" Lalu kenapa mukanya kaya gitu ? , pas waktu mau berangkat perasaan kamu semangat bener " , timpal Gaffi seraya memainkan satu tangan Zira yang ia genggam.
" Ii geli tahu " , keluh Zira seraya menarik satu tangannya namun sayang Gaffi sudah kembali menggenggam nya dengan erat .
" Mau mampir dulu buat jajan gak ? " , tanya Gaffi seolah sedang membujuk anak kecil .
" Ngga ah aku mau langsung pulang aja " , jawab Zira seraya menyandarkan kepada pada kursi .
Gaffi melepaskan genggaman tangannya dan satu tangannya membenarkan posisi kursi biar Zira bisa nyaman bersandar.
" Makasih " , ucap Zira seraya memaksakan tersenyum.
Gaffi memang perhatian dan sangat peka orang nya .
Zira memutuskan bermain ponsel , dan ketika baru menyalakan ponselnya ternyata ada notifikasi pesan baru masuk . Zira langsung tersenyum sumringah ketika membaca isi pesan itu .
Ia langsung membenarkan posisi duduknya dan menatap ke arah Gaffi , ingin mengatakan sesuatu namun Zira ragu-ragu.
" Kenapa dek ? " , tanya Gaffi seraya fokus mengemudi namun ia tahu gerak-gerik istrinya.
" Abang boleh gak besok Zira pergi sama teman-teman ? " , tanya Zira pelan .
" Pergi ke mana ? " , tanya Gaffi melihat Zira sekilas .
" Itu ke kampus , mereka ngajakin buat lihat-lihat kampus sekalian minta brosur sama cari-cari info pendaftaran " , tutur Zira panjang lebar .
" Kan di Internet juga sudah ada dek infonya atau kamu bisa kunjungi website dan sosial medianya disana sudah jelas kok " , jawab Gaffi menjelaskan.
" Hmmm ya tapi kan beda dengan datang langsung ke sana " , balas Zira yang mulai bete karena takut Gaffi tidak memberi izin .
" Ya udah boleh " , timpal Gaffi yang memang tidak bisa melihat Zira merajuk.
" Yee makasih banyak Abang " , ucap Zira seraya memeluk satu tangan Gaffi .
Gaffi hanya tersenyum melihat tingkah Zira .
Sebelum waktu shalat magrib tiba mereka sudah sampai diapartemen , keduanya langsung membersihkan diri dan bersiap-siap untuk shalat .
Jangan tanya , sudah pasti Gaffi membersihkan diri menggunakan kamar mandi dapur dan membiarkan Zira menggunakan kamar mandi yang ada dikamar .
Keduanya menunaikan kewajibannya di mushola dengan khusu.
Dan setelah nya Zira langsung menuju dapur , entah dapat angin dari mana Zira mempersiapkan untuk makan malam , mulai dari menghangat rendang dari bunda Zoya , memasak sayur kuah capcay baso , tak tertinggal dengan sambal goreng , lalu ia menyiapkan semuanya dimeja makan .
" Abang ayo makan dulu " , ajak Zira dan kebetulan Gaffi tengah membaca buku diruang tv .
Gaffi mengangguk dan ia mengikuti Zira ke meja makan .
" Waw ini semua kamu yang masak dek Masya Allah ternyata istrinya Abang pintar masak " , kagum Gaffi tidak menyangka .
" Ya Zira belajar sedikit-sedikit dari bunda " , Jawab Zira jujur .
Zira langsung mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan juga lauk pauk lalu Zira menyerahkan nya pada Gaffi .
" Terimakasih banyak istri Sholehah ku " , ucap Gaffi seraya memuji Zira .
Zira menunduk entah setiap Gaffi menyebutnya istri shalehah menjadi tamparan tersendiri bagi Zira karena ia masih jauh dari apa yang Gaffi sebutkan , dan kini Zira ingin memulai semua nya sesuai apa yang diajarkan bunda Zoya .
Keduanya makan dengan tenang dan Gaffi benar-benar menikmati makanan hasil tangan istrinya, walau ia belum benar-benar pulih namun entah kenapa melihat Zira yang semangat menyiapkan makanan untuk nya selera makan Gaffi langsung kembali bahkan bertambah berkali lipat .
Tak lama keduanya sudah menyelesaikan makannya , Zira langsung berdiri dan mengambil piring dan juga gelas kotor .
" Dek udah kamu istirahat aja , biar semua ini Abang yang bersihkan " , cegah Gaffi lembut .
" Tapi Abang kan masih sakit " , tolak Zira .
" Ngga apa-apa lagian Abang sudah lebih baik kok " , balas Gaffi tersenyum.
" Beneran gapapa ? , atau Zira bantu aja ya ? " , tanya Zira dan memberikan tawaran .
" Ga usah dek biar Abang aja sendiri lebih baik kamu istirahat aja dikamar" , tolak Gaffi yang kasihan seharian ini Zira sudah cape .
" Ya udah deh " , jawab Zira dan akhirnya ia menurut pada Gaffi .
Zira pergi ke kamar , sementara Gaffi ia yang membereskan meja makan dan mencuci piring dan juga gelas kotor.
Gaffi benar-benar bersyukur mempunyai istri seperti Zira ternyata ia benar-benar wanita yang baik dan Gaffi tidak menyangka ternyata sepulang dari rumah Ayah syahdan banyak sekali perubahan yang terjadi pada Zira .
~