Tiga sahabat sejak kecil. Azalea, Jenara, dan Mohan, memasuki dunia kampus dengan kisah masing-masing.
Azalea diam-diam mencintai Mohan, tapi harus rela melihat cowok itu mencintai orang lain.
Di tengah luka itu, Jenara—sahabat yang selalu ada, menjadi tempat Azalea bersandar. Namun siapa sangka, Jenara justru menyimpan cinta yang lebih dalam.
Ketika akhirnya Azalea membalas perasaan itu, masa lalu Jenara muncul dan menghancurkan segalanya. Lalu tragedi terjadi, menyeret nama Mohan dan membuat Jenara pergi tanpa pamit.
Bagaiman kehidupan Mohan dan Azalea setelah tragedi itu?
Apakah Jenara akan kembali menepati janjinya untuk selalu di sisi Azalea?
Mungkin hidup Azalea tak lagi sama. Lukanya masih ada, namun disimpan rapi dibalik senyum gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Faroca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bentakan Jenara!?!?
Azalea masih terpaku ditempatnya, matanya tak lepas dari sosok Jenara yang saat ini menjadi pusat perhatian mahasiswa yang berada dikantin. Ekspresi panik cowok itu begitu nyata. Terkejut, canggung, bingung bahkan rasa bersalah kini berkecamuk di dalam hati Jenara saat ini.
Regi dan Fani berdiri di sisi kanan dan kiri Azalea, tangan mereka masih saling menggenggam. Dan tatapan kedua temannya itu langsung menusuk tajam ke arah Jenara dan Nadine.
Azalea menarik nafas panjang, dadanya bergetar tapi dia berusaha tetap tegak. Mungkin tanpa kedua temannya, lutut Azalea sudah lebih dulu melemah. Tapi kali ini dia berusaha bertahan, agar tidak rapuh di depan keempat manusia yang berada di depan matanya saat ini.
Azalea melihat Jenara menepis tangan Nadine dengan kasar, dan cowok itu berjalan ke arahnya. Namun sebelum Jenara sampai ke tempat mereka berdiri, Azalea menarik tangan kedua temannya menuju meja kosong di sudut kantin tersebut.
"Kita duduk disini ya girls, hari ini gue traktir kalian karena kita udah menyelesaikan tugas kelompok dari Pak.tanjung," Azalea berusaha bersikap biasa dan tersenyum, padahal jauh didalam sana lagi-lagi hatinya terluka. Regi dan Fani menatap gadis itu iba.
"Za, are you okay?" Regi berkata pelan. Azalea hanya tersenyum dan mengangguk.
Namun tiba-tiba Jenara sudah berdiri di meja mereka. Azalea melirik Jenara dari ekor matanya.
"Azalea!!! ada yang perlu kita omongin," ucap Jenara.
"Fan... Lo yang pesen ya, gue mau jus strawberry sama mie goreng." Azalea mengabaikan Jenara.
"Ok... Ayo Gi ikut gue," ajak Fani, namun Azalea memegang tangan Regi.
"Lo sendiri aja nggak apa-apa kan, Regi biar disini nemenin gue..." Fani mengangguk lalu bertanya pada Regi menu apa yang ingin dipesannya. Lalu gadis itu berlalu meninggalkan keduanya.
"Za... Aku boleh duduk disini," tanya Jenara.
Azalea menoleh ke arahnya, tatapan mereka bertemu sepersekian detik—lalu Azalea memilih memalingkan wajahnya ke sisi lain.
"Maaf... Gue sama temen-temen lagi pengen bertiga aja." ucapnya datar,
"Aku bisa jelasin Za, itu nggak kaya yang kamu liat..." Jenara duduk disamping kekasihnya itu.
"Nggak ada yang harus dijelasin, semuanya udah jelas kok. Kalian berempat habis duduk bareng, ngobrol bareng dan main drama bareng. Sampe jadi pusat perhatian seisi kantin, bahkan sampai saat ini mata mereka masih tertuju sama lo dan mereka." suara Azalea masih terdengar datar, namun kali ini disisipkan dengan kekehan sinisnya.
Azalea berusaha untuk menenangkan hatinya, namun dari mata gadis itu terdapat Amarah dan kekecewaan yang nyata.
"Mendingan lo balik lagi ke meja mereka, karena gue sama temen-temen gue nggak mau diganggu. Apalagi jadi pusat perhatian kaya gini," Usirnya pelan..
"Za... Aku nggak nongkrong bareng mereka, aku cuma...." kalimatnya terputus karena suara seseorang.
"Eh dasar cewek nggak tau diri lo ya, kemaren Lo gangguin gue sama Mohan dan sekarang Jenara sama Nadine. Mau lo apa sih?" Tiba-tiba Amara memotong kalimat Jenara, dan dengan emosi gadis itu membentak Azalea dengan suara kerasnya.
Azalea memejamkan matanya sebentar, tangannya mengepal. Gadis itupun beranjak dari duduknya. Jenara mencoba menggenggam tangan gadis itu, namun Azalea malah melepaskannya dengan cepat. Gadis itu malah menatap Mohan.
"Moh!!! bisa nggak cewek lo ini, Lo rendem ke air yang ada es batunya? Pusing gue, setiap ketemu dia marah-marah mulu," ucapnya berusaha tetap santai. "Oh ya, jangan lupa tensi juga darahnya. Takut hipertensi akut, kan nggak lucu lagi marah-marah gini eh cewek lo malah stroke." Sambung Azalea dengan nada sinisnya. Mohan hanya terdiam tak bisa membalas perkataan Azalea.
Beberapa mahasiswa disana mulai tertawa mendengar kalimat random gadis itu. Regi serta Fani yang baru datang dan sempat mendengarnya pun ikut tertawa.
"Hahahaha... Stroke??? Semoga disegerakan deh buat lo," Regi menunjuk ke arah Amara
"Diem Lo! Gue nggak punya masalah sama lo," Bentak Amara pada Regi.
"oh...takut banget gue," Ledek Regi sambil berekpresi pura-pura ketakutan.
"Eh Azalea, gue tau kalian itu sahabatan. Tapi jangan baper dong kalo ngeliat sahabat Lo lagi ngedeketin cewek lain," Sindir Amara tajam.
"Gue nggak baper kok, gue cuma heran. Kenapa orang yang bikin masalah, selalu berisik duluan. Contohnya kaya lo sekarang ini. Tiba-tiba dateng kemeja gue dan marah-marah," ucapnya datar namun tegas.
"Dan buat lo Nadine, lo belajar deketin cowok darimana sih? menurut gue ya, cara lo tuh kaya cewek murahan... cewek yang haus akan sentuhan," Azalea mendekati Nadine, matanya menatap tajam ke arah gadis itu.
"Kenapa? Lo cemburu?cuma sahabat kan?" Nadine menantang.
"Cemburu? tadinya sih iya, tapi ngeliat sahabat gue nyaman disentuh cewek kaya lo—gue akan relain kok, tenang aja."
"Azalea cukup!!! Kita lagi jadi tontonan disini," ucap Jenara menengahi.
Azalea menatap Jenara, " Gue nggak minta mereka buat nonton, tapi...kalo ada yang berani ngelakuin sesuatu di depan umum, berarti dia siap ditonton," serunya datar.
"Atau mungkin lo kesel sama gue, karena cewek lo ini gue bilang cewek murahan ya?" gadis itu tersenyum, tapi dibalik senyumannya ada kesedihan.
"Azalea!!!! Kenapa sih lo keras kepala banget, kenapa lo nggak mau dengerin penjelasan gue." Bentakan Jenara sukses membuat Azalea tersentak. Matanya mulai memanas, jantungnya terus berdegup kencang. Mohan yang sadar akan reaksi Azalea, mulai ingin mendekat tapi Amara menahan pacarnya itu.
Amara dan Nadine nampak tersenyum, karena merasa rencananya mulai berhasil. Sedangkan Jenara, saat ini cowok itu mulai menyesal dengan apa yang dilakukannya barusan. Bentakan itu pasti menyakiti hati Azalea....