Xaviera wanita berusia 25 tahun, seorang anak dan cucu dari keluarga konglomerat. Namun kehidupan sehari-harinya yang berkilau bagaikan berlian berbanding terbalik dengan kisah asmaranya.
Perjodohan silih berganti datang, Setiap pria tidak ada yang benar-benar tulus mencintainya. Menjadi selingkuhan bahkan istri kedua bukanlah keinginannya, melainkan suatu kesialan yang harus di hadapi. Sebuah sumpah dari mantan kekasihnya di masa lalu, membuatnya terjerat dalam siksaan.
Suatu hari, pertemuan dengan mantan kekasihnya, Rumie membuatnya mati-matian mengejarnya kembali demi ucapan permintaan maaf dan berharap kesialan itu hilang dalam hidupnya.
Akankah Xaviera bisa mendapatkan maaf yang tulus dari Rumie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Suara ponsel berdering, membuat Xaviera yang sedari tadi duduk di ruang tunggu ICU segera bangkit. Melihat Jones menghubunginya.
“Pulang sekarang,” ucap Jones dari balik telpon.
Sebelum Xaviera memberikan jawaban, jones sudah mematikan telepon.
“Apa aku harus menunggu sampai Rumie sadar?”
“Bagaimana jika Rezty tahu, ini akan menjadi masalah baru?”
Xaviera mondar-mandir di depan pintu ruangan ICU. Namun, belum terlihat Rumie sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan.
Saat ingin duduk kembali, Xaviera melihat kedatangan sekretaris pribadi Rezty. Seketika, Xaviera segera berbalik badan dan berjalan pergi meninggalkan tempat.
Xaviera akhirnya memilih kembali ke rumah dengan hati yang berat.
“Rumie, kenapa hal ini terjadi terlalu jauh? Seharusnya kita bisa bersama setelah ini, tapi …” air mata menetes di pipi. Perasaan bersalah mulai terbesit kembali.
Tiba di rumah, Jones sudah duduk di ruang tengah menunggu kepulangan Xaviera.
“Kamu dari mana?” Jones bertanya dengan nada keras.
Xaviera tidak menoleh maupun menjawab. Pikirannya saat ini kacau dan lelah. Dia menaiki tangga dengan cepat dan pergi ke kamarnya.
Jones mengikuti langkah Xaviera dari belakang, melihat Xaviera yang diam tidak menjawab pertanyaannya membuatnya kesal.
“Kau menemui, Rumie?” Jones menarik pundak Xaviera dari belakang.
“Aku lelah, tidak ingin berdebat.” Xaviera menjawab dengan nada datar, lalu menyingkirkan tangan Jones.
“Aku ingin setelah ini tidak ada lagi pertemuan dengan keluarga Andreas, kau mengerti!” Jones menarik tangan Xaviera, membuat Xaviera berbalik menatapnya.
“Ini semua gara-gara kamu!” Xaviera menatap wajah Jones dengan mata yang basah, dia memukul dada Jones berulang kali, “ini gara-gara kamu, ini semua karena kamu. Kenapa kamu memberikan alamat rumah ini padanya? Kenapa?!”
Air mata Xaviera menetes kembali, dan Jones yang melihat kesedihan di mata Xaviera, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekatinya. Jones perlahan mendekat dan memeluk Xaviera, mencoba memberikan kenyamanan.
Tetesan air mata Xaviera berpindah ke dada Jones, dan pukulan kecil kepalan tangan Xaviera di bahu Jones membuat Jones merasakan kesedihan dan rasa bersalah yang mendalam pada Xaviera.
Jones tidak berkata apa-apa, hanya memeluk Xaviera erat, membiarkannya menangis dan melepaskan semua kesedihan dan rasa bersalah yang ada di dalam hatinya.
“Lepaskan dia, dia hanya bagian masa lalumu. Andreas tidak akan membiarkanmu menyentuh Rumie, itu akan menjadi masalah besar.” Jones berusaha menasehati Xaviera, ketika wanita yang saat ini dalam pelukannya berhenti menangis.
Xaviera hanya diam, kemudian keduanya saling bersandar duduk di sofa.
Jones, mencoba memperbaiki situasi dan menyentuh hati Xaviera agar mampu melepaskan Rumie. Perlahan menyentuh kedua tangan Xaviera dengan lembut, dan menciumnya.
“Kita perbaiki hubungan kita, aku tidak akan mungkin bisa meninggalkanmu. Dan akupun tahu kamu membutuhkanku, jadi untuk apa kamu terus mengejar hal yang tidak penting.”
Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Jones, sedari tadi padahal tidak di dengarkan sedikitpun oleh Xaviera.
Saat ini Xaviera tengah berpikir keras, bagaimana caranya membawa Rumie pergi? Hanya ada waktu 3 bulan, dia bisa melihat Rumie. Waktu yang tidak banyak untuk bisa menebus kesalahan.
“Aku ingin istirahat,” ucap Xaviera. Lalu, bangkit dan berpindah ke tempat tidur. Menutup tubuh dan wajahnya dengan selimut.
Sedang Jones, masih tidak beranjak pergi meninggalkan kamar Xaviera. Dia duduk di sofa, mengamati wanita yang dia cintai.
Di balik selimut, Xaviera membuka matanya, rasa lelah dan kantuk mulai dirasakan.
Namun, pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran tentang kondisi Rumie. Xaviera memiliki niat untuk membawa Rumie kabur dari rumah sakit dan meninggalkan Berlin.
Saat pikirannya dipenuhi dengan langkah-langkah yang penuh resiko, sentuhan pelukan dari belakang membuat Xaviera berpura-pura memejamkan matanya.
“Biarkan aku memelukmu malam ini,” ucap Jones.
Perlahan pelukan yang hangat itu membuat Xaviera benar-benar terlelap tidur.
Xaviera selalu memikirkan rencana untuk kembali bersama Rumie, tanpa menyadari telah menyakiti Jones yang telah menunjukkan cinta dan kesetiaan terhadapnya.
Esok harinya, berita tentang hubungan Xaviera dan Jones menyebar luas di media. Keduanya menjadi sorotan utama di berbagai media Eropa, dengan banyak reporter dan paparazi yang berusaha mendapatkan pernyataan dari mereka.
Jones dengan tegas menjawab saat diwawancarai oleh para reporter. “Ya, saya hidup bersama dengan Xaviera,” katanya dengan percaya diri. “Kami memiliki hubungan yang sangat dekat dan saling mencintai.”
Pernyataan Jones ini kemudian menjadi headline di banyak media, dan masyarakat Eropa pun mulai membahas tentang hubungan mereka.
Sementara, Zara terkejut dan merasa sakit hati ketika mendengar berita tentang hubungan Xaviera dan Jones.
Dia tidak menyangka bahwa Jones yang selama ini menolaknya, itu semua karena wanita yang pernah ditemui di restoran, yaitu Xaviera.
“Sialan! Tidak cukup hanya Maria yang aku singkirkan. Saat ini aku juga menyingkirkan wanita pel*cur itu,” gerutu Zara. Membanting garpunya, ketika sedang sarapan malah disuguhkan dengan berita yang membuatnya kesal.
Zara kemudian menyuruh orang bayaran, untuk menyelidiki semua tentang Xaviera. Dia merasa diremehkan oleh Jones.
Pernyataan dari Jones di media, juga dilihat dan didengar oleh Xaviera.
“Apa maksudnya? Dia telah melanggar perjanjian.” Xaviera merasa, Jones saat ini bersikap di luar batas. Seolah memberikan jarak yang lebih jauh agar tidak bisa kembali dengan Rumie.
Kabar lain dari karyawan toko perhiasan yang mengatakan banyak reporter yang datang menunggu kedatangannya, membuat Xaviera kesal. Dia akhirnya tidak bisa kemanapun hari ini. Karena para reporter juga mengepung di luar gerbang rumahnya.
Niatnya untuk mengunjungi Rumie dan merencanakan membawa Rumie kabur pun sementara harus ia urungkan. Rasa khawatir, jika Reztye membawa Rumie kembali ke Amerika membuat Xaviera mengurus seseorang untuk menjadi mata-mata di rumah sakit.
“Sialan! Jones!” teriak Xaviera di dalam kamar.
Saat sore hari, kunjungan tak terduga pun membuat Xaviera terkejut.
“Nona, Nona Zara datang dan menunggu Anda di ruang tengah,” ucap pelayan.
Xaviera yang tengah sibuk bermain piano menoleh, “Kenapa kau biarkan dia masuk?!” gertak Xaviera.
“Maaf Nona, saya tidak tahu jika Nona akan menolaknya. Karena dia adalah keluarga Tuan Jones,” ucap pelayan.
“Dasar bodoh! Usir dia!” gertak Xaviera.
Dua pelayan tampak kebingungan menjawab.
Sedangkan, suara teriakan Xaviera terdengar oleh Zara. Zara pun berjalan mendekat ke arah Xaviera.
“Hai j4lang, kau ingin mengusirku.” ucap Zara di depan pintu ruang musik.
Xaviera menoleh ke arah pintu, memberikan sorotan tajam menyambut kedatang Zara.
Wah, bakal ada perkelahian kedua nih.
Kira-kira siapa nih yang bakal menang, si keras kepala Xaviera atau si wanita yang paling terobsesi dengan Jones, Zara?
Penasaran, kan? Tinggalin jejak dulu ya.
Jangan lupa untuk dukung karyaku, dengan vote, like, subscribe dan coment.
Hadiah juga ya teman-teman.