Bayinya tak selamat, suaminya tega berkhianat, bahkan ia diusir dan dikirim ke rumah sakit jiwa oleh Ibu mertua.
Namun takdir membawa Sahira ke jalan yang tak terduga. Ia menjadi Ibu Susu untuk bayi seorang mafia berhati dingin. Di sana, Sahira bertemu Zandereo Raymond, Bos Mafia beristri yang mulai tertarik kepadanya.
Di tengah dendam yang membara, mampukah Sahira bangkit dan membalas sakit hatinya? Atau akankah ia terjebak dalam pesona pria yang seharusnya tak ia cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 #Celem Kaya Gocilla
Pukul 09.00 pagi, rutinitas dimulai. Baby Zee dan Baby Zaena selesai mandi. Tampak Sahira mengoleskan baby oil pada kulit mereka yang lembut, kemudian memakaikan popok dan baju kembar yang menggemaskan. Keduanya tampak tenang, menikmati sentuhan ibunya.
"Oaa!" Baby Zaena menggeliat, membuat Sahira tersenyum dan mengecup tangan mungilnya. Tak lama, tangisan Baby Zee menyusul, tanda ia lapar.
Sahira segera menyingkap bajunya, dan Baby Zee dengan cepat menyusu. Tiba-tiba, tangis Baby Zaena pecah, seolah tak mau kalah.
"Sabar ya, sayang, nanti giliranmu setelah kakakmu," bisik Sahira lembut pada putrinya. Namun, Baby Zaena terus meronta, tak sehalus kakaknya yang nyaman di pelukan sang ibu. Sahira hanya bisa menghela napas, membayangkan alangkah baiknya jika si kembar Joe ada untuk menenangkan Zaena. Namun, mereka sedang dimandikan neneknya.
Tiba-tiba, Sahira dikejutkan oleh kehadiran Zander. "Butuh bantuan?" tanya pria itu, berdiri di belakangnya. Matanya tertuju pada Baby Zaena yang merengek.
"Zan, tidak kerja?" tanya Sahira, mencoba tetap tenang dan membelakangi Zander agar pria itu tidak melihat dirinya menyusui. Zander justru tertarik melihat pemandangan di depannya—putra kecilnya menyusu pada calon istrinya.
Dengan santai, Zander duduk di kursi rias. "Hari ini aku cuti," jawabnya. Pekerjaannya di markas sudah ia serahkan pada Joe, yang kini kewalahan menggantikannya. Sebagai imbalan, Zander kini yang harus menjaga si kembar Joe.
Senyum Zander mengembang saat melihat Baby Zaena perlahan terdiam dalam gendongannya. Sahira menghela napas lega, melihat Zander berhasil menenangkan putrinya. Pria itu menimang Baby Zaena penuh kasih.
Pandangan Zander beralih pada Sahira yang tampak lesu. "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya.
"Itu..." Sahira ragu. Ia masih memikirkan pernikahannya dengan Zander. Akankah semua berjalan baik? Ia percaya Zander berbeda dari Rames, tapi kekhawatiran masih menyelimuti. Bagaimana jika ia tidak diterima oleh keluarga Zander yang punya kekuasaan absolut?
Zander mendekat, melihat Sahira yang tampak ketakutan. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi.
Setelah Baby Zee selesai menyusu, Sahira menatap Zander ragu. "Zan, apa Ibu dan Ayahmu sudah tahu aku ibu kandung Baby Zee?"
Zander mengangguk. "Tidak hanya orang tuaku, Kakek juga sudah tahu."
Sahira menunduk. "Lalu... apa mereka tidak marah padaku?" tanyanya cemas.
Zander tersenyum, meletakkan Baby Zaena di samping Baby Zee, lalu mengusap kepala Sahira lembut.
"Tidak perlu cemas. Mereka tidak akan marah. Seharusnya mereka senang, karena ibu dari anakku adalah wanita yang baik dan pandai mengurus cucu mereka. Aku di sini untuk melindungimu."
Mendengar itu, setetes air mata Sahira jatuh. Ia senang Zander berpihak padanya, namun keraguan masih tersisa. "Zan, apa kau yakin menikahiku? Aku hanya wanita biasa dan tak punya bakat sepertinya..."
"Sstt... jangan merendahkan dirimu, Hira," potong Zander. "Kau tahu? Sebelumnya hari-hariku sangat membosankan. Tapi sejak kau datang, hidupku menjadi lebih berwarna. Aku senang kau bekerja di sini, dan akan lebih bahagia jika nanti kau menjadi istriku."
Sahira terdiam, hatinya menghangat. Ia tersentak saat Zander menggenggam tangannya.
"Jangan khawatir lagi. Aku janji akan membuatmu bahagia," ujar Zander tulus. Kata-kata itu mengguncang hati Sahira. Janji yang tak pernah Rames berikan, yang hanya berjanji mencintai tapi akhirnya mendua.
Sahira mengangguk. Ia teringat ayahnya yang dulu membenci Zander.
"Sahira..." panggil Zander.
"Ya?" sahut Sahira, melihat tatapan intens Zander yang penuh arti. Pria itu mendekatkan wajahnya, membuat Sahira gugup.
"Tutup matamu," bisik Zander.
"Untuk apa?" tanya Sahira, hatinya berdebar. Ia panik saat Zander mengusap bibirnya lembut.
"Aku... boleh kan..." bisik Zander, membuat pipi Sahira memerah. Wanita itu teringat mimpinya semalam.
"I-itu apa? Kau mau apa?" tanya Sahira terbata, tatapan Zander turun ke dadanya, lalu kembali ke bibirnya. Sahira tak tahu harus merasa takut atau penasaran. Pikiran pria di depannya itu sulit ditebak.
Sementara di kamar Tuan Raymond, kakek tua itu masih berada di tempat tidurnya dan terlihat dijaga oleh Hansel.
“Han, kau sudah mengerjakan yang saya perintahkan kemarin?” tanya Tuan Raymond beranjak duduk.
Hansel segera mengeluarkan berkas coklat dari laci meja kemudian menyodorkannya ke Tuan Raymond.
“Sudah saya selidiki, Tuan,” jawab Hansel.
Tuan Raymond perlahan membuka berkas itu yang berisi tentang keluarga Sahira dan memang benar yang dikatakan cucunya, Sahira adalah perempuan berbakat di masa lalu dan bahkan salah satu lulusan universitas ternama di kota. Hanya saja mantan Bos mafia itu belum puas karena hanya nama Ayah Sahira yang tercantum.
“Ibunya kemana, Hans?” tanya Tuan Raymond penasaran Ibu kandung Sahira.
“Maaf, Tuan. Saya sudah berusaha mencari tetapi informasi tentang Ibunya tak ada sama sekali. Ibu kandung Nona Sahira masih dalam pencarian kami.”
Tuan Raymond mendecak lidah. “Cih, ternyata wanita itu memang berasal dari keluarga yang tak jelas asal usulnya. Tetap lanjutkan pencarian, temukan di mana Ibunya berada,” titah Tuan Raymond.
“Baik, Tuan.” Angguk Hansel mengerti. Tapi ia juga bingung kenapa Tuan Raymond ingin tahu soal Ibu Sahira? Apakah mungkin Tuan Raymond merestui pernikahan Zander dan Sahira sehingga kakek tua itu menginginkan Ibu Sahira hadir ke pernikahan Zander dan Sahira nanti?
“Aihh... lebih baik aku tidak usah ikut campur, kerjakan saja perintah Tuan Raymond. Tapi harus cari di mana lagi Ibunya Mbak Sahira?” pikir Hansel merasa Sahira mirip seperti Ibunya itu yang hilang tanpa jejak.
Tugas Hansel kini bertambah lagi. Kesabarannya terus bertambah dan pekerjaannya juga ikut bertambah.
Sedangkan Nyonya Mauren, ia sedang memasangkan sendiri baju anak kembar Joe, tapi pikirannya tertuju pada Sahira.
“Nenek, lagi mikilin apa?” tanya mereka sadar Nyonya Mauren sedang tidak fokus memperhatikan mereka.
“Ah itu, Nenek lagi mikirin Sahira. Menurut kalian, dia orangnya baik? Cocok tinggal di sini?” tanya Mauren ingin tahu tanggapan cucunya yang suka berkata jujur.
Dua anak kembar itu mengangguk cepat. “Baik cekali, Nek. Bibi Caila kemalin juga bacain celita dongeng putli calju, celus bikin cucu coklat, Bibi Caila olangna pintal, nda pelna malah-malah. Cocok jadi Bunda kita.”
“Uhuk... Uhuk...” Mendengar ucapan mereka, Tuan Daren yang lagi minum jamu herbal buatan Istrinya seketika tersedak dan terbatuk-batuk di dekat jendela. Sementara itu, Nyonya Mauren tersentak kaget.
“Apa maksud kalian?” tanya Tuan Daren mendekat.
“Kakek, Bibi Caila bica nda jadi Ibu na kita?” mohon mereka dengan memasang muka menggemaskan. Mencoba merayu nenek dan kakeknya itu mumpung tidak ada Zander. Namun dugaan mereka salah sebab yang dihindari justru sudah berdiri di ambang pintu yang terbuka di belakang mereka.
“Tidak boleh!” ujar Zander menghentakkan sebelah kakinya membuat dua anak kembar itu dengan cepat bersembunyi di belakang Tuan Daren.
“Hiii... Om Cendel na celem kaya Gocilla... Kek.”
Sahira yang berdiri di belakang Zander, ia berusaha menahan tawa sebab Zander yang tampan perkasa malah dianggap Godzilla.
nanti tuh cebong berenang ria di rahim istri mu kamu ga percaya zan
Duda di t inggal mati rupa ny... 😁😁😁
makaberhati2 lah Sahira
fasar hokang jaya