NovelToon NovelToon
Kurebut Suamiku

Kurebut Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: megatron

Sagara mengalami hilang ingatan setelah kecelakaan tragis, tidak ada kenangan Lania dalam pikirannya.

Lania merasa sedih, terlebih-lebih Sagara hanya mengingat sekertaris-nya yang tak lain adalah Adisty.

Peristiwa ini dimanfaatkan Adisty untuk menghasut Sagara agar menceraikan Lania.

Lantas, dapat kah Lania mempertahankan rumah tangganya?
Apakah ingatan Sagara akan kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megatron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu—Membuatku Bersemangat dan Lapar

Pagi itu, cahaya matahari Semarang bersinar keemasan, membentuk garis-garis patah di sprei putih. Sagara terbangun lebih dulu, membiarkan Lania tetap bersandar di dadanya. Dilihat dari atas, kepalanya naik-turun perlahan mengikuti ritme napas. Aroma lilin terapi sisa semalam masih melingkupi kamar.

Ketukan pintu terdengar, Sagara meraih remote kontrol yang terhubung dengan kamera di depan kamar. Pelayan hotel mengantarkan sarapan menggunakan meja troli.

Pelan-pelan menurunkan kepala istrinya, Sagara bangun dari tempat tidur. Merapikan penampilan sebentar sebelum membuka pintu untuk pelayanan hotel.

Dia menarik gagang stainless dan daun pintu terbuka sebagai. “Tinggalkan di sana, biar saya saja.”

Pelayan hotel mengangguk dan segera menjauhi kamar Sagara.

Masih dengan gerakan lambat Sagara menarik meja troli ke kamar, tidak mau menimbulkan keributan. Bau khas kopi hitam menggantikan aroma bunga.

Sagara mengintip ke luar jendela, orang-orang mulai beraktivitas, suara klakson dari kejauhan, riuh pedagang kaki lima, dan desir angin yang membawa aroma laut.

Senyum kecil terbit di bibir Sagara, ada rasa damai yang sudah lama tak dirasakan. Dia menoleh ke tempat Lania terlelap, rambutnya terurai lembut di atas bantal, ada garis kebahagiaan yang kini terasa menenangkan.

Angan melambung ke ingat tadi malam, demi Lania, Sagara rela mengendarai mobil berjam-jam dari Jakarta ke Semarang.

Lagi-lagi, bibir Sagara mengulas senyum. Dia ingat tangan Lania yang menggenggam erat kantong kertas berisi lumpia hangat yang aromanya memenuhi kabin mobil. Sagara sesekali melirik ke arahnya, melihat senyum kecil yang tak pernah lepas. Seakan-akan perjalanan ini menghapus jejak letih dan kerikil yang sempat mengganggu rumah tangga mereka.

Karena tidak memungkinkan untuk langsung balik ke Jakarta, Sagara memutuskan menginap di salah satu hotel yang ada di pusat kota. Meski Waktu sudah lewat tengah malam, lampu-lampu berkedip menyambut di pintu masuk.

Begitu masuk ke lobi, udara sejuk dan wangi bunga lili langsung memeluk mereka. Sagara menyelipkan tangan di pinggang Lania saat menuju resepsionis, gerakan sederhana yang membuat pipi Lania sedikit memanas.

Sebelum tidur, menyempatkan diri memandang kerlip lampu kota Semarang lewat balkon kamar. Lumpia yang mereka beli masih hangat berkat pemanas yang Sagara pesan khusus dari pihak hotel. Tawa mereka pecah saat berebut gigitan terakhir, seperti sepasang kekasih yang baru saja menikah.

Sagara tersenyum licik, menyambar lumpia yang tersisa di ujung bibir Lania.

“Curang, ih,” rengek manja Lania, mengusap lembut minyak yang tertinggal di seputaran mulut.

Tidak sampai di sana, Sagara kembali menyatukan bibir mereka. Mengecap rakus hingga terdengar rintih kenikmatan. Gelombang keintiman melanda, arus membawa tubuh saling merapat.

Di bawah sana, gemericik kolam renang bersahutan dengan suara musik lembut dari lounge. Di dalam kamar, hanya ada mereka berdua—tanpa beban, tanpa bayang-bayang siapa pun.

Malam itu terasa seperti bulan madu kedua, meski tanpa janji besar atau perayaan megah, hanya keintiman yang perlahan mereka temukan kembali.

Tanpa sadar, jarinya menyusuri rahang istrinya. Lania menggeliat, lalu membuka mata dengan senyum yang hanya diberikan pada Sagara.

“Pagi, Sayang,” sapa Sagara serak.

“Pagi,” balas Lania pelan, mata masih setengah terbuka. “Sarapan sudah datang?” Hidung mencium aroma kopi.

Sagara merebahkan diri di belakang Lania meletakkan tangan di pinggul, memeluknya erat. “Nanti saja. Saat ini … aku cuma mau begini dulu.”

Mereka membiarkan waktu berjalan lambat, seolah-olah dunia di luar tak perlu segera dihadapi.

Kecupan-kecupan lembut menghujam bahu terbuka Lania, jari-jari Sagara bermain di perut halus istrinya. Mengirim sensasi sensual yang menggelitik, dia merindukan momen ini. Ingin menghapus memori malam menjijikkan bersama Adisty, demi apa pun, dia tak ingat telah melakukan dosa.

“Ga,” bisik Lania.

“Hemm,” balas Sagara malas-malas memainkan jari di tempat paling sensitif istrinya. Bergerak selaras di sekitar tengkuk mulus Lania, dia merunduk dan menggigit ringan sampai meninggalkan bekas kecil.

“Aku lapar.”

“Aku juga,” sahut Sagara, kian asyik mengeksplorasi setiap inci tubuh sang istri. “Ayo kita ulang olahraga semalam.”

“Aku beneran lapar, Ga,” rengek Lania, dia pun berbalik badan menghadap Sagara. “Mau makan.”

“Setelah ini okay,” ucap Sagara mengambil alih mulut terbuka Lania sebelum sempat menimpalinya—makin dalam sering meningkatnya keinginan untuk memadu cinta.

Telapak tangan Lania mendorong dada bidang Sagara lantaran kehabisan napas. “Ahh, aku bisa mati tau.” Bibir bengkaknya cemberut singkat, lantas melengkung tinggi membentuk senyum.

“Kita hampir tak tidur semalam, aku lapar, Sagaraaa,” geram Lania sembari berguling ke ujung tempat tidur berukuran raksasa. Dia menurunkan kaki dan meraih pegangan meja troli. “Ayo bangun.”

“Mandi dulu yuk!” Nada bicara Sagara terdengar seperti perintah mutlak. “Berdua.”

“Huuaaahhh,” jerit Lania, menangis yang dibuat-buat. Dia ditarik paksa Sagara sampai masuk ke kamar mandi dan terjebak di dalam bilik berbentuk kubus transparan.

Beberapa menit—tidak bisa dihitung menit—Sagara dan Lania keluar dari kamar mandi setelah hampir satu jam. Mereka kini memindahkan sarapan ke balkon kamar yang menghadap pemandangan kota Semarang. Udara pagi sudah lewat—sepertinya menjelang siang masih terasa segar, dengan embusan angin yang membawa aroma laut bercampur wangi bunga dari taman hotel di bawah sana.

Di meja bulat kecil, tersaji croissant yang dihangatkan menggunakan microwave, omelet keju, potongan buah tropis, dan kopi. Sagara menuang kopi ke cangkir Lania, lalu ke miliknya sendiri, uapnya sudah tidak memenuhi udara.

“Tidak ada yang bisa mengalahkan sarapan seenak ini,” kata Lania sambil menggigit ujung croissant.

“Setuju. Tapi yang bikin sempurna itu …” Sagara berhenti, menatapnya lama—pipi istrinya seketika bersemu merah. “… kamu—membuatku bersemangat dan lapar.”

Lania mengalihkan pandangan, berusaha menutupi pipinya yang memerah, lalu dia menyodorkan piring berisi omelette ke arah Sagara. “Kalau gitu, habiskan ini. Kita kan ke sini gara-gara aku ngidam.”

Tawa terbahak-bahak menggema, Sagara tidak bisa menahan diri untuk tak mencubit ujung hidung sang istri lembut. “Deal. Setelah ini kita lanjut ronde berikutnya,” guraunya.

Dari balkon, mereka bisa melihat atap-atap merah kota lama, gereja Blenduk yang berdiri kokoh, dan jalanan yang mulai ramai. Sesekali, suara klakson dan derap langkah orang di trotoar terdengar samar. Namun, bagi dua orang yang sedang dimabuk asmara, semua itu hanyalah latar—yang utama adalah rasa tenang dan kebersamaan yang kembali mereka genggam.

Telepon di dalam meraung-raung menuntut perhatian, Sagara sengaja mengacuhkannya. Dia ingin fokus menikmati waktu berdua dengan Lania.

Dia pemilik perusahaan, libur sesuka hati tidak jadi soal. Persetan dengan masalah yang melibatkan Adisty, Sagara tak peduli.

“Ga, apa tidak sebaiknya diangkat dulu, siapa tau penting,” usul Lania di sela-sela makan.

“Tidak ada yang lebih penting dibanding kamu.” Sagara meraih jemari Lania, memberi kecupan hangat pada punggung tangan.

1
partini
sehh pelakor di atas angin emang lain
Miu Nuha.
bagus othor ceritanya ☺
,, membangun konflik dn dialog itu gk mudah loh 🤧🤧 tpi ini bagus 👍
Miu Nuha.
dengkus? dengus keknya yaa 🤔
Mega: Terima kasih sudah mampir, kawal sampai tamat ya, luv luv luv more.
total 2 replies
Miu Nuha.
Lania udh hamil loh sagara 🙄🙄
Miu Nuha.
Adisty memanfaatkan hilang ingatan sagara 😩😩
Be___Mei
Nah! Kan! Ular emang. Perempuan kek begini lahir nggak bawa urat malu.
Be___Mei
Dih, nyari muka mulu ni orang
Be___Mei
Cakep Lania ihh. Tenang tapi nyimpen bom waktu.
Be___Mei
Adisty ni ibarat kucing garong yang ngincer makanan kucing lain, perlu dikandangin ni perempuan 😤
Be___Mei
Kerasa banget capeknya pasangan ini 🥺
Be___Mei
lah... Lania bukan Author yang bikin alur cerita ini. Napa jadi nyalahi Lania?? 🤨
Be___Mei
Lah, ini lagi cerita abaaanggghh!!
Be___Mei
Balik lagi ni cewek. Ada fotonya nggak kak Mega? Aku bantu santet deh 😏 mainnya licin banget kek ikan lele
Mega: ada fotonya, nanti aku kirimi Kikikik
total 1 replies
Be___Mei
Gosong dah si Sagara. Coba sabar dulu banggg, kamu tu mudah kepancing sama kabar receh nggak jelas dari Adisty. Ckckkck ...
Elisabeth Ratna Susanti
nah lho........
Memyr 67
𝗄𝖾𝗍𝗂𝗄𝖺 𝗄𝖾𝖻𝗈𝖽𝗈𝗁𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗀𝖺𝗋𝖺 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖺𝗆𝖻𝗂𝗅 𝖺𝗅𝗂𝗁
Memyr 67
𝗅𝖺 𝖻𝖾𝗀𝗈 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝗌𝖺𝗀𝖺𝗋𝖺. 𝗍𝖺𝗎 𝗄𝗁𝖺𝗐𝖺𝗍𝗂𝗋 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺, 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗁𝗎𝖻𝗎𝗇𝗀𝗂 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗅𝗂?
Memyr 67
𝗌𝖾𝗉𝖾𝗋𝗍𝗂𝗇𝗒𝖺 𝖺𝖽𝗂𝗌𝗍𝗒 𝗀𝖺𝗀𝖺𝗅 𝗅𝖺𝗀𝗂
Memyr 67
𝗌𝖺𝗀𝖺𝗋𝖺 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗀𝖺𝗃𝗂 𝗆𝗈𝗇𝗌𝗍𝖾𝗋 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝖻𝖾𝗄𝖾𝗋𝗃𝖺 𝖽𝗂 𝖽𝖾𝗄𝖺𝗍𝗇𝗒𝖺
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
Mega: terima kasih atas dukungannya Kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!