Apa jadinya setelah ditinggalkan lalu dipertemukan kembali? Alisha Maureen wanita cantik dengan senyuman manis ini dipertemukan kembali dengan pria yang dulu ia gila-gilai.
Ketika Alisha kembali bertemu dengan Askara, Ia tak menyangka luka lama justru tumbuh menjadi harapan baru. Namun saat beberapa potong kejadian membuat Alisha bertanya-tanya siapa sebenarnya yang harus ia percaya? Kisah nya semakin rumit saat kesalahpahaman, rahasia, dan sebuah perjodohan.
Namun benarkah begitu? Ataukah Alisha hanya terjebak pada apa yang matanya lihat, sementara hati nya sendiri menolak percaya?
Saat kebenaran terungkap ia harus memilih
untuk percaya pada keraguannya, atau kembali pada janji manis Askara yang tak pernah berhenti untuk memanggil nya pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deviyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part - 31
Jika bertanya yang memesan gaun tadi adalah Riani orang yang bekerja sebagai sekretaris Askara atau bukan jawabannya Ya, benar. Gadis itu memang akan bertunangan dengan seorang pria yang dijodohkan oleh orang tuanya.
Riani hanya menjalankan perintah sang ayah untuk memesan gaun dan segala hal untuk pertunangan nya. Namun, sebenarnya Riani tak mau dijodohkan. Ia berhak untuk mencari pasangan hidup nya sesuai dengan kriteria yang ia mau.
Sang ayah memberi waktu kepadanya, jika dalam dua bulan ini Riani belum mengenalkan kekasih maka Riani harus menerima perjodohan ini.
Setelah bekerja menjadi sekretaris akhirnya Riani menemukan tambatan hatinya, ia menyukai Askara sang atasan di tempat ia bekerja. Makanya segala cara ia lakukan untuk mendapatkan perhatian dari sang CEO itu.
Saat ini Riani sedang berada di kantor setelah hari kemarin ia mengajukan cuti sehari demi menuruti keinginan sang ayah yang telah menyuruh ia untuk memesan gaun.
Sore ini hujan baru saja reda, kaca jendela kantor masih berembun. Askara sedang duduk di kursi kebesaran nya sebagai CEO. Mengenakan kemeja kerja dengan lengan yang sudah digulung sampai siku, wajahnya sangat kentara sedang lelah setelah rapat panjang.
Riani pun mengetuk pintu dari luar, dan Askara mengizinkan untuk wanita itu masuk. Kemudian Riani menarik kursi, dan duduk didepan Askara tanpa menunggu dipersilahkan.
Kening Askara berkerut.
"Ada keperluan apa?" Tanya Askara tanpa basa-basi.
Ada keheningan terlebih dahulu, Askara menatap Riani sebentar, lalu menyesap kopi yang ada di mejanya.
"Jika kau tidak ada kepentingan, silahkan keluar sekarang juga!" Ucap Askara dengan suara datar.
"Eh iya Tuan sebentar." Ujar Riani dengan gugup.
Kemana keberanian nya tadi sebelum bertemu dengan Askara, setelah bertemu semangat nya malah hilang dan nyalinya menciut jika sudah berhadapan dengan pria ini.
"Ayo Riani, perjuangkan cintamu." batinnya
"Riani."
Riani kembali tersadar dari lamunannya, ia duduk dengan tegap.
"Kesabaran saya sudah hampir habis, jika kau tidak beranjak dari ruangan ini sekarang juga, saya akan panggilkan Rio untuk menyeret kau untuk keluar dari ruangan." Dengan tegas Askara berbicara kepada sang sekretaris nya ini.
Sesaat, Riani menggigit bibirnya, lalu perlahan dengan lancang nya menyentuh punggung tangan Askara yang berada di atas meja. Gerakannya cepat, tapi cukup membuat Askara menatap sengit ke arahnya.
"Kau?!" Dengan cepat Askara menarik tangannya dan berbicara dengan nada tegas.
Riani hanya tersenyum tipis, pura-pura tak merasa bersalah atas perilaku nya barusan. Riani mengeluarkan sifat aslinya, tadi awalnya ia sungkan tapi mengingat ia yang tak mau dijodohkan membuat tekad nya bulat untuk mendekati sang atasan.
"Saya hanya ingin Tuan tahu.. Ada orang yang peduli dengan Tuan, lebih dari sekedar pekerjaan."
"Maksud mu apa?" Tanya Askara dengan nada dan ekspresi yang kebingungan.
"Saya yang peduli terhadap Tuan." Ujar Riani.
Kata-kata itu membuat suasana memanas, Askara menegakkan tubuhnya, mata nya menatap dingin tapi dalam. Ia menatap Riani dengan sorot mata yang tak bisa diartikan, membuat Riani kebingungan untuk menebak ekspresi ini apakah marah atau justru hal lain.
"Sudah berani? Sudah cukup kau bicara nya?" Tanya Askara pelan.
"Tapi saya benar-benar serius Tuan, setiap hari saya bekerja dan berada didekat Anda, tak memungkinkan jika saya sangat senang dan nyaman diluar dari pekerjaan." Ujar Riani dengan menatap mata Askara tanpa takut.
Askara memijit pelipisnya, mata nya tertuju ke jendela yang basah oleh sisa hujan.
"Kau sudah berani dan lancang berbicara seperti itu kepada atasan mu," Askara menjeda ucapan nya.
"Saya sangat menghargai kerja kerasmu selama ini karena telah bekerja dengan baik, tapi jangan campurkan urusan pekerjaan dengan hal pribadi. Cepat keluar dari ruangan! Saya akan istirahat." Tegas Askara tanpa ingin dibantah.
Riani kemudian bangkit dari kursi, lalu tersenyum getir. Sebelum ia melangkah keluar dari ruangan,
"Tuan bisa menolak, tapi saya akan tetap menunggu sampai Tuan tahu kalau saya benar-benar tulus." Ujar Riani lalu melangkah keluar.
Askara memijit keningnya yang terasa semakin pusing, membuat ia emosi bukan main atas pernyataan sang sekretaris nya ini. Askara sudah tahu tabiat dari orang yang seperti Riani, ia tahu Riani tipikal orang yang tidak akan berhenti begitu saja.
"Menambah beban saja." Ujar Askara dengan kesal.
Di sisi lain Riani merasa puas karena salah satu dari rencananya telah berjalan. Ia tersenyum tipis di meja kerjanya, ini baru permulaan. Riani tak akan menyerah untuk mendapatkan cinta di hati pria itu.
...----------------...
Waktu menunjukkan waktu dimana semua orang telah waktunya untuk pulang, Askara pun keluar dari ruangan dengan rambut yang sedikit acak-acakan. Ia melewati meja Riani begitu saja, tanpa menyapa bahkan melirik pun tidak.
Riani yang sedang siap-siap pun hanya melongo di tempat nya, awalnya ia akan menyusul pria itu namun ia urungkan, karena lift mereka akan berbeda. Sang atasan akan naik lift khusus bersama dengan Rio sang asisten nya. Sedangkan Riani akan masuk lift sebagai karyawan biasa pada umumnya.
Dengan cepat Riani pun memasuki lift, ia mempunyai rencana yang lain. Ia tersenyum smirk, semoga kali ini rencananya berjalan dengan mulus.
Riani melangkah ke parkiran kantor, ia dengan sengaja menunggu sang atasan di depan mobil milik Askara. Sudah bisa ditebak jika ia akan menumpang.
"Kau sedang apa nona?" Tanya Rio dengan nada tegas dan mata tajam nya. Ia memegang lengan Riani untuk menjauh.
"Ish kasar banget." Ujar Riani dengan kesal. Ia melepaskan cekalan tangannya.
"Saya tidak akan kasar jika Anda sendiri yang mendahului." Ujarnya dengan datar.
Riani pun berbalik kemudian menghampiri Askara yang sudah duduk anteng di kursi penumpang.
"Tuan, saya izin menumpang dengan Anda. Mobil saya sedang di bengkel, ponsel saya kehabisan batrei tidak bisa memesan taksi online." Ujarnya dengan nada sedih yang dibuat-buat.
Rio hanya menatapnya muak, ia tak menyangka jika wanita yang ia pilih untuk menjadi sekretaris tuannya ini akan berani menggoda dan mendekati Askara.
Tapi kinerja wanita ini memang bagus dan cepat, otaknya memang pintar, selama bekerja pekerjaan nya tidak ada yang salah, dan membuat Rio merasa lebih enteng jika sedang banyak pekerjaan.
Hanya kelakuan pribadi nya saja yang membuat Rio muak.
"Rio pesankan taksi online untuk dia." perintah Askara kepada sang Asisten.
"Baik Tuan."
"Eh ehh-" Potong Riani dengan nada sedikit panik.
"Jika Tuan memesankan saya taksi online dahulu itu akan menjadi lama bukan? pasti tuan sangat ingin cepat pulang. Jadi izinkan saya untuk ikut menumpang, saya tidak akan macam-macam." Mohon Riani dengan tak tahu malunya.
Askara menghela nafasnya lelah, ia sudah muak mengurusi wanita ini. Tak ingin berdebat dengan wanita semacam begini, percuma saja mereka menolak dan berdebat karena yang diinginkan oleh wanita ini sudah jelas terbaca.
Askara menoleh kepada Rio dan memberikan kode, Rio pun mengangguk.
"Cepat masuk! Dan duduk di kursi depan." Perintah Rio kepada Riani.
Riani pun tersenyum dan langsung masuk ke dalam mobil.