Sequel "Diandra"
Pernah kecewa dimasa remaja membuat Kristal enggan menjalin hubungan dengan pria manapun. Menurutnya, tidak ada pria yang setia di dunia ini kecuali Papanya.
Kristal beranggapan, dirinya bisa hidup tanpa seorang pria atau pendamping. Kesuksesan dan kebahagiaan yang ia raih sekarang, menurutnya sudah lebih dari cukup. Hingga suatu hari tanpa sengaja ia bertemu kembali dengan Langit, pria tampan yang menyukainya sejak remaja.
"Seperti yang pernah aku ucapkan dulu. Jika dia menyakitimu maka aku akan merebutmu kembali. Dan kali ini, aku tidak akan pernah melepaskanmu!"
Akankah Kristal mau membuka hati? Atau ia tetap pada pendirian awalnya yaitu hidup sendiri seumur hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Mohon maaf. Kami sudah berusaha, namun janin dalam kandungan pesien tidak bisa diselamatkan"
Jantung Langit serasa berhenti berdetak. Ia bak di pukul godam besar yang meremukkan hati dan jiwanya. Melihat Kristal seperti tadi sudah membuatnya hampir mati. Sekarang ia juga harus kehilangan calon bayinya.
"L-lalu bagaimana keadaan istri saya, dok?"
"Pasien mengalami benturan cukup serius di bagian kepala. Dan ...", dokter menjeda ucapannya,
"Dan apa dok?" tanya Langit khawatir
"Kemungkinan besar, setelah sadar pasien bisa saja kehilangan ingatannya"
Deg
Tak cukup hancur sekali, sekarang Langit harus hancur dua kali.
"Istri saya akan amnesia setelah sadar?" tanya Langit memastikan
"Sebagian besar pasien dengan kasus serupa biasanya mengalami amnesia"
Melihat Langit yang terpukul, dokter merasa iba.
"Saya permisi dulu"
Marah, kecewa, sedih dan menyalahkan diri sendiri. Langit sungguh dirundung duka saat ini. Ia merasa lalai menjaga istrinya, hingga ia harus kehilangan calon anak mereka. Ia juga tak bisa menuntut orang yang sudah menabrak sang istri. Karena setelah menabrak Kristal, mobil pelaku menabrak kendaraan lain dan meninggal saat itu juga. Kasus ini sudah ditangani polisi.
"Lang, bagaimana keadaan Kristal?" tanya Mama Dian yang baru datang bersama Papa Gama
"Kristal-"
Papa Gama mendekati Langit, pria paruh baya itu mengusap bahu menantunya "Semua adalah takdir. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Sekarang, kita harus berdoa. Kristal pasti akan baik - baik saja"
Rasa bersalah Langit kian melambung. Apalagi saat orang tua dari istrinya sama sekali tak menyalahkan dirinya.
"Aku suami yang buruk. Aku gagal menjaganya, Pa, Ma. Aku juga gagal menjaga calon cucu kalian"
Mama Dian menangis sambil membekap mulutnya. Sementara Papa Gama terlihat sedih, namun ia juga harus tegar mengingat ada yang lebih terluka darinya sekarang. Orang itu adalah Langit. Dibalik hancurnya Papa Gama dan Mama Dian, ada Langit yang pasti merasa lebih hancur dari mereka.
"Kamu harus kuat, Lang. Kamu pasti bisa menjalani semua ini. Ikhlaskan kepergian bayimu. Papa yakin, Allah sudah mempersiapkan rencana yang lebih baik lagi untuk kalian ke depannya. Sekarang, kesembuhan Kristal yang utama"
Langit mengangguk, ia mengusap sudut matanya kemudian berusaha tersenyum meski di paksakan. "Papa benar. Yang terpenting sekarang adalah kesembuhan Kristal. Allah lebih menyayangi calon anak kami. Aku akan berusaha ikhlas melepas kepergiannya"
Suster keluar mambawa brangkar Kristal menuju ke ruang perawatan. Langit, Papa Gama dan Mama Dian langsung mengikutinya dari belakang. Hati Langit terasa pilu melihat kepala istrinya di perban. Beberapa luka juga memenuhi wajahnya.
"Saya permisi dulu. Jika butuh sesuatu, kalian bisa memanggil saya"
"Terima kasih, sus"
Setelah kepergian suster, Langit, Papa Gama dan Mama Dian mendekati ranjang Kristal. Wanita cantik itu terlihat begitu pucat.
"Maaf tidak melindungimu, Sayang. Cepatlah sadar, aku tidak bisa hidup tanpamu"
Mama Dian semakin menangis, dia sungguh tak tega melihat keadaan putrinya. Bagaimana jika saat sadar nanti, Kristal menanyakan bayinya. Apa yang akan mereka katakan nanti?
"Papa sudah mengusut kasus ini, Lang. Kita tidak bisa menuntut siapapun karena pelakunya sudah meninggal"
Langit menggenggam tangan Kristal lalu menciumnya. "Aku yakin ada dalang sebenarnya dibalik kecelakaan ini, Pa. Dan aku berjanji akan mencari dan menghukumnya dengan tanganku sendiri"
"Lang-"
Mama Dian memegang bahu suaminya seolah mengatakan tidak pada suaminya. Papa Gama akhirnya diam dan hanya mengamati anak juga menantunya.
🌻🌻🌻
Kabar kecelakaan Kristal telah sampai di telinga Ken. Suami Yazna itu begitu khawatir dan cemas. Ia bahkan meninggalkan meeting penting untuk melihat keadaan Kristal secara langsung.
Begitu sampai di rumah sakit, Ken berlari begitu cepat.
"Ruangan Kristalia nomor berapa?" tanyanya dengan nafas terengah
"Sebentar, saya cek dulu"
Ken terlihat tidak sabar menunggu, "Bisa lebih cepat sus!"
"VVIP no 3"
Tanpa mengucapkan terima kasih, Ken segera menuju ke ruangan dimana Kristal berada. Ruangan yang berada di lantai paling atas. Yang biasanya dihuni oleh orang kalangan berada.
Brak
"Bagaimana keadaan Kristal?!"
Langit, Papa Gama dan Mama Dian menatap Ken terkejut. Nafas pria itu naik turun. Wajahnya memerah, mungkin karena efek dirinya yang baru saja berlari.
"Ken. Kenapa kamu ada disini?"
Ken tak menanggapi pertanyaan Mama Dian, dia mendekati ranjang dimana Kristal terbaring tak berdaya. Hatinya teriris melihat wajah ayu itu kini terlihat memiliki banyak luka. Bibirnya yang biasa merah merona kini terlihat pucat.
Ken mengepalkan tanganya, dia menatap Langit dengan tatapan membunuh
"BAGAIMANA BISA KAU MEMBUAT KRISTAL SEPERTI INI, BAJINGAN!!"
Bug
"Arggrr!" Mama Dian memekik kaget begitupun Papa Gama
Bogeman mentah mendarat sempurna di wajah Langit. Dirinya yang belum siap pun terhuyung ke belakang
"Ken, apa yang kamu lakukan?!" tanya Papa Gama
"Dia pantas mendapatkan itu karena sudah lalai menjaga Kristal!!"
"Ken", Mama Dian menatap anak dari sahabatnya dengan tatapan tak bisa di artikan, "Kamu tidak berhak memukul Langit. Satu hal yang harus kamu ingat, kamu bukan siapa - siapanya Kristal"
Deg
Emosi Ken perlahan surut. Dia menatap ibu dari Kristal dengan sendu. Antara sadar dengan apa yang baru saja ia perbuat dan juga malu mendengar apa yang Mama Dian katakan
"Aku minta maaf"
"Bukan pada kami kamu harus meminta maaf. Tapi pada Langit"
Ken menatap suami Kristal dengan tajam, "Aku tidak menyesali apa yang aku lakukan barusan. Meski aku bukan siapa - siapa bagi Kristal. Tapi hingga saat ini aku masih mencintainya. Jika Langit gagal menjaganya, aku pastikan setelah ini aku akan membuat Kristal kembali padaku! Apapun caranya!"
"Kamu pikir aku tidak terluka dengan kejadian ini! Aku yang lebih terluka, asal kau tahu. Tidak ada yang menginginkan ini terjadi!"
"Itu semua karena kau lalai menjaganya!"
"Semua adalah takdir, Ken. Langit pasti juga tidak mau ini terjadi", ucap Papa Gama menengahi
"Tapi semua bisa dihindari jika dia bisa menjaga Kristal dengan benar! Semua tidak akan terjadi!"
Langit tertawa sinis, "Tidak perlu berlebihan mengkhawatirkan istriku. Lebih baik, urus saja istrimu! Aku peringatkan, kamu tidak berhak bersikap seperti ini apalagi berfikir untuk merebut Kristal dariku! Karena dia istriku! Milikku! Dan aku tidak akan membiarkan siapapun merebutnya dariku termasuk kamu!!"
"Kita lihat saja nanti! Aku akan buktikan jika Kristal akan memilihku! Cepat atau lambat, dia akan sadar siapa yang lebih baik untuknya! Aku lebih bisa menjaganya daripada kamu! Dan yang jelas, aku lebih mencintainya dibanding dirimu!"
Papa Gama menghela nafas berat, "Kamu sadar, apa yang baru saja kamu ucapkan?"
"Tentu saja!" jawab Ken yakin
"Tapi maaf, Ken. Sekalipun kamu lebih baik daripada Langit. Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Selain karena kamu pernah menorehkan luka mendalam dalam hidup putriku, kamu juga pria beristri! Setidaknya, otakmu masih berfungsi dengan baik untuk tidak berusaha berebut istri orang!"