Tepat di hari pernikahan, Ayana baru mengetahui jika calon suaminya ternyata telah memiliki istri lain.
Dibantu oleh seorang pemuda asing, Ayana pun memutuskan untuk kabur dari pesta.
Namun, kaburnya Ayana bersama seorang pria membuat sang ayah salah paham dan akhirnya menikahkan Ayana dengan pria asing yang membantunya kabur.
Siapakah pria itu?
Sungguh Ayana sangat syok saat di hari pertama dia mengajar sebagai guru olahraga, pria yang berstatus menjadi suami berada di antara barisan murid didiknya.
Dan masih ada satu rahasia yang belum Ayana tahu dari sang suami. Rahasia apakah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tria Sulistia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Elang Vs Buaya (2)
Setelah mandi, Elang menyemprotkan parfum ke badannya yang telanjang. Dia merasa tak perlu memakai baju, hanya selembar handuk melingkar di pinggangnya.
Tak lupa Elang menyisir rambut agar ketampanannya semakin paripurna.
Lalu dia menghela nafas seraya memandang penampilannya di cermin. Beberapa kali dia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya melalui mulut.
Sejak tadi detak jantungnya belum kembali normal, masih berdegup dengan kencang, sampai-sampai ujung jarinya pun ikut gemetar.
"Kenapa aku jadi gemetar ya? Biasanya juga nggak seperti ini."
Elang keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar Ayana. Dia mengetuk pintu dan memanggil nama istrinya.
Tak lama, pintu terbuka lalu tiba-tiba tangan Elang ditarik ke dalam kamar. Pintu langsung ditutup rapat oleh Ayana.
Kemudian Ayana membalik badan dan mereka berdua pun saling tatap menilai penampilan satu sama lain.
Elang menelan saliva saat melihat kaki jenjang Ayana yang polos tak memakai apapun. Pandangan mata Elang naik memandang lingerie merah transparan menampilkan kain segitiga.
Bahkan kedua mata Elang enggan berkedip kala pandangan matanya sampai pada bagian dada yang sangat jelas bentuk aslinya di balik lingerie.
"Kenapa, Lang? Aku nggak cocok pakai lingerie ya?"
Elang menjawab dengan sebuah anggukan. "Kamu lebih cocok nggak pakai apa-apa, Ay."
Mata Ayana mendelik dan sekilas memukul dada Elang. "Kamu tuh ya, pikirannya mesum terus."
"Kita jadi nih, olahraga malamnya?"
Kini giliran Ayana yang mengangguk. "Kita pemanasan dulu, Lang."
"Oke, pemanasannya bagaimana?"
"Lari di tempat!"
Ayana terkekeh saat mendapati Elang lari di tempat sesuai perintahnya. Namun, detik berikutnya, wajah Elang memberengut sadar bahwa Ayana sedang mengerjainya.
"Aya, seneng kamu ya ngerjain suami," cibir Elang.
"Ya habis kamunya juga nurut aja."
Elang menghela nafas. Lalu menarik pinggang Ayana agar wanita itu jatuh ke dalam dekapannya.
Ayana yang belum siap pun hanya bisa terdiam saat tubuhnya bertabrakan dengan dada bidang Elang. Dihirupnya nafas dalam-dalam, dan dapat dia rasakan aroma musk yang menyegarkan.
"Elang, kamu wangi banget," ucap Ayana.
Namun, Elang tidak menyahut, sebab dia sedang disibukan mengendus di ceruk leher Ayana. Elang juga mencium wangi bunga dari tubuh Ayana, kentara sekali kalau wanita itu pun baru saja memakai parfum.
Tangan Elang mengeratkan pinggang Ayana dan pandangan mata keduanya saling bertaut cukup lama sebelum akhirnya bibir mereka pun bertemu dan saling berperang lidah.
Setelah beberapa saat, tautan bibir terpisah. Serempak Ayana dan Elang saling membuka mata dan melihat pipi keduanya yang sama-sama memerah.
"Selama ini aku pikir, kamu nggak akan bisa melindungi aku, Lang. Tapi setelah melihat kamu melawan penculik tadi, aku jadi menyesal telah meragukan kamu," tutur Ayana menatap dalam ke bola mata Elang. Kemudian dia mengulum senyum. "Maafkan aku ya, Lang."
Elang ikut tersenyum membalas tatapan Ayana. "Kamu nggak nyesel punya suami seperti aku?"
"Enggak," jawab Ayana mantap. "Kamu sendiri, apa nggak nyesel punya istri yang usianya lebih tua dari kamu? Nanti kalau kita jadi kakek nenek, aku yang lebih dulu ada kerutan-kerutan di wajah."
Elang tergelak mendengar celoteh Ayana. Lalu dia menggelengkan kepala mantap.
"Enggak. Aku nggak akan pernah menyesal menikah sama kamu. Aku selalu merasa nyaman kalau ada di dekat kamu, Ay."
Tangan Elang mengusap rambut Ayana dengan lembut dan detik berikutnya bibir mereka kembali saling bertabrakan. Kali ini ciuman itu lebih panas dari sebelumnya.
Sampai Elang menahan tengkuk Ayana agar dapat memperdalam ciuman.
Sementara itu, tangan Ayana menghempaskan handuk yang menjadi satu-satunya kain menghalang di tubuh Elang, lalu melemparkannya ke sembarang arah.
Tak mau dirinya saja yang bertubuh polos, Elang pun menurunkan tali yang menggantung di bahu Ayana, dan seketika lingerie merah menggoda itu merosot tanpa hambatan, kemudian terpuruk di lantai.
Ciuman yang didominasi oleh Elang itu membuat tubuh Ayana sedikit condong ke belakang dan seketika mereka berdua pun ambruk ke atas tempat tidur.
Ciuman Elang turun ke dagu, leher, dan terakhir puncak bukit Ayana. Dia bermain dengan menggunakan lidahnya, membuat Ayana menggelijang merasakan sensasi nikmat tak tertahankan.
"Kamu pasti sering nonton film dewasa ya kan, Lang? Ayo ngaku!"
Elang menghentikan aktivitasnya sejenak untuk dapat menatap Ayana.
"Memangnya kenapa?"
"Kamu seperti sudah expert banget," tiba-tiba Ayana menyipitkan mata curiga. "Atau jangan-jangan kamu banyak belajar sama Diva."
Elang terkekeh dan kembali menyesap salah satu puncak bukit dengan satu tangan memijat bukit yang lain.
"Naluri, Ay. Aku ikutin saja naluriku sebagai laki-laki."
Bibir Ayana mengerucut. "Nggak percaya."
Elang berhenti menyesap. Ditariknya selimut menyelimuti tubuh Elang yang membuat Ayana mengerutkan wajah bingung.
"Kok berhenti sih?" protes Ayana mendapati Elang yang memilih untuk menyudahi permainan saat hasratnya baru saja tersulut.
"Sudah ah. Kamunya saja curiga mulu aku ada hubungan sama Diva," ucap Elang yang berbaring memunggungi Ayana.
"Nggak bisa gitu dong, Lang."
Ayana berdecak frustasi. Berusaha dia mengatur emosi dan memilih mengalah.
Ayana melingkarkan tangan di perut Elang. Dipeluknya tubuh kekar itu dari arah belakang.
"Aku minta maaf, Lang. Kamu marah ya?"
Tanpa sepengetahuan Ayana, sebenarnya bibir Elang sedang melengkungkan senyuman tipis. Dia berpura-pura marah agar Ayana lah merayunya.
"Enggak kok. Siapa juga yang marah?" ketus Elang.
"Kalau nggak marah, lihat aku dong!"
Ayana menarik bahu Elang agar pria itu membalik badan menatap dirinya. Akan tetapi sekuat tenaga Elang mempertahankan posisi tubuhnya saat ini.
Membuat Ayana berdecak kesal serta menghela nafas frustasi. Hasrat yang sudah timbul dari perbuatan Elang harus segera dituntaskan.
Tak mau menunggu, maka Ayana pun mengambil inisiatif dirinya yang akan membuat gairah Elang kembali menyala.
Tangan Ayana menyusup masuk ke dalam selimut, mengusap perut Elang bagian bawah, dan menangkap gundukan daging yang terasa besar dan menegang.
Ayana pun sampai terkejut saat tangannya merasakan ukuran benda itu.
"Ay, kamu mau ngapain?" tanya Elang ketika di bawah sana tangan Ayana mengurut miliknya.
Ayana hanya menyeringai menatap wajah Elang.
"Nggak usah pura-pura ngambek deh, Lang! Bilang saja kamu mau pelayanan dariku, kan?"
Elang mengerjapkan mata dan mulutnya tak bisa untuk tidak mengeluarkan suara geraman halus penuh nikmat.
Ini pertama kalinya, milik Elang disentuh oleh tangan perempuan dan sensasinya tidak bisa Elang jelaskan dengan kata-kata.
"Aya, kamu mau ngapain lagi?" pekik Elang terkejut ketika kepala Ayana menyusup masuk ke dalam selimut dan siap memakan pusaka miliknya.
"Ayana, stop! Jangan dimakan!" pinta Elang memelas.
Elang menahan bahu untuk mencegah tindakan istrinya. Namun, tangan Elang itu justru ditampik oleh Ayana yang mendongak sebal.
"Ay, sudah saja ya?" ucap Elang dengan menampilkan raut muka sedikit takut.
"Tanggung, Lang. Junior kamu saja masih tegang tuh."
"Tapi, Ay…"
"Sudah nggak usah banyak tapi tapi. Kamu cukup diam, biar aku yang memimpin."