Love Me Please, Mas Duda

Rasya melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi agar bisa cepat sampai ke bandara. Sedari tadi nomor tak dikenal yang menghubungi ponselnya ternyata adalah Shezi, sang adik sepupu yang selama ini pindah ke luar negeri demi untuk menutupi kejahatannya.

Rasya tidak habis pikir kenapa Shezi kembali ke tanah air secepat ini tanpa memberitahunya lebih dulu. Rasya tiba di bandara dan langsung berlari menuju lobi kedatangan internasional bandara.

Napas Rasya terengah saat melihat Shezi yang sedang asyik bermain ponsel. Langkahnya mulai diperlambat saat dirinya hampir tiba di depan Shezi.

Shezi mendongak dan menatap Rasya.

"Kak Rasya!" seru Shezi gembira dan langsung memeluk sang kakak.

"Jahat! Kenapa kakak tidak menjawab telepon dariku? Dan malah Eksa yang menjawabnya!" Shezi melerai pelukannya dan menatap tajam Shezi.

"Kenapa kau kembali tanpa memberitahuku? Kau tahu kan betapa besar pengorbananku untuk menyembunyikan fakta dibalik kecelakaan itu?" Rasya tampak frustrasi.

"Kakak! Ini sudah berlalu 2 tahun. Jadi, kurasa ini sudah aman!"

Rasya menggeleng pelan.

"Aku lelah, Kak. Sekarang antarkan aku ke apartemen kakak! Aku belum bisa menemui Papa. Aku mau tinggal di apartemen kakak dulu."

Rasya melotot. "Tidak bisa!"

"Kenapa?" Shezi mengernyitkan keningnya.

Rasya menghela napas sejenak. "Aku sudah menikah."

Shezi terkejut. "Apa? Menikah? Dengan siapa?"

"Sudahlah! Sekarang ikut denganku!" Rasya menarik tangan Shezi dan membawanya keluar bandara.

Selama perjalanan, Rasya hanya diam. Shezi terus menatap tajam kakak sepupunya itu. Shezi akan menggali informasi dari kakaknya itu.

"Kenapa kakak tidak mengabariku saat kakak menikah?"

Rasya tidak menjawab. Shezi mengotak atik ponselnya dan mencari berita mengenai kakak sepupunya itu.

Mata Shezi membola. "Jadi, kakak menikahi Clara Hutama? Gadis manja itu!" Shezi menatap Rasya tak suka.

"Kenapa kakak menikah dengannya? Bukankah aku tidak pernah menyukai dia yang manja dan menyebalkan itu!" gerutu Shezi.

"Ayo turun!" ucap Rasya setelah memberhentikan mobilnya di sebuah pemakaman umum.

"Kak, untuk apa kita kesini?" tanya Shezi.

"Turunlah! Dan kau akan tahu!" Rasya turun dari mobilnya dan melangkah memasuki area pemakaman tersebut.

Shezi yang masih belum mengerti dengan maksud Rasya hanya mengekorinya di belakang.

Tiba di sebuah batu nisan, tangan Rasya menunjuk nama di batu nisan itu.

"Nola Hutama? Siapa dia, Kak?" tanya Shezi.

Rasya mengusap wajahnya kasar. "Dia ... dia adalah..."

Shezi makin tak paham.

"Dia adalah orang yang kau tabrak di hari kecelakaan itu, Zi."

Kaki Shezi terasa lemas. Kepalanya menggeleng kuat. "Itu tidak mungkin!"

"Itu adalah kenyataannya, Zi! Mobil yang kau tabrak adalah mobil milik Nola, sahabat kakak!" seru Rasya.

Tubuh Shezi limbung seketika. Ia terduduk lesu di depan pusara Nola.

"Kenapa kakak tidak pernah mengatakan apapun soal ini?" Shezi menatap Rasya yang masih berdiri dengan tatapan nanar.

"Aku sengaja menyembunyikan semua ini darimu. Om Doddy yang memintaku untuk merahasiakannya darimu."

Shezi menatap pusara Nola. Tentu saja Shezi mengenal Nola yang dikenalnya sebagai sahabat sang kakak sepupu.

"Kenapa Papa membohongiku? Papa bilang mobil yang aku tabrak bukanlah mobil orang yang kita kenal. Tapi ternyata ... itu adalah mobil kak Nola!"

Rasya menyesali semuanya. Namun semua tidak akan bisa terulang kembali.

"Bukankah saat itu kak Nola sedang mengandung? Apakah bayinya selamat?" tanya Shezi yang sudah mulai menguasai dirinya. Sebesar apapun rasa bersalahnya terhadap Nola, tidak akan mampu mengembalikan nyawa wanita itu.

"Bayinya selamat. Shady yang merawatnya."

Shezi memejamkan matanya. Ia merasa bersyukur. Setidaknya ia tidak membunuh dua nyawa sekaligus.

#

#

#

Di kantornya, Shady kembali disibukkan dengan semua pekerjaan dan meeting yang tertunda selama ia mengejar cinta Dea.

Usai menghadiri meeting, Shady berjalan kembali ke ruangannya. Roni yang selalu mendampingi Shady nampak memperlihatkan gelagat aneh.

"Ada apa, Roni?" tanya Shady.

"Umm, begini Tuan." Roni menyerahkan ponselnya ke atas meja Shady.

"Apa ini?"

Shady mengambil ponsel milik Roni. Ternyata sebuah video yang sepertinya baru diterima Roni.

Shady memutar video itu. Shady membelalakkan mata melihat rekaman video yang berasal dari CCTV di bandara.

"Jadi, gadis itu kembali?" tanya Shady.

"Benar, Tuan. Nona Shezi sudah kembali."

Shady mengepalkan tangannya.

"Dan ada satu video lagi, Tuan." Roni memberitahu Shady.

Shady menggeser layar ponsel Roni. Dalam rekaman video terlihat jika Rasya dan Shezi mendatangi makam Nola, mendiang istri Shady.

"Brengsek!" umpat Shady.

Matanya memerah, tanganya mengepal kuat.

"Jadi, selama ini Rasya mengetahui perbuatan Shezi! Ini tidak bisa kubiarkan!" Napas Shady memburu. Dadanya terasa sesak. Ia melonggarkan dasi yang melilit lehernya.

"Tuan, sebaiknya Tuan jangan gegabah! Mereka adalah orang yang licik. Apalagi sekarang tuan Rasya menikahi nona Clara. Jika Tuan bertindak ceroboh, bisa saja nona Clara celaka," ujar Roni.

Shady mengusap wajahnya. "Kau benar! Aku tidak boleh gegabah. Ada Clara yang akan terluka jika sampai dia mengetahui jika suaminya berhubungan dengan kecelakaan Nola."

#

#

#

Seminggu berlalu sejak kembalinya Shezi ke rumah keluarga Kalendra. Doddy Kalendra, ayah Shezi menerima kedatangan putrinya setelah mengasingkan diri selama dua tahun.

"Ingat, Shezi! Papa tidak mau kau berbuat hal yang ceroboh lagi! Sudah cukup Papa membantumu dua tahun lalu. Papa tidak akan membantumu jika kau melakukan kekacauan lagi!" ucap Doddy saat makan sarapan pagi bersama Shezi.

"Papa tenang saja! Kali ini aku akan benar-benar menjaga reputasi keluarga Kalendra."

"Oh ya, nanti malam ada pesta pertemuan para pengusaha se-Indonesia. Sebaiknya kau siapkan diri. Papa akan mengenalkanmu pada kolega-kolega Papa. Dan sebaiknya kau segera menikah agar Papa bisa pensiun lebih cepat."

Shezi menghentikan sarapannya. "Pa, aku baru kembali dan Papa menyuruhku menikah. Aku masih ingin menikmati hidupku, Pa."

"Cukup, Shezi! Dua tahun Papa sudah memberimu kebebasan hidup di negeri orang. Jadi, sekarang papa ingin kau melakukan apa yang papa inginkan. Papa punya kenalan, putranya seorang dokter. Papa harap kau bisa berkenalan dengannya saat di acara malam nanti. Berdandanlah yang cantik dan jangan menunjukkan jika kau seorang kriminal. Mengerti?!" Doddy menyudahi sarapan paginya dan meninggalkan Shezi yang terlihat masih kesal.

Sementara itu, di rumah keluarga Hutama. Shady bersiap untuk pergi ke kantor. Seperti biasa Dea menyiapkan segala keperluan Shady, dan juga memakaikan dasi untuk suaminya itu.

"Sayang..."

"Hmm, kenapa Mas?" Dea masih sibuk memasangkan dasi untuk Shady.

"Nanti malam ikutlah denganku!"

Dea merapikan sekali lagi penampilan Shady.

"Kemana, Mas?"

"Ada pesta pertemuan para pengusaha se-Indonesia. Aku ingin mengajakmu ke sana."

Dea mengerutkan keningnya. "Tapi, aku tidak pernah datang ke pesta, Mas. Bagaimana jika aku membuatmu malu?"

Shady menarik pinggang Dea agar menempel dengan tubuhnya. "Tidak akan! Kau ini sudah cantik alami. Jadi, pasti semua orang akan terpukau denganmu. Sudah saatnya aku mengumumkan jika aku bukan lagi seorang duda. Aku sudah menikah!" bisik Shady yang membuat Dea meremang.

Dengan malu-malu, Dea pun akhirnya mengangguk. Shady tersenyum puas.

"Baiklah. Nanti siang aku akan mengirimkan gaun malam untuk kau pakai nanti." Shady mencium pipi Dea yang merona itu.

"Maafkan aku, Dea. Aku harus memanfaatkanmu untuk memancing reaksi Shezi. Kita akan lihat bagaimana ekspresi wajahnya ketika melihatmu sudah bebas dari penjara," batin Shady.