SISTEM KEKAYAAN PEMULUNG

"Baiklah, jika begitu Abang siap membantu, besok pagi kita akan ke lapas dulu, menemui Pak Arya untuk mendapatkan penjelasan yang rinci tentang kasusnya, baru setelah itu Abang akan mengajakmu menemui pengacara."

"Terimakasih Bang, Abang mau membantuku. Tapi besok kita akan memulangkan gadis-gadis itu dulu Bang, ke asal tempat tinggalnya masing-masing. Besok kita akan mengantar mereka ke loket bus, tujuan daerah mereka."

"Tapi 'kan, mereka butuh uang juga Dek, minimal untuk ongkos dan makan mereka di jalan. Abang jamin, saat ini mereka pasti tidak memiliki uang."

"Nggak apa-apa Bang, aku masih punya sedikit uang di tabungan, besok pagi akan aku ambil dulu ke ATM."

Togar menggelengkan kepala, lalu dia menepuk kedua pundak Zero dan berkata, "Abang salut denganmu Dek! Walaupun kamu masih muda tapi pemikiran, semangat, keberanian dan kebaikanmu tidak ada yang bisa menandingi, termasuk diri Abang sendiri."

"Bang Togar terlalu berlebihan menilaiku, aku hanya ingin menjadi anak yang bisa berguna bagi orang lain. Sudah cukup kesusahan hidup yang aku alami Bang, aku tidak ingin melihat orang-orang di sekitarku mengalami nasib yang sama, apalagi anak-anak seperti Seto dan Ahmad."

"Oh ya, ngomong-ngomong bagaimana keadaan Ahmad sekarang?" tanya Togar.

"Alhamdulillah dia sehat dan ibunya juga sudah membaik tapi aku belum mengizinkan dirinya berjualan, aku takut orang-orang bang Beni akan menyakiti dia lagi. Sementara ini, dia kuminta di rumah dulu menjaga ibu dan adiknya sambil aku berpikir Bang, apa yang bisa aku bantu agar dia dan adiknya juga bisa sekolah."

"Abang beruntung bertemu kalian, khususnya kamu. Kenapa tidak sedari dulu kita ketemu ya, hingga dosa Abang tidak sampai menumpuk seperti sekarang ini. Abang menyesal kenapa selalu membuat orang susah semakin susah, bukannya malah membantu mereka untuk lepas dari kesusahannya seperti yang sekarang kamu lakukan Dek."

"Sudah Bang, tidak usah diungkit lagi masalah yang sudah lalu, yang terpenting sekarang Abang sudah sadar, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya."

"Iya Dek, Abang janji sejak sekarang dan selamanya insyaallah Abang akan menjadi orang yang baik, Abang akan bantu siapapun yang membutuhkan bantuan selagi Abang mampu."

Zero memeluk Bang Togar, lalu dia berkata, "Kita akan bersama-sama berusaha menjadi orang baik ya Bang!"

Togar terharu mendengar ucapan Zero, sebenarnya dia juga malu, kenapa Zero yang usianya jauh di bawahnya malah bisa lebih berpikir positif ketimbang dirinya.

"Terimakasih Dek, sudah mau berteman denganku," ucap Togar sembari memeluk erat Zero.

"Abang bukan hanya teman tapi sejak saat ini Bang Togar adalah Abangku."

Keharuan itupun terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu. Ternyata istri Togar diminta Ibu untuk memanggil mereka karena makan malam sudah dihidangkan.

Zero dan Togar pun keluar kamar, mereka bergabung dengan yang lain untuk makan malam bersama.

Rumah Mak Salmah jadi sangat ramai, hingga membuat suasana makan malam kali ini menjadi lebih menyenangkan dan penuh dengan canda tawa.

Mak Salmah sudah menganggap mereka semua seperti keluarga, para gadis itupun sangat senang, mereka semua memanggil Mak Salmah dengan sebutan Mamak.

Setelah selesai makan malam, para gadis tersebut membereskan sisa makanan dan membersihkan peralatan makan yang kotor, lalu semua kembali berkumpul di ruang tamu.

Togar pun segera membuka percakapan, "Besok kami akan mengantar kalian ke loket-loket bus tujuan rumah kalian masing-masing."

Kesembilan gadis tersebut sangat senang dan berterimakasih kepada Zero dan juga Togar. Hanya satu orang yang sejak tadi hanya diam, terlihat kesedihan di raut wajahnya.

Zero yang melihat hal itu merasa heran, kemudian dia bertanya, "Kak...kenapa Kakak sedih? Memangnya Kakak tidak senang bisa berkumpul kembali dengan keluarga Kakak?"

"Aku tidak mau pulang Dek! tapi aku juga tidak tahu harus tinggal di mana?"

"Memangnya kenapa Kak? Apa Kakak tidak mempunyai keluarga?"

Aku hanya tinggal memiliki ayah tiri, ibu dan Kakakku sudah meninggal setahun yang lalu. Aku tidak mau kembali tinggal dengan ayah tiriku itu, dia jahat! Dia telah menjualku hingga aku akhirnya di perkosa," ucap gadis itu kembali meneteskan air mata sembari tertunduk.

Semua yang di sana pun ikut sedih mendengar cerita gadis itu, begitu juga dengan Emak, lalu Emak pun berkata, "Kamu tinggal di sini saja, jadi anak emak, jadi Kakaknya Zero."

Gadis itupun mendongakkan kepala, dia tidak percaya jika Emak bersedia menganggapnya sebagai anak dan mengizinkannya untuk tinggal di sini.

Melihat tatapan sendu gadis tersebut, Emakpun mengangguk dan kembali berkata, "Emak serius! Kamu anak Emak sekarang, bagaimana Ro? Kamu tidak keberatan 'kan?"

"Tentu saja tidak Mak, aku senang jika Kakak mau tinggal di sini sebagai Kakakku, jadi aku tidak khawatir lagi, Emak akan punya teman di rumah saat aku pergi kerja atau pergi untuk urusan lain."