Istri Pilihan Aki

Udara pagi seharusnya terasa sejuk dan menyegarkan, dan menenangkan hati, tapi hal itu cukup sulit didapatkan di tengah ibu kota ini. Zee menatap lesu langit dengan rona merah dan jingga.Ini tidak seperti dirinya, tak ada keceriaan di wajahnya pagi itu, hati Zee terasa sakit, rasa sakit yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya. Dia menyambut sang fajar dengan berjuta kesedihan. 

Siapa dia? Siapa perempuan yang selalu ada di hampir setiap foto suaminya? Temannya kah? Mantan kekasihnya kah? Atau bahkan seseorang yang masih dirindukannya?

Entahlah, seharusnya dia tidak melihat surat cinta yang diberikan wanita itu untuk suaminya, atau seharusnya dia tidak membuka kotak yang ada di sudut lemari suaminya, bahkan seharusnya dia tidak usah merapikan baju kerja dan sepatu suaminya, sehingga dia harus melihat barang-barang yang tak semestinya dia lihat.

Jika wanita itu tidak berarti, kenapa suaminya masih menyimpan foto dan beberapa kenangan atasnya?

Banyak perempuan yang sudah dia pacari termasuk Kakak iparnya, tapi kenapa mereka tidak meninggalkan jejak?

Kenapa hanya wanita itu?

Iren, sebuah nama yang mungkin saat ini masih ada dihati suaminya.

Wanita cantik yang mungkin sulit dilupakan oleh suaminya sehingga dia enggan menghapus jejaknya.

*Haruskah aku bertanya?

Atau harus berpura-pura tak pernah melihatnya?

Entahlah*…

Jika memang dia belum melupakannya, itu artinya begitu dalamkah cinta mereka?

Jika bukan karena perjodohan ini mungkin mereka sedang berbahagia sekarang. 

Zee mulai memikirkan apa yang seharusnya tak ia pikirkan.

"Pagi sayang"

Dia tidak menyadari jika suaminya telah bangun, karena terlalu dalam dia menyelami lamunannya.

"Kamu abis nangis?" Ketika melihat mata sembab istrinya. 

Sebenarnya Guntur sudah bangun sekitar 30 menit yang lalu, tidak biasanya dia tidak menemukan tubuh kecil istrinya di ranjang maupun kamar mandi kamarnya, dan akhirnya dia pergi ke dapur, karena dipikirnya Zee sedang memasak sarapan untuk mereka. Tapi lagi-lagi tidak ada, dia pun mencari ke ruang tengah, kagetnya ia melihat isterinya tengah duduk di depan balkon apartemen. Pemandangan yang baru dia lihat sepanjang dia menikah dengan Zee.

Beberapa kali dia memanggil-manggilnya tapi tak ada jawaban. Apa yang sedang dia pikirkan?

Apa yang membuat dia segelisah itu?

Apa dia tanpa sengaja telah melukai perasaannya?

Banyak pertanyaan dalam hatinya. Tapi dia tidak tahu harus berbuat apa?

Mungkin dia sedang rindu rumahnya, tapi bukankah baru beberapa hari kemarin kami baru berkunjung?

Atau mungkin ada masalah pada tokonya. Tapi tidak mungkin dia tidak bercerita, karena apapun selalu menjadi bahan obrolan mereka sebelum beranjak tidur. Obrolan sederhana yang sudah seperti rutinitas mereka, seperti layaknya makan.

Ya, mungkin dia sedang ingin sendiri, karena ada kalanya kita memang ingin sendiri.

"Mataku kelilipan."

Bohong, dia sedang berbohong pikir Guntur.

"Oh." Jawab Guntur kemudian mendekati istrinya untuk mengecup bibir yang telah menjadi candu untuknya, tapi kini dia mendapat penolakan dari istrinya yang sengaja menghindar saat Guntur hampir mendaratkan bibirnya.

"Aku mau mandi dulu, aku harus ke toko. Ada resep kue baru yang harus aku ajarin ke karyawan ku."

Lagi-lagi istrinya berbohong, karena seingatnya semalam tak cerita dia akan mengajarkan resep baru pada karyawannya.

"Yang kamu kenapa sih?" Menarik tangan istrinya yang hendak pergi ke kamar.

"Kenapa? Emang aku kenapa?" Zee balik tanya.

"Kamu ga kayak biasanya, kamu jadi aneh. Ada masalah apa? Cerita ke aku!" Tanpa melepaskan genggamannya dari tangan Zee.

"Aku mau mandi, aku harus ke toko, ada resep yang harus aku share ke anak-anak di toko."

"Bohong!" Kali ini nada suara Guntur meninggi. "Apa yang kamu sembunyiin dari aku? Apa yang bikin kamu nangis sepagi ini? Apa yang udah bikin kamu kesel? Kalo aku ada salah sama kamu, aku minta maaf, tapi kamu harus kasih tau apa kesalahan aku! Kita bukan anak kecil, kalo ada masalah kita selesaikan sekarang juga. Bukan malah kabur dari masalah." Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya Zee langsung berjongkok dan membenamkan wajahnya di lututnya. Air matanya sudah tak lagi bisa dia kontrol. 

Dia terus menangis, apa ini yang disebut sakit hati. Lalu inikah yang juga dirasakan wanita itu ketika Guntur harus memutuskan hubungan mereka?

Dada Zee begitu sesak, seolah ada yang merenggut udara untuk dia hirup.

"Maaf aku udah bentak kamu, tapi bukan maksud aku bikin kamu sedih." Kali ini suara Guntur lebih lembut dari saat beberapa waktu lalu.

Mendengar kata maaf dari suaminya Zee semakin tak bisa menyudadahi tangisannya.

Sebenarnya apa yang Guntur rasakan kepadanya selama ini? Cinta kah? Atau hanya rasa tanggung jawabnya terhadap istri yang menjadi pilihan Kakeknya.

"Maaf ya!" Sekali lagi Guntur meminta maaf kepada istrinya, kemudian mengecup puncak kepala Zee  dan memeluk tubuh istri kecilnya yang masih memeluk kakinya sambil menangis dihadapannya.