Berkisah tentang seorang wanita yang terbangun sebagai karakter game yang pernah ia mainkan, Putri Verxina. Seorang putri Kerajaan yang terpaksa menjadi pemimpin pasukan yang memerangi Raja Iblis dan pasukannya. Verxina memiliki dua rekan yang bersamanya sejak dia masih kecil, yaitu Lukasz dan Maria.
Verxina sering dijuluki sebagai Putri Gila karena berbeda dengan para bangsawan gadis seusianya, ia memilih jalan hidupnya sebagai seorang pejuang. Bahkan tanpa penyelidikan yang mendalam, ia menyanggupi menjadi pemimpin pasukan pertahanan dari Monster dan Iblis yang nantinya akan menjadi jalan hidupnya.
Setelah menyelesaikan pertempuran pertamanya yang membuat korban jiwa dalam jumlah besar, dia bertemu dengan Ivory yang menyatakan sebagai dewa dari dunia ini dan meminta untuk Verxina dapat mencapai babak akhir tersembunyi dari dunia ini tentunya dengan sebuah imbalan. Verxina menyanggupinya dan meneruskan perjuangannya dalam mempertahankan dunia ini dari serangan pasukan Raja Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurius07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sehari di Northridge
Sehari setelah pertempuran, kami telah berada di Gereja untuk mendapatkan pengobatan intensif setelah pertempuran terakhir kami. Unit penyembuhan di dunia ini adalah Rumah Sakit dan Gereja dimana Rumah Sakit akan menangani masalah yang membutuhkan operasi dan perawatan intensif yang menyangkut nyawa seseorang, sementara Gereja akan menangani hal yang tidak dapat ditangani Rumah Sakit seperti kutukan dan hal lainnya.
Alessandro, Elano, Lukasz, aku, dan terakhir Adeela semuanya berada di ruang pengobatan Gereja, menunggu giliran kami disini. Kami berlima memiliki tempat luka yang hampir sama, di lengan bawah dan lengan atas kiri kami.
“Jadi, apa yang akan anda lakukan Yang Mulia?” tanya Adeela padaku, aku berhenti mengunyah makananku dan menyuapinya sesendok.
“Tidak ada, kita harus beristirahat, seluruh badanku nyeri setelah bangun tidur tadi pagi,” jawabku untuk pertanyaannya.
“Kau mau juga Lukasz?” tanyaku sembari menyuapinya sesendok juga. Aku melihat Alessandro dan Elano yang terlihat ingin juga dan kutatap balik mereka, “Beli sendiri kalian.”
“Omong-omong Lukasz,” ucapku mendapatkan perhatiannya.
“Bagaimana dengan korban jiwa pertempuran kemarin?” tanyaku padanya.
“Kita memiliki beberapa korban luka parah yang telah diurus oleh Rumah Sakit dan banyak korban luka ringan. Namun, pertempuran kita menangkan tanpa adanya korban jiwa Yang Mulia!” ucapnya dengan senang padaku.
“Syukurlah!” ucapku juga senang, walaupun ada korban luka parah setidaknya tidak ada korban jiwa, sehingga prosesi pemakaman tidak perlu dilakukan pada pertempuran ini. Ini akan memangkas biaya dan waktu kita untuk mempersiapkan pertempuran selanjutnya, melawan serangan salah satu Jenderal Raja Iblis.
Melawan bos di setiap serangan saja sudah sangat sulit, apalagi dalam melawan para Jenderal Raja Iblis. Beberapa dari mereka bahkan memiliki kemampuan yang dapat menghancurkan mental pasukan, seperti Maelstorm dan Lilith.
“Tolong jangan melakukan ide gila seperti itu Yang Mulia, kami hampir kehilangan anda di pertempuran kemarin,” ucap Lukasz padaku, ya memang itu sebuah ide yang bodoh, tetapi tidak ada yang dapat kita lakukan lagi, dan juga akhirnya ada yang telah membuka kemampuan Ultimate dari mereka, Adeela.
“Benar Yang Mulia, moral pasukan menjadi jeblok saat anda pergi ke tempat yang lain,” memangnya apa aku? Sebuah lilin aromaterapi.
“Anda masih muda, jangan melakukan hal yang akan anda sesali di kemudian hari Yang Mulia,” ujar Alessandro mengingatkanku.
“Tidak ada yang aku sesali, aku akan melakukan segalanya untuk menyelamatkan bahkan satu nyawa manusia, benarkan Adikku,” ucapku sembari membelai rambut Adeela.
“Sejak kapan kalian menjadi seakrab itu Yang Mulia?” tanya Lukasz yang masih heran dengan keakraban kami berdua.
“Kami memang akrab seperti ini Lukasz, benarkan adikku?” ucapku dengan kebingungan melihat ekspresi Lukasz.
“Benar Yang Mu... kakak tercinta,” balasan Adeela nampaknya makin membuat Lukasz sakit hati, atau dia malah iri padaku dan Adeela.
(***)
“Sudah kubilang, kau ini terluka cukup parah kan adik!” ucapku yang sekarang tengah duduk bersama di taman belakang kediamanku bersama dengan Adeela yang tangan kiri dan kaki kanannya diperban.
“Yang Mulia, aku tidak pernah mengira akan bisa melihat matahari sore kembali. Aku mengira kehidupanku akan tamat kemarin sore disana sebelum anda datang bersama dengan yang lain.”
“Aku sangat bersyukur dapat melihat mentari sore hari lagi, bersama anda juga hehe,” ucapnya padaku, aku hanya mengangguk dan kembali membuka mulutku.
“Maafkan aku juga adik, membuatmu mengalami hal-hal buruk dimana seharusnya hari kemarin menjadi hari keberangkatanmu dalam perjalanan barumu di Terra.”
“Untuk sekarang, jalani dulu pengobatanmu dan pulihlah sebelum kau bisa pergi menuju perjalanan barumu,” ucapku padanya.
“Anda tahu Yang Mulia, saya tidak akan pergi dari Kota ini,” ucapnya membalas perkataanku, tentunya aku kaget mendengarnya.
“Apa? Apa maksudmu itu?” tanyaku setelah mendengar ucapannya.
“Semalaman saya telah memikirkannya, ditambah tadi pagi dan siang hari setelah berjalan mengelilingi kota ini.”
“Saya ingin mewarisi gelar Count Braveheart dari ayah saya Yang Mulia. Saya ingin mewarisi apa yang ayah saya tinggalkan untuk saya,” ucapnya padaku dengan mata yang bersinar.
“Apa kau tahu apa artinya itu? Kau akan membangkang dari wasiat ayahmu, ayahmu lah yang menginginkan kau untuk pergi dari kota ini dan pergi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik di tempat lain,” balasku saat mengetahui apa yang dia katakan.
“Yang diinginkan Count Braveheart adalah kau dapat menjalani kehidupanmu dengan bebas,” tambahku saat mengetahui tujuannya.
“Aku tahu itu, aku benar-benar tahu itu Yang Mulia,” jawabnya, dia tersenyum padaku.
“Melawannya adalah kehidupanku yang baru apa anda tahu?” jawabnya dengan senyuman polos itu di wajahnya.
“Monster-monster kemarin, terutama Forsaken yang mengambil wujud ayah seperti mengingatkanku. Untuk apa ayah dulu berjuang, untuk apa Ayah dan Ibu meninggal di Kota ini. Apa yang mereka ingin lindungi?”
“Ternyata itu aku, aku dan seluruh penduduk kota ini. Aku ingin dapat memahami ayah, bagaimana ayah akan bertindak, tidak bagaimana aku akan bertindak saat berada diposisinya saat itu.”
“Mungkin dengan itu semua, aku akan memahami ayah, mengapa dia mengambil keputusan seperti itu!”
“Jadinya, aku ingin meminta maaf karena telah menarik perkataanku kemarin, aku ingin merubahnya.”
“Aku ingin mewarisi gelar ayah sebagai Countess Braveheart da mendapatkan hak kekuasaan kembali atas wilayah ini!” ucapnya padaku dengan mata yang sangat ambisius.
“Aku akan memikul semuanya, penderitaan dan pengorbanan yang telah anda lakukan beberapa bulan yang lalu!”
“Aku juga adalah lulusan terbaik di akademi, aku pasti bisa melakukannya kan Yang Mulia! Anda juga telah melihat kekuatanku, kekuatan yang diturunkan dari ayahku untukku!” tentu saja, kau telah mewarisi serangan ultimate dari keluargamu, serangan yang dapat menghancurkan apapun di hadapanmu.
“Aku akan tumbuh tinggi! Lebih tinggi dari Yang Mulia! Aku akan jadi lebih keren seperti Yang Mulia!” benar sekali, kau akan menjadi wanita keren yang memimpin wilayahmu sendiri sebagai Countess Braveheart, tapi kau tidak akan bisa setinggiku, maaf tapi level kita ini telah berbeda.
“Karena itulah ayo katakan sesuatu Yang Mulia!” ucapnya sembari berdiri menghadapku.
“Katakan apa itu?” tanyaku, aku mengerti apa yang akan dia katakan.
“Katakan kalau kita akan bertarung bersama mulai saat ini. Dengan itu, aku akan melindungi kota ini dengan berada di samping anda kakak!” ucapnya padaku, semangatnya memuncak setelah mengatakannya.
Adeela Braveheart, seorang ranger SSR pengguna panah penghancur pasukan. Karakter terkuat yang akan pernah ada dalam setiap serangan yang dapat dilancarkannya. Sekarang dia ingin bergabung didalam timku, tidak ada orang bodoh yang akan melepaskannya kan ... tidak untuk aku.
“Yah yah yah, maaf aku menolaknya adik,” ucapku dengan tawa kecil di wajahku.
“Hmm sudah kukira anda akan setuju ... eh anda menolaknya?” tanya dia dengan sangat terkejut.
“Kota ini telah menjadi milikku, jadinya aku tidak mau mengembalikannya kepadamu,” balasku dengan sebuah senyuman untuknya.
Hanya ada keheningan diantara kami, Adeela pasti berpikir aku akan menyerahkan tanggung jawab ini padanya dan pulang kembali ke Kerajaan. Namun, satu hal yang tidak diperkirakannya, aku ini bukanlah Verxina yang asli, hanya seorang kutu buku yang mengerti game ini dari awal hingga akhir.
“Tapi, jika kau memang menginginkannya, kalau kau mau mengeklaim hakmu sebagai pewaris ada syaratnya. Syaratnya adalah kau harus membantuku melindungi garis pertahanan ini sebagai salah satu pasukan dibawah komandoku,” ucapanku benar-benar mengagetkannya, kau tidak bisa tidak mewarisi lalu mengganti pilihanmu setelah hari kepergianmu.
“Tapi, ini hanya akan berlaku sampai kau dewasa, sampai kau dewasa dan mengerti tentang arti sebenarnya dalam memimpin dan bertanggung jawab atas ini semua.”
“Kalau begitu dalam 3 tahun lagi aku akan menagih janji anda Yang Mulia!” baiklah game ini juga akan berakhir dalam tiga tahun, aku bebas melakukan apapun setelah itu semua.
“Anda tunggu saja, aku akan menjadi seorang wanita dewasa yang dapat diandalkan Yang Mulia!” ucapnya padaku.
“Aku menantinya adikku, sekarang istirahatlah, kerja bagus kemarin,” ucapku yang pergi setelah membelai rambut hitamnya.
“Akan ada pesta malam hari ini, jangan sampai kau terlambat ya!” ucapku yang berjalan pergi meninggalkannya sendirian di taman belakang.
(***)
Yang Mulia pergi seperti itu...
Meninggalkanku sendirian di taman ini...
Musim panas sudah melalui masa puncaknya dan akan berganti menuju musim semi...
Suasana hangat ini benar-benar membuat hati ini terasa sangat ringan...
“Ah anda ternyata merawatnya dengan baik ya Yang Mulia?” bunga-bunga yang terakhir kali kulihat sebelum pergi dari sini 4 tahun yang lalu bermekaran.
Ayah dan Ibu pernah mengatakan jika bunga-bunga ini adalah penanda betapa rapuhnya tubuh seorang manusia. Ayah dan Ibu selalu berkata jika bunga ini bisa merasakan jiwa seorang manusia. Seperti setelah perginya ibu, bunga-bunga layu kehilangan kekuatannya.
Aku masih tidak mengerti apakah yang dipikirkan oleh ibuku. Aku tahu ibu sangat ketakutan jika pada suatu saat aku mewarisi kedudukan ayah. Tapi, yang ibuku takutkan lebih daripada apapun adalah kehilanganku dan kehilangan ayah dalam serangan monster yang tidak ada habisnya. Ketakutan itulah yang memaksa ayah untuk memilih kota tempatku daripada ladang tempat ibu berada.
“Mungkin secara perlahan aku akan memahaminya ayah, ibu. Terima kasih atas pengorbanan kalian demi aku, putri kalian tercinta ini,” ah waktu yang sangat buruk untuk menangis sore ini.
“Lihatlah anakmu ini dari surga disana ayah, ibu. Aku tidak akan mengecewakan kalian. Tidak akan pernah!” aku berteriak ke angkasa, semoga saja tidak ada yang mendengarkanku mengatakan ini, karena aku bisa sangat malu mendengarnya.
(***)
Pesta ini lebih meriah dari sebelumnya, aku menjadi mual melihat mereka dengan lahapnya memaksa minuman keras dan seluruh jenis makanan ke tenggorokan mereka.
Sementara aku sekarang berdiri di tengah panggung setelah membawakan sebuah lagu yang sama seperti terakhir aku bernyanyi. Namun, aku menggunakan kostum baru buatan Ivory. Tunggu kau Ivory, aku akan membakarmu hidup-hidup.
“Ekhem,” ucapku bersamaan dengan mencari perhatian seluruh penonton.
“Pesta ini kita lakukan untuk memperingati keberhasilan kita yang ketiga dari pertahanan melawan para monster, dan pertama kalinya tidak ada korban jiwa atas penyerangan yang terjadi, Bersulang semuanya!” ucapku yang mengayunkan segelas minuman keras keatas.
“Musuh kita kali ini adalah para Damned dan Forsaken.”
“Tentunya mereka adalah musuh yang kuat, namun kita ini lebih kuat daripada mereka!” Sorakan terdengar sangat meriah, sebelum aku melanjutkan perkataanku.
“Kita akan melakukannya lagi dan lagi! Ayo kita lanjutkan perjuangan kita dan tekan korban jiwa, sehingga aku bisa membiayai kalian untuk berpesta, bukan berduka!” tambahku sebelum meneguk minuman keras ini, tentunya telah kuisi dengan air sehingga lebih tawar.
“Hidup Yang Mulia!”
“Hidup Putri Verxina!”
“Hidup Kerajaan Andalusia!”
Pesta dilanjutkan denganku yang berjalan kembali ke meja bersama Lukasz, Maria dan Adeela.
“Sudah berapa gelas yang kalian minum?” tanyaku saat melihat Lukasz dan Maria yang sepertinya telah berada di dunia yang berbeda, tidak dengan Adeela yang terlihat masih segar.
“Yang Mulia! Ayo kita minum bersama~” ucap Maria yang sebelum aku dapat memberontak menolak, dia telah menuangkan minuman keras di mulutku, dan terjadi lagi, pandangan hitam tanpa kesadaranku datang.