Setelah dua tahun menikah, Laras tidak juga dicintai Erik. Apapun dia lakukan untuk mendapatkan cinta suaminya tapi semua sia-sia. Laras mulai lelah, cinta Erik hanya untuk Diana. Hatinya semakin sakit, saat melihat suaminya bermesraan dengan Dewi, sahabat yang telah dia tolong.
Pengkhianatan itu membuat hatinya hancur, ditambah hinaan ibu mertuanya yang menuduhnya mandul. Laras tidak lagi bersikap manja, dia mulai merencanakan pembalasan. Semua berjalan dengan baik, sikap dinginnya mulai menarik perhatian Erik tapi ketika Diana kembali, Erik kembali menghancurkan hatinya.
Saat itu juga, dia mulai merencanakan perceraian yang Elegan, dibantu oleh Briant, pria yang diam-diam mencintainya. Akankah rencananya berhasil sedangkan Erik tidak mau menceraikannya karena sudah ada perasaan dihatinya untuk Laras?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Bisa Bekerja Sama
Cemooh dan ejekan mengiringi langkah Dewi saat ia keluar dari kantor. Di pelukannya, sebuah kotak berisi barang-barang pribadinya tampak begitu rapuh, seakan ikut menanggung beban kebenciannya. Tatapan matanya membara, penuh dendam pada Laras.
Ia tak pernah menyangka, proyek besar yang dibanggakannya ternyata hanyalah jebakan. Sebuah permainan kotor yang membuatnya jatuh, dan Dewi yakin betul, hanya Laras yang sanggup merancangnya. Betapa cerobohnya ia, betapa butanya ia hingga tak menyadari perangkap itu sejak awal.
Kini, ia dipermalukan. Jatuh dengan cara yang paling menyakitkan. Ironisnya, Erik—lelaki yang telah menikmati tubuhnya, tak berbuat apa pun untuk membelanya. Padahal, cukup dengan satu kalimat saja, Erik bisa menyelamatkannya: mengatakan bahwa video yang tersebar hanyalah rekayasa. Namun pria itu memilih diam, membiarkannya hancur di depan semua orang.
Pintu kantor menutup di belakangnya. Dunia di dalam sana telah menolak dirinya, mengusirnya kembali pada titik nol. Hanya saja, kali ini ia bukan lagi Dewi yang miskin dan tak berdaya. Ia kini memiliki uang, modal yang bisa dia gunakan untuk membalas.
“Jangan pernah mengira kau sudah menang, Laras,” gumamnya pelan, menggenggam kotak itu semakin erat. “Hari ini mungkin aku jatuh, tapi suatu saat aku akan membuatmu berlutut. Kau mempermalukanku di depan orang-orang itu, dan kelak aku akan mempermalukanmu lebih hina lagi.”
Api balas dendam sudah menyala. Kekalahan ini hanyalah awal. Ia akan berpura-pura kalah, tapi nanti, dialah yang akan tertawa.
Di dalam ruangan, Erik masih menahan Laras agar tidak pergi. Ia sudah menyingkirkan Dewi, berharap Laras melihat ketulusannya.
“Apakah kau baik-baik saja?” tanyanya sambil menggenggam tangan Laras. “Dia tidak menyakitimu, kan?” kekhawatiran yang tidak pernah dia tunjukkan selama ini, dia tunjukkan.
Tangan Laras diusap dengan lembut, seolah Dewi telah menyakiti dan melukai istrinya.
Laras menepis genggaman itu, tatapannya dingin. “Tidak perlu pura-pura perhatian, Erik. Kau tahu Dewi tidak menyakitiku jadi tidak perlu menunjukkan perhatian palsu seperti itu!"
"Ini bukan perhatian palsu, Laras. Meski dia tidak menyakiti dirimu tapi aku tidak ingin terluka."
"Hng, kau benar-benar ingin membuat aku tertawa!" Laras menyilangkan kedua tangan di depan dada, "Apa Kau pikir aku akan terbuai dengan perhatian palsu yang kau berikan?"
"Laras, aku tidak bermaksud begitu. Aku tulus, perhatianku, dan kekhawatiranku, semua itu tulus," Erik mendekatinya. Namun, Laras segera menghindar.
"Semua itu sudah terlambat. Aku tidak membutuhkannya lagi apalagi semua perhatianmu terlihat palsu.” sikap Laras benar-benar dingin. Dia membangun tembok yang sulit diruntuhkan oleh Erik.
“Laras, aku sudah menyingkirkan Dewi. Bukankah itu bukti keseriusanku? Aku benar-benar khawatir padamu.”
“Sudah aku katakan, terlambat.” Suaranya tenang, tapi menyayat. “Seandainya dulu kau memberi perhatian ketika aku sangat membutuhkannya, mungkin aku akan menerimanya dengan senang hati. Tapi sekarang? Perhatianmu tidak bisa menyembuhkan luka di hatiku.”
Wajah Erik mengeras, namun ia masih berusaha. “Kenapa kau begitu keras kepala? Banyak pria di luar sana yang berselingkuh dan istrinya tetap memberi kesempatan. Kenapa kau tidak bisa memberiku maaf yang sama? Aku bukan satu-satunya laki-laki yang salah, dan kau pun bukan satu-satunya wanita yang disakiti!”
“Benar,” Laras menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, tapi nadanya tetap tegas. “Aku memang bukan satu-satunya yang tersakiti tapi aku bukan mereka, Erik. Aku bukan wanita yang bisa memaafkan perselingkuhan. Apalagi kau melakukannya berulang kali, dengan banyak wanita. Jangan samakan aku dengan istri-istri yang memilih menutup mata. Aku tidak bisa apalagi aku melihat apa yang kau lakukan dengan Dewi dan para wanita itu.”
Erik mengangkat suaranya, hampir marah. “Justru wanita yang bisa memaafkan suaminya adalah wanita hebat, karena mereka berlapang dada.”
Laras tersenyum miris. “Kalau begitu, maafkan aku karena aku bukan wanita hebat itu. Dewi sudah pergi. Apa kau tidak berniat mencari yang lain untuk menggantikannya?”
“Cukup, Laras!” Erik mengepalkan tangannya, rahangnya menegang. “Aku ingin memperbaiki hubungan ini, tapi kau malah menyuruhku berselingkuh lagi. Apa kau sudah kehilangan akal?”
"Ya!" Laras membentak. Tatapannya penuh tantangan. “Kita lihat saja, Erik. Aku ingin tahu berapa lama kau sanggup bertahan karena aku abaikan. Apakah kau bisa menyingkirkan sikap bajing*nmu itu? Dan aku juga ingin tahu seberapa cepat kau akan kembali mencari wanita lain.”
Erik menghela napas panjang. Laras benar-benar terasa asing. Semakin hari, dia semakin tidak mengenal wanita dengan sosok yang dingin dan tak terjamah itu.
“Rupanya, bukan hanya memuakkan, kau juga keras kepala,” ucapnya dengan getir. “Selama ini aku tidak benar-benar mengenalmu.”
“Bagus kalau kau akhirnya sadar,” balas Laras sambil berbalik. “Aku memang seperti ini. Aku senang kau tahu sifat burukku. Semoga kau semakin muak denganku. Dengan begitu, aku tidak perlu lagi bersusah payah membuatmu pergi.”
Setelah itu, ia melangkah keluar. Cukup sudah basa-basi. Dewi berhasil ia singkirkan, dan itu adalah kemenangan pertama. Selanjutnya adalah Erik. Laras sudah menyiapkan rencana, dan ia tahu betul kartu truf apa yang ia miliki: foto dan video memalukan milik Erik. Semua itu akan ia gunakan, menguras harta mertuanya, lalu menendang Erik keluar dari hidupnya.
Erik menghela nafas dan duduk. Kenapa begitu sulit menaklukkan Laras? Semua usahanya, seolah tidak dilirik dan tak dianggap.
***
Sementara itu, jauh di tempat lain, Ratna Wijaya, mendapat laporan dari seorang pegawai yang dia tugaskan untuk mematai-matai Laras selama di. kantor.
“Jadi Laras berhasil menyingkirkan wanita itu,” gumamnya sambil mengangkat alis. Ia tak perlu turun tangan, menantu tidak bergunanya itu sudah menyingkirkan selingkuhan Erik.
“Benar, Nyonya,” jawab si pegawai. “Nona Laras menyebarkan video memalukan itu. Semua karyawan melihatnya. Dewi pergi dengan penuh amarah. Sepertinya ia menyimpan dendam.”
Ratna terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. Ya, tentu saja. Kebencian adalah senjata yang bisa dipakai. Mengapa ia harus repot-repot mengotori tangannya, jika bisa memanfaatkan Dewi untuk menyingkirkan Laras?
“Berikan aku nomor telepon wanita itu. Aku ingin berbicara dengannya,” ucap Ratna mantap.
Tak lama kemudian, telepon itu tersambung. Suara Dewi terdengar kasar, penuh amarah. “Untuk apa kau menghubungiku, Nyonya? Aku sudah bukan lagi karyawan putramu.”
Ratna tersenyum licik. “Aku tak bermaksud membicarakan pekerjaan. Aku tahu betapa besar kebencianmu pada Laras. Dan aku ingin menawarkan kerja sama.”
Dewi terdiam, tubuhnya menegang. “Apa maksudmu?”
“Aku tahu apa yang terjadi denganmu,” jawab Ratna singkat. “Apa kau tidak mau membalas apa yang Laras lakukan padamu? Kisa bisa bekerja sama, jika kau mau.”
Senyum perlahan merekah di bibir Dewi. Tawaran yang terlalu manis untuk ditolak. Rupanya benar, Laras dibenci oleh mertuanya sendiri. Kini ia tak lagi sendirian. Bersama Ratna, ia akan merancang kehancuran Laras.
hayuu Erik n Ratna cemuuuunguut utk tujuan kalian yg bersebrangan 🤣🤣
semangat utk mendapat luka Erik 🤣
hayuuu Briant gaskeun 😁
buat Erik kebakaran jenggot 🤣🤣