Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.
Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.
"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.
Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.
Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.
Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Bohong.
Amira tidak bisa tidur karena memikirkan kemesraan Elvaro dan Anya tadi di dapur. Amira semakin gelisah, karena sepertinya Anya kini sudah menguasai hati Elvaro. Sampai-sampai ia tidak lagi dipedulikan oleh Elvaro. Amira berpikir keras bagaimana cara dia untuk menyingkirkan Anya dari keluarga Sugito. Ia sudah mencoba menculiknya tetapi ternyata Anya jago bela diri dan rencana itu gagal. Jadi, ia harus mencoba cara lain. Amira mendapat satu cara setelah berpikir cukup lama. Jika dia tidak bisa mendapatkan perhatian Elvaro. Maka dia harus mendapatkan perhatian Dita. Amira berpikir harus menjadi kesayangan Dita terlebih dahulu, setelah dia bisa menguasai Dita. Maka tujuannya pasti akan tercapai. Karena Dita adalah tetua dalam rumah ini dan semua orang pasti mendengarkan semua perkataannya.
"Iyah. Aku harus mendapatkan hati Nenek. Dengan begitu, aku bisa juga bisa mendapatkan hatinya Pak El. "
Amira mendengar suara langkah kaki dari luar kamar. Ia pun segera berbaring dan berpura-pura tidur. Ternyata Aiden datang untuk memeriksa Amira. Melihat Amira yang sudah tertidur tanpa selimut. Aiden segera mendekat dan menyelimuti tubuh Anya dari ujung kaki sampai dadanya. Aiden duduk sebentar menatap lekat wajah cantik Amira. Ia mengusap pipinya dengan lembut bahkan mencium keningnya.
"Maaf yah, Amira. Saya ternyata tidak bisa diandalkan. Kamu harus mengalami hal buruk seperti ini. Aku janji, kedepannya aku akan selalu melindungi mu. "
Setelah itu, Aiden pergi dari kamar Amira dan membiarkan dia untuk beristirahat. Aiden tidak pernah tahu, kalau cintanya itu sebenarnya hanya di manfaatkan oleh Amira.
Amira yang berpura-pura tidur kembali membuka matanya. Ada rasa sedikit bersalah dalam hati Amira untuk Aiden. Bagaimana tidak? Cinta Aiden begitu besar dan tulus untuknya. Tetapi, ia malah mempermainkan perasaannya hanya untuk tujuannya ingin selalu bersama dan dekat dengan Elvaro.
"Maafkan aku Aiden. Sebenarnya aku senang kamu sangat tulus dan cinta sama aku. Tapi, aku juga punya hati yang harus aku perjuangkan, " gumam Amira sambil mencengkeram erat selimutnya.
***
Pagi ini semua sedang duduk di meja yang sama untuk sarapan bersama. Beberapa hari lagi adalah pernikahan Amira dan Aiden. Dita sudah merencanakan pernikahan mereka sesuai dengan tema yang diinginkan oleh Amira dan Aiden. Dita merasa sangat lelah karena menyiapkan beberapa pekerjaan di masa tuanya ini. Tetapi ia tidak keberatan karena akhirnya anak dan cucunya menikah sebelum ajalnya datang.
Pandangan Amira tidak lepas dari Anya dan Elvaro yang duduk berdampingan dan saling mengobrol asik bersama. Mereka terlihat sangat bahagia di mata Amira. Dan itu membuat ia sangat kesal. Amira hanya bisa menarik nafas panjang dan tetap mengontrol dirinya.
Sementara itu, Elvaro memperhatikan Anya yang sedang makan terlihat sangat pilih-pilih hari ini. Padahal sebelumnya Anya tidak begitu. Ia selalu mencicipi apa saja yang ada di hadapannya. Tapi kali ini ia hanya makan sedikit. Elvaro merasa cemas kalau Anya sedang tidak nafsu makan karena sesuatu alasan. Walaupun itu hanya asumsinya saja.
"Hari ini Mamah mau kumpul dengan teman lama Mamah. Ranti kamu mau ikut? " tanya Dita.
"Saya? Bukan saya menolak, tapi takutnya nanti saya malah merepotkan Bu Dita karena kondisi kesehatan saya, " balas Ranti dengan lembut.
"Nggak papah. Kamu harus sering keluar supaya pikiran kamu fresh. Yah? Ikut, yah? " sahut Dita lagi. "Sekalian saya ingin memperkenalkan kamu sama mereka dan juga sekalian mengundang mereka untuk datang ke pernikahan Aiden sama Amira, " lanjutnya.
Ranti tersenyum. "Yasudah. Saya ikut. "
"Gitu dong! " seru Dita dengan senyum lebar.
"Anya, kamu ikut juga yah sama Ibu, " pinta Ranti.
"Maaf, Bu. Aku gak bisa. Hari ini aku ada janji sama seseorang, " sesal Anya merasa sangat tidak enak menolak ajakan Ranti.
"Kamu ada janji? " sergah Elvaro dengan cepat.
Bima seketika teringat pada seseorang. Ia pikir Anya pasti janjian sama orang yang bernama Farel itu. Sebenarnya Bima kurang suka kalau Anya dekat dengan Farel. Dan takutnya nanti malah membuat Elvaro salah paham.
"Iyah. Kenapa? " sahut Anya.
"Sama siapa? Kamu gak pernah bilang kalau kamu ada kenalan disini. "
"Ahh... itu... "
Anya belum sempat menjawab pertanyaan Elvaro. Tetapi Bima dengan cepat menyela obrolan mereka. Dan membantu menjawab pertanyaan Elvaro.
"Dia ada janji sama aku, Yah. Aku minta dia untuk nemenin aku membuat skripsi. Tugas kuliah, " ujar Bima dengan gugup.
Anya sejenak terdiam dan berpikir mengapa Bima sampai berbohong seperti itu kepada Elvaro. Apakah karena ia takut Elvaro cemburu kalau Anya ceritakan yang sebenarnya? Pikir Anya.
"Oohh... Ayah senang kalian semakin akrab seperti ini, " balas Elvaro dengan santai.
Walaupun sebenarnya Elvaro tahu, saat ini Bima sedang berbohong. Elvaro tidak tahu alasannya kenapa? Tapi, ia tidak mau mempermasalahkan ini sekarang. Lagi pula Anya belum berkata apapun kepadanya. Elvaro akan menunggu penjelasan dari Anya terlebih dahulu. Karena ia percaya sepenuhnya pada Anya.
Begitu juga Amira yang merasa ada sesuatu yang aneh antara Bima dan Anya. Karena itu juga, Amira akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tahu sendiri. Mungkin saja dia akan mendapatkan sesuatu yang menarik untuk menjatuhkan Anya. Pikir Amira saat ini.
Aiden sama sekali tidak berkomentar apapun. Ia hanya menyimak dengan seksama. Walau sebenarnya ia juga sadar ada yang terasa aneh dan janggal dengan sikap Bima. Tapi, ia memilih diam karena takut salah ngomong nantinya.
Hari ini Elvaro dan Aiden ada pertemuan penting dengan rekan bisnis. Jadi, mereka akan sibuk seharian ini. Sebab, tugas yang seharusnya dikerjakan Amira kini harus dikerjakan oleh Aiden. Amira masih belum diizinkan pergi bekerja oleh Aiden.
Di kantor sebelum Elvaro dan Aiden pergi ke tempat pertemuan dengan rekan bisnis. Elvaro membicarakan tentang penyerangan yang terjadi pada Amira malam itu.
"Ayah sudah menyelidiki malam dimana Amira di serang. Ayah mengumpulkan semua rekaman CCTV yang aktif di sana. Tapi, tidak ada tanda-tanda orang yang mencurigakan apalagi masuk ke Apartemen Amira."
"Adakah jalan titik buta yang tidak bisa dilihat oleh CCTV?"
"Ada satu. Tapi, walaupun dia melewati titik buta ini. Seharusnya dia akan terekam oleh kamera pengawas di area lorong yang menuju ke apartemen Amira. Ini sangat aneh."
"Atau mungkin, orang ini mensabotase kamera pengawas. Itu artinya orang ini sudah lama mengenal lingkungan itu. Atau bisa jadi, dia tinggal di gedung yang sama dengan Amira. Sebab itu, kita tidak bisa menemukannya. Karena dia bukan orang yang akan bisa dicurigai, " terka Aiden.
"Yah, itu bisa saja. Jika benar begitu, akan sulit bagi kita untuk menemukannya. Yang jadi pertanyaan Ayah adalah, tujuan orang itu menyerang Amira untuk apa? Tidak ada barang yang hilang, dan dia tidak berniat untuk membunuh Amira. Jika dilihat dari luka yang ditinggalkan. Jadi untuk apa? "
Elvaro berpikir keras untuk menemukan jawabannya. Elvaro merasa kejadiannya terlalu janggal.