NovelToon NovelToon
OBSESI SANG “CALON CEO”

OBSESI SANG “CALON CEO”

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Kehidupan di Kantor
Popularitas:26.7k
Nilai: 5
Nama Author: Five Vee

Gyantara Abhiseva Wijaya, kini berusia 25 tahun. Yang artinya, 21 tahun telah berlalu sejak pertama kali ia berkumpul dengan keluarga sang papa. Saat ia berusia 5 tahun, sang ibu melahirkan dua adik kembar laki - laki, yang di beri nama Ganendra Abhinaya Wijaya, dan Gisendra Abhimanyu Wijaya. Selain dua adik kembarnya, Gyan juga mendapatkan sepupu laki-laki dari keluarga Richard. Yang di beri nama Raymond Orlando Wijaya. Gracia Aurora Wijaya menjadi satu-satunya gadis dalam keluarga mereka. Semua orang sangat menyayanginya, tak terkecuali Gyan. Kebersamaan yang mereka jalin sejak usia empat tahun, perlahan menumbuhkan rasa yang tak biasa di hati Gyan, yang ia sadari saat berusia 15 tahun. Gyan mencoba menepis rasa itu. Bagaimana pun juga, mereka masih berstatus sepupu ( keturunan ketiga ) keluarga Wijaya. Ia pun menyibukkan diri, mengalihkan pikiran dengan belajar. Mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin Wijaya Group. Namun, seiring berjalannya waktu. Gyan tidak bisa menghapus

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Ikut Pulang Dengan Saya.

Semenjak kedatangan ibu Gista ke kantor waktu itu, ia pun sering bertukar pesan dengan Senja.

Menanyakan keberadaan Gyan menjadi alasan wanita paruh baya itu mengirim pesan pada Senja. Namun, pada akhirnya akan berlanjut hingga beberapa kali balasan.

"Kamu berkirim pesan dengan siapa, Ta? Om Dirga?" Tanya mami Renatta pada sang saudari ipar, saat sedang melakukan perawatan di salon kecantikan langganan mereka.

"Bukan." Jawab ibu Gista singkat. Fokusnya masih pada ponsel di tangan, sehingga tidak menoleh ke arah mami Renatta.

"Jangan katakan jika kamu memiliki kekasih?" Tanya mami Renatta sembari membulatkan matanya.

Ibu Gista berdecak, kemudian mencubit lengan mami Renatta yang duduk di sebelah kanannya. Mereka kini tengah melakukan perawatan kuku kaki.

"Jangan bicara sembarangan, Re. Telinga Abang Dirga ada dimana mana. Yang ada nanti dia mengamuk."

Mami Renatta mengusap lengannya. Meski di cubit pelan, namun rasanya sangat panas.

"Habisnya sejak tadi kamu sibuk sekali dengan ponselmu. Sambil senyum - senyum pula. Siapa yang tidak curiga?"

"Aku sedang bertukar pesan dengan sekretarisnya Gyan." Jawab ibu Gista.

Mami Renatta mengerutkan keningnya sangar dalam. "Sekretaris Gyan?"

"Iya. Namanya Senja. Dia teman Cia juga." Ibu Gista menunjukkan foto profil aplikasi berbalas pesan milik Senja.

"Dia teman kuliah Cia? Kenapa aku tidak tau? Apa aku lupa?" Mami Renatta memperhatikan wajah Senja dengan seksama.

"Dia adik tingkatnya Cia. Umurnya saja baru dua puluh tiga tahun." Jelas ibu Gista.

"Kenapa kamu tau banyak tentang gadis itu?" Selidik mami Renatta.

"Karena aku mencari tau, Re." Ibu Gista menyimpan ponselnya, karena Senja mengatakan akan kembali bekerja. Ia tidak mau menganggu gadis itu, dan membuatnya kena marah oleh Gyan.

"Untuk apa kamu mencari tau tentang gadis itu?"

Ibu Gista berdecak pelan. "Aku berencana mendekatkan Gyan dengan gadis itu. Bukannya kamu mengatakan jika kak Rich sudah menemukan pria yang cocok untuk Cia? Biar adil, kita carikan juga jodoh untuk Gyan. Supaya dia tidak sedih di tinggal Cia nantinya."

Mami Renatta memikirkan ucapan ibu Gista.

"Ah, kamu benar juga, Ta. Kita harus bekerja sama untuk memisahkan mereka." Ucap mami Renatta penuh semangat.

Ibu Gista telah memberitahu tentang tanggal lahir Cia yang digunakan Gyan untuk kode dan sandi semua akun pria itu.

Mami Renatta pun semakin curiga dengan sang keponakan. Jika pria muda itu benar - benar memiliki rasa yang salah pada Cia.

Sementara itu, di tempat lain -- tepatnya di gedung Wijaya Group. Kedua suami mereka juga sedang bersama.

"Bagaimana dengan Dinata Group? Apa ada perkembangan?" Tanya ayah Dirga pada papi Rich yang sedang duduk di hadapannya.

Mereka kini tengah berada di ruangan Direktur Utama Wijaya Group itu.

"Akhir pekan nanti aku akan bertemu dengan pak Arthur Dinata, untuk membahas kerja sama kita lebih lanjut." Jelas papi Rich.

"Bukannya kakak sudah bertemu dengan pimpinan baru mereka? Untuk apa bertemu dengan Arthur Dinata lagi? Bukannya dia sudah pensiun dini?" Cecar ayah Dirga.

"Ada hal pribadi yang ingin aku bicarakan dengan pria itu." Ucap papi Rich sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya.

Ayah Dirga memicingkan mata, menatap sang kakak sepupu penuh selidik.

"Kakak serius ingin mencarikan jodoh untuk Cia?" Tanya ayah dari tiga orang pemuda tampan itu.

"Menurutmu? Apa aku hanya bercanda?" Papi Rich berbalik melempar tanya.

Ayah Dirga berdecak pelan. Ia yang duduk di seberang meja kerja pun ikut menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Cia sudah berusia dua puluh lima tahun. Sudah saatnya kita melepaskan gadis itu untuk menjalani hidupnya yang baru. Aku tidak bermaksud untuk mengusir putriku. Aku memikirkan masa depannya. Dia putri kesayangannya keluarga Wijaya. Sudah seharusnya mendapatkan yang terbaik." Ucap papi Rich kemudian.

"Bukannya Cia sedang dekat dengan Kepala Devisi Keuangan itu?" Tanya ayah Dirga lagi.

Kepala papi Rich menggeleng pelan. "Aku tidak setuju. Pria itu bukan pria yang baik untuk putri kita. Dia suka pergi ke klub malam, dan berganti pasangan. Aku tidak mau Cia menjadi salah satu korbannya."

Papi Rich telah menyelidiki kehidupan pak Bima. Karena itu ia tidak mau Cia dekat dengan pria itu. Bukan semata karena status mereka. Tetapi, lebih kepada pergaulan bebas yang di lakoni sang Kepala Devisi Keuangan itu.

"Lalu bagaimana dengan putra keluarga Dinata itu? Apa kakak sudah menyelidikinya juga?" Tanya ayah Dirga kemudian.

"Tentu saja. Bahkan aku tau semua tentang keluarga Dinata."

Semenjak perdebatan mereka di halaman gedung Wijaya beberapa hari lalu, hubungan Gyan dan Cia kini semakin berjarak.

Gyan tidak lagi mengirim makanan pada gadis itu. Tidak juga menerornya melalui pesan dan panggilan telepon. Pria itu ingin Cia menyadari arti keberadaan dirinya dalam hidup gadis itu.

Gyan menunggu Cia datang padanya, dan meminta kembali seperti dulu.

"Bukannya itu Senja?" Gyan memperhatikan gadis yang sedang duduk di atas kursi halte bus yang berada tak jauh dari gedung Wijaya Group.

Hari sudah malam, mereka baru saja selesai melakukan lembur. Menyelesaikan laporan yang harus di serahkan kepada papi Rich sebelum akhir bulan besok.

Gyan menepikan mobilnya, menimang apakah ia harus memberikan tumpangan pada gadis itu? Mengingat, saat malam hari seperti ini, bus hanya akan datang setiap satu jam sekali.

"Bukan urusan ku juga 'kan?" Ucapnya.

Pria itu menghela nafas pelan. Ia pun memutuskan untuk melajukan mobilnya. Membiarkan Senja duduk seorang diri di halte bus itu.

Namun, saat ia melintas di depan halte, dua orang preman terlihat mendekat dan duduk di antara Senja.

"Sendirian aja, neng." Ucap preman yang duduk di sebelah kanan Senja.

Gadis itu berusaha untuk tetap tenang. Meski jantungnya berdetak sangat cepat.

"Kita temani deh, neng." Ucap preman yang duduk di sebelah kiri Senja.

"Terima kasih, bang." Ucap Senja pelan.

Gadis itu sesekali melirik jam tangannya. Waktu berjalan begitu lama untuknya. Ia berharap ada orang lain datang, atau bus segera tiba.

Salah satu preman menggeser tubuhnya mendekat, membuat Senja seketika berdiri.

"Mau kemana, neng? Busnya belum datang lho." Kedua preman itu ikut berdiri. Berjalan perlahan mendekati Senja.

Gadis itu pun melangkah mundur karena ketakutan. Hingga tanpa sadar ia menabrak tubuh seseorang.

"Senja."

Deg!!

Gadis itu mengenali suara yang memanggil namanya. Sontak ia pun menoleh.

"Kak Gyan." Ucapnya lirih dengan mata berkaca - kaca.

Kedua preman itu mengamati Gyan dan Senja.

"Sepertinya anak kantor sini, bang." Bisik salah satunya.

"Sebaiknya kita pergi saja." Mereka pun berbalik arah.

"Kamu baik - baik saja? Apa mereka melakukan sesuatu?" Tanya Gyan sembari melihat ke arah preman yang telah pergi.

Kepala Senja menggeleng pelan.

"Ikut pulang dengan saya. Sepertinya bus masih lama tiba di sini." Ucap Gyan kemudian.

Senja menatap tak percaya. Untuk pertama kalinya, ia baru merasa jika Gyan itu adalah seorang manusia.

...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...

1
Ariany Sudjana
puji Tuhan, arrea datang tepat waktu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
salahmu sendiri Gyan. makanya jangan gila
Rafly Rafly
Bagus..beri upper cut atau jab yg keras pada CEO gila' itu..
cepet Lapor sama papi mu gadis bodoh...
Rafly Rafly
CIA...kamu pendidikan tinggi.mtapi bodohnya sampe ubun ubun... tinggal bilang papi mu tentang kelakuan laki laki psikopat itu kan beres...mami dan Tante mu juga udah ada firasat.kamu saja yg juga bebal.. sekarang terima nasib saja...mo di perkosa juga apa daya
Ariany Sudjana
aduh Gyan ini psikopat, kok ga ada yang nolong cia ?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sikap gyan menakutkan. posesif banget. kapan sadarnya dia?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sulitnya gyan berpaling hati. padahal sudah jelas gak mungkin dengan cia.
Rafly Rafly
ue..yee...dang CEO pecundang.. hatinya meradang
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
jangan ulangi lagi ya gyan
Amidah Anhar
Boleh kah minta Doble Up 🤭🤭🤭🤭🤭
Rafly Rafly
sang CEO. malah pergi sbg seorang pecundang...
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
berawal dari menyebalkan bisa menjadi mengesankan, Cia.
gyan memang kelewatan. gak ada tanggung jawab nya.
Patrish
waduuh... bahayaaaa...
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
arrea hadir disaat yang tepat.
Ariany Sudjana
ayo arrea semangat, dekati terus Cia
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sepertinya acara ini bakal ramai
Ariany Sudjana
apa nanti cia akan ketemu arrea lagi di bazaar amal? wah Gyan mulai ajak senja nih hehehe
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
gyan masih belum move , jangan maksa ya
Amidah Anhar
Gregetan sama Gyian pen tabooook aja palanya biar kembali ke posisi semestinya 😛😛😛😛🤭🤭🤭
Ariany Sudjana
arrea itu calon suamimu CIA hehehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!