NovelToon NovelToon
Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:27.2k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Suaminya tidur dengan mantan istrinya, di ranjang mereka. Dan Rania membalas dengan perbuatan yang sama bersama seorang pria bernama Askara, yang membuat gairah, harga diri, dan kepercayaan dirinya kembali. Saat tangan Askara menyentuh kulitnya, Rania tahu ini bukan tentang cinta.
Ini tentang rasa. Tentang luka yang minta dibayar dengan kenikmatan. Dan balas dendam yang Rania rencanakan membuatnya terseret ke dalam permainan yang lebih gelap dari yang pernah ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kali Pertama Bersama Askara…

(Khusus 18+, banyak bahasa dewasa yang eksplisit, untuk yang tidak suka, mohon di skip).

Hening merambat. Kata-kata itu menggantung di udara, berat, seolah menunggu siapa yang lebih dulu runtuh.

Askara tidak langsung menjawab. Sorot matanya tajam, tapi ada sesuatu yang bergetar di dalamnya.

Perlahan, ia bangkit dari duduk, mendekat.

Jarak mereka menyempit. Tapi Rania tidak mundur. Ia berdiri, napasnya berantakan, bath robe putih itu menempel di tubuh basahnya.

“Rania…” ucap Askara lembut.

“Aku serius,” potong Rania, lirih, tapi matanya tidak bergeming. “Aku muak. Aku capek jadi orang yang diinjak-injak. Malam ini, aku tidak ingin berpikir apa pun lagi."

Tangannya gemetar saat menyentuh kerah kemeja Askara. Jari - jarinya terasa dingin. Askara menatap wajah wanita di depannya. Ada amarah di sana, ada luka, tapi juga… ada hasrat yang menyala.

Bibir Askara yang pertama menemukan bibir Rania. Hangat. Basah. Semuanya meledak begitu saja. Ciuman itu dalam, membuat kaki Rania lemas, suara jantungnya berdentum di telinga. Saat jemari Askara menelusup ke rambut Rania, wanita itu menyerah pada sensasi yang menghapus semua logika.

Penthouse itu sepi, hanya suara kecupan yang mendominasi.

“Aku benci…,” suara Rania terputus di tengah ciuman, “…tapi aku ingin ini.”

“Kalau kamu ragu... ” bisik Askara di telinganya, napasnya berat.

“Aku tidak ragu,” jawab Rania tegas, kedua tangannya mencengkeram punggung Askara, tubuh mereka rapat menempel. Suara bibir yang saling mencari, menghisap, terdengar berlomba dengan desahan pelan.

Sesaat, mereka saling melepaskan, sama - sama mencari oksigen.

Udara di penthouse berubah panas dalam hitungan detik. Kening mereka salin menempel saat Askara berkata, "Aku penuhi permintaanmu, Rania." sedang jarinya menarik pelan tali bathrobe di pinggang Rania. Kain putih itu langsung melorot ke lantai.

Tubuh Rania telanjang, kulitnya yang putih mulus tampak eksotis di bawah lampu temaram.

Askara menelan ludah. Tanpa apa - aba, bibir Askara kembali menghantam bibir Rania. Lidah mereka bertabrakan, saling menjajah, saling menggigit.

Rania mendesah kasar, membalas dengan ciuman yang tidak kalah rakus.

Tangannya terburu, sibuk membuka kancing kemeja Askara satu per satu. Hingga dada bidang dan otot perut yang rata itu terlihat jelas, menggairahkan.

Tanpa melepaskan bibir, tubuh gagah pria itu di dorong jatuh duduk di sofa, dengan anggun dan menggoda Rania memanjat ke pangkuan Askara. Tubuh mereka saling menempel, kulit dengan kulit.

Askara meremas pinggang Rania, jarinya menyusuri perut hingga naik ke payudara wanita itu. Telapak tangannya menutup dada Rania, menggenggam, meremas, membuat desahan pendek lolos dari bibirnya.

“Ahhhh... Kalau kau berhenti... ssshhhh... aku akan benci padamu,” Bisik Rania, serak.

"Aku tidak akan pernah berhenti,” jawab Askara.

Rania, si wanita yang tengah rapuh itu menggoyangkan pinggul ketika merasakan tonjolan keras di bawah tubuhnya. Gesekan yang terhalang kain celana yang masih membungkus Askara, membuat darahnya mendesir. Logikanya hilang sudah.

Napas Askara tersengal, dalam satu gerakan, ia mendorong Rania telentang di sofa, membiarkan tubuh kekarnya menindih tubuh Rania yang mungil. Mulutnya bergerak turun, dari bibir ke leher, merambat ke dada. Hisapan panas di kulit Rania meninggalkan bekas kemerahan, awalnya satu... lalu berubah banyak..

"Angghhhh..." desahan Rania kembali lolos ketika lidah itu menyentuh putingnya, memutari, lalu mengisap kuat. Membuat punggungnya melengkung seksi.

Jemari Askara turun, menyusuri perut, sampai ke pangkal paha. Kaki jenjang Rania ia buka lebar-lebar. Dengan perlahan, dengan lembut, Satu jarinya ia bawa masuk.

Rania menjerit tertahan, tangannya mencengkeram rambut hitam Askara.

“Basah sekali,” gumam Askara penuh napsu

“Aahhhh... cepat Askara... cepat," ujar Rania nyaris memohon, matanya sayu. Memelas. Meminta

Tapi Askara tidak terburu-buru.

Ia memasukkan jari kedua, menggerakkannya perlahan, lembut, menggoda. Tak lama prosesnya untuk membuat tubuh Rania bergetar hebat nyaris mendapat pelepasannya. Tapi... baru saja hendak mencapai puncak, Askara menarik jarinya.

Rania nyaris marah, tapi bibir Askara sudah menggantikan jari, lidahnya menyapu bagian paling sensitif, menghisap habis-habisan.

Cairan puncaknya datang dengan deras, membuat tubuh Rania kaku dan kemudian ambruk.

“Askara…” napasnya putus-putus.

Pria itu berdiri, melepas semua celana, memperlihatkan dirinya yang sudah menegang keras.

Ia membungkuk, meraih pinggang Rania, menarik napas dalam - dalam ketika menegakkan tubuhnya. Rania di bawahnya sudah siap, kedua pahanya terbuka. Menunggu dengan berdebar. Namun untuk sekian detik pria itu diam, sebelum tersenyum, dan berbisik.

"Mau coba yang lain?"

Otak Rania lama memproses, "... Ya?"

Dalam satu gerakan Askara mengangkat tubuh wanitanya, membuatnya duduk membelakangi di pangkuan, punggung Rania menempel panas di dada bidang sang jantan.

"Kamu terlihat seksi" bisik Askara penuh napsu

"Hnnnggg... Askara" Napas Rania tertahan saat pinggulnya diangkat, lalu diturunkan perlahan. Tubuhnya bergetar hebat begitu dari bawah Askara memasukinya penuh.

“Aaahhh...." desahannya panjang,

Askara menggigit bahu mulus Rania dari belakang. “Bagus. Rasakan semuanya, Rania”

Rania kembali menggoyangkan pinggul, gemulai, erotis. Askara menggeram. "Haaahhhh..." desahnya.

Gerakan yang awalnya itu pelan semakin cepat. Sofa bergoyang. Suara kulit beradu memenuhi ruangan, bercampur dengan napas yang menderu kasar.

Tangan Askara membungkus dada Rania, satu tangan lain meremas pinggul, menarik tubuh itu lebih dalam setiap kali menghantam. Rania menggigit bibir, menahan suara, tapi ketika ia mencapai puncaknya lagi, teriakan itu pecah juga.

Askara terus menghantam berulang kali, berganti - ganti posisi, entah sudah berapa lama, sampai akhirnya tubuhnya menegang, napasnya tertahan, dan cairannya tumpah di dalam diri Rania.

Mereka jatuh terkulai. Keringat bercampur, napas memburu. Sofa basah oleh tubuh mereka. Beberapa saat hanya ada hening.

Askara menciumi tubuh Rania, menatap wajahnya yang merah dan basah oleh sisa air mata. Di kecupnya pelan, lembut.

“Kamu tahu, bukan?” bisiknya. “Aku tidak akan melepaskanmu setelah ini.”

Rania menutup mata. Ia tahu. Dan anehnya, malam itu, ia tidak ingin dilepaskan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tubuhnya masih terasa lemas ketika tangan Askara memungut bath robe yang tergeletak begitu saja di lantai. Kemudian perlahan memakaikannya kembali di tubuh Rania.

“Bangun,” ucapnya pendek.

Tanpa protes, Rania melingkarkan lengan di leher Askara saat tubuhnya diangkat.

Penthouse itu sepi. Langkah Askara terdengar berirama, lantai marmer dingin berkilat di bawah cahaya lampu. Di sisi kiri lorong, dinding kaca memamerkan kota yang basah. Lampu-lampu jauh di bawah berpendar seperti bintang.

Kamar utama terletak di ujung. Pintu dibuka, ruangan luas dengan nuansa abu muda dan putih. Tempat tidur besar berdiri di tengah, tirai setengah terbuka. Dari jendela, langit malam tampak berat, hujan masih jatuh tipis.

Askara menurunkannya di atas kasur. Ia menarik selimut tebal, menutup tubuh Rania hingga bahu, lalu duduk di tepi ranjang.

“Nanti kamu kedinginan,” ucapnya singkat.

Rania hanya menatapnya. Sorot matanya sudah berbeda. Tidak ada lagi panas seperti tadi. Dingin. Terlalu tenang.

"Apa ini hanya akan terjadi malam ini saja?" tanya Rania.

"Tidak akan hanya malam ini saja ketika kamu sudah sampai di ranjangku, Rania." ucapnya datar, dingin.

Askara berdiri. Melepas sisa pakaian yang melekat, lalu berbaring di sisinya. Tidak bicara lagi, hanya menarik tubuh Rania. Menjadikan lengannya sebagai bantal. Tak ada kecupan. Tak ada ucapan selamat malam.

Lampu kamar padam.

Rania hening. Merasakan suara napas Askara yang mulai teratur. Tangannya ia bawa pelan menelusuri dada bidang si pria, merasakan ritme jantung yang sudah tenang. Rania menghela napas, tubuhnya memang sedang di rengkuh tapi entah kenapa, seolah ada tembok yang baru saja kembali berdiri di antara mereka.

Hujan di luar terdengar samar.

Kantuk melanda di tengah pergolakan batin Rania. Hancur, sakit, sedikit harapan, hangat. Semuanya datang silih berganti, hingga matanya ikut terlelap menyusul Askara.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sunyi.

Rania membuka mata perlahan. Tirai tebal sedikit terbuka, membiarkan cahaya tipis subuh masuk dan membentuk garis pucat di lantai marmer. Ruangan ini terasa asing. Terlalu bersih. Terlalu sunyi. Tidak ada suara sendok beradu piring, tidak ada tawa mesra Wulan dan Niko, tidak ada suara Bu Ayu memanggil dari ruang tamu.

Yang terdengar hanya napas. Napas seseorang di sebelahnya.

Ia menoleh.

Askara tidur dengan damai, wajah tampannya terlihat kontras di remang cahaya lampu. Hidungnya mancung menjulang. Pipi dan rahangnya tirus simetris.Tarikan napasnya pelan, teratur. Bahkan dalam tidur pun, wajahnya terlihat seperti tidak memberi ruang untuk siapa pun.

Rania masih menatap lekat Askara. Seorang pria yang punya segalanya. Yang mampu membuat ruang rapat hening hanya dengan satu pandangan. Yang hidupnya nyaris sempurna, mapan, dan tak tergoyahkan

Dan tadi malam... pria itu memeluknya, menginginkannya, mendambanya. Tapi kenapa? Apa yang pria seperti Askara lihat dari seorang perempuan sepertinya?

Dada wanita itu terasa berat, sesak. Matanya menelisik tampilannya sendiri.

Tubuhnya yang kurus, kulit yang pucat. Ia tidak pernah punya waktu untuk perawatan. Pakaian kerja yang ia pakai selalu sisa gaji, dan bahkan kadang tidak terbeli hingga berbulan - bulan

Setiap hari hatinya dipatahkan, impiannya dihancurkan, harga dirinya diinjak oleh Niko, Wulan, dan mertuanya. Kata - kata mereka membuatnya merasa kerdil. Kecil. Hingga akhirnya ia merasa kalau dirinya memang tak pantas.

Rania duduk perlahan di tepi ranjang, Kakinya menyentuh lantai yang dingin. Cermin besar di depannya, menyadarkan betapa lusuh dirinya.

Bath robe putih yang ia kenakan kebesaran. Rambut hitamnya kusut, menempel di pipi. Matanya sembab dengan lingkaran hitam tebal.

Begini kah ia selama ini?

Ia berdiri pelan, mendekati cermin. Jemarinya menyentuh permukaan dingin refleksi diri itu.

Sekarang ia mengerti, tidak heran Niko berpaling pada masa lalunya, tak usah dipertanyakan kenapa Wulan tetap dianggap lebih pantas untuk Niko.

Rania menutup mata. Di kepalanya, suara Bu Ayu, Niko, dan Wulan datang bergantian.

“Lihat penampilanmu. Memalukan.”

“Bajunya lusuh."

“Kamu makan di dapur saja.”

“Wulan lebih pantas."

Napasnya tercekat. Dadanya ngilu. Giginya gemeretak menahan marah.

"Tidak. Aku harus berubah." batinnya, "Kalau aku ingin berdiri di sebelah Askara, aku harus pantas. Dan kalau aku ingin melawan mereka, aku harus punya kekuatan besar, kekuatan yang aku bisa dapatkan dari Askara."

Rania menatap Askara sekali lagi. Berkat Askara... Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa punya arah, meskipun arahnya untuk balas dendam.

(Bersambung)....

1
Mundri Astuti
tuh kan ...kasian Rania lukanya dalem banget...
jadi korban org disekelilingnya yg egois
Lily and Rose: Bener Kak 😭
total 1 replies
Jumiah
aneh mn ad rmh sakit di bayar sma kalung ,
walau pun kalung berlian ,dasar gelo...
Lily and Rose: Hehehe… buat jaminan saja Kak, berhubung Niko dan keluarganya sudah gak punya uang sementara Bapaknya butuh pertolongan cepat 😆
total 1 replies
chiara azmi fauziah
kan kan kehilangan semuanya rania kamu harus bahagia harus
Mundri Astuti
biar rasa pada, demen banget manfaatin org seh, palagi perempuan malang kaya Rania, di keluarganya ngga dianggap ...
Jumiah
seharusx rania jangan kirim banyak2 jd salah sangkan ,keenakan adikmu poya2
Jumiah
iy rania buka lembaran baru
rugi klo kmu ,patah hati ...
patah tumbuh hilang bergati
yg lebih baik banyak di luar sna ...
biar tau rasa lelaki bodoh yg ,
sdh mendustai mu...
liat kmu bahagia dan sukses..
Lily and Rose: Halooo.... terima kasih sudah komen dan dukungannya untuk novel Rania ya /Heart//Heart//Heart/.. semoga suka dengan episode-episode selanjutnya, jangan lupa like, vote, saran, dan kritiknya ya... terima kasih /Pray//Kiss/
total 1 replies
Mundri Astuti
jangan ketemuin Rania dan aksara Thor....

biar askara belajar menghargai seorang wanita...dah tau Rania ngga punya siapa", tdk dianggap mertua dan suaminya, diselingkuhi lagi...ni malah menambah luka...
Lily and Rose: Bener sih, Askara emang tega banget /Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
Jumiah
pergi yg jauh rania ,bangit jadikan itu ..
monipasi untuk maju ,biarkan berlalu
jangan jd kn untuk penghalang untuk maju .
buktikan kesuksesan walau tampa mereka ..jangan putus asa ...
klo cari pasangan ,selexi dulu sebelum.
rania berikan hati..jangan patah hati rugi...
masih banyak yg lebih baik dri sebelum x
Lily and Rose: Setuju Kak, semoga Rania mendapat kebahagiannya ya Kak... kasihan udah terlalu banyak menderita dia /Sob/
total 1 replies
Heny
Aqu suka alur nya smg Rania bahagia
Lily and Rose: Kakak... terima kasih untuk dukungannya yaaaa /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
Heny
Rania sdh tau tuan Baskara km hanya nemanfaatkan nya
Emi Susanti Ahf
sedihnya ya tuhan...😢😢
Lily and Rose: Kisah Rania emang bikin sedih ya Kak /Sob/, semoga Rania bisa mendapatkan kebahagiannya ya nanti. Terima kasih untuk komen dan dukungannya ya Kak. Jangan lupa vote, like, komen di episode-episode selanjutnya /Heart/
total 1 replies
Mundri Astuti
buka lembaran baru Rania...carilah kebahagiaanmu sendiri....bahagiakan dirimu dan keluargamu saja...

next thor
Lily and Rose: Semoga Rania bisa mendapat kebahagiannya ya /Heart/... terima kasih untuk komen dan dukungannya Kak /Kiss/, jangan lupa vote, like, dan komen di episode-episode selanjutnya ya... /Heart/
total 1 replies
Halimatus Syadiah
lanjut nya jangan lama lama ya. sekalian ditambah bannya. makin penasaran
Lily and Rose: Siap Kakak.... /Heart//Heart//Heart/
total 1 replies
chiara azmi fauziah
kasihan rania di manfaatkan pergi yg jauh rania buktikan kamu bisa walaupun tidak dukungan dr pihak mertua dan keluarga sendiri bukti dengan kesuksesan mu rania aku jd sedih bacanya
Lily and Rose: Sedih banget Kak kisah Rania ini /Sob/, semoga Rania bisa mendapatkan kebahagiaannya ya...
total 1 replies
Aether
yah begitulah
Aether
fufuuu syudah tyelat
Novita Sr
salah siapa murahan banget sih kamu Rania .. akhirnya sakit hati lagii kan
Lily and Rose: Siap Kak, Rania nya salah langkah ya /Sob//Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
Jumiah
setiap kebusukan akan kecium bau x ..
secepat x rania mencium x .dan pergi sejauh mungkin ,dan menemukan orang tulus ingin bersamamu mu rania
dan setia siap menjadi frisai mu..rania..
Heny
Kalau km nyaman dng Askara terima dia jd pendampingmu
Heny
Up terus y thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!