Disarankan membaca Harumi dan After office terlebih dahulu, agar paham alur dan tokoh cerita.
Buket bunga yang tak sengaja Ari tangkap di pernikahan Mia, dia berikan begitu saja pada perempuan ber-dress batik tak jauh darinya. Hal kecil itu tak menyangka akan berpengaruh pada hidupnya tiga tahun kemudian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hak
Harap bijak.
Mata terpejam, tapi isi kepala begitu berisik. Membuat Ari tak bisa tidur dengan nyenyak. Sial ... Gara-gara pengakuan istrinya yang sudah selesai datang bulan. Membuat hasratnya timbul.
Istri yang sudah dia nikahi selama sepuluh hari itu, masih tersegel hingga detik ini. Andai teman-teman kuliah atau mantan rekan kerjanya tau, Ari pasti akan jadi bahan ejekan.
Matanya terbuka, Ari membaringkan tubuhnya menghadap istrinya. Di bawah cahaya lampu tidur, dia melihat mata yang terpejam, hidung yang tak terlalu mancung ataupun pesek. Bibir yang sedikit terbuka, tapi tak sampai mendengkur. Bibir itu rasanya manis, membuat Ari tanpa sadar menelan ludahnya. Jakunnya naik turun membayangkan, seandainya bisa menjelajahi isi mulut itu dan menyesap bibir merah muda tersebut.
Astaga ... Baru membayangkannya saja, sesuatu yang tersembunyi di balik celananya. Perlahan bangkit.
"Sial ..." Umpatnya pelan.
Lalu pikiran-pikiran kotornya mulai bermuculan memenuhi kepalanya. Kilasan saat dirinya hampir meng- unboxing, ketika mereka menginap di salah satu hotel di Surabaya. Saat itu Ari hampir melepaskan kain segitiga yang menutupi aset milik Sandi, kala itu mereka belum menikah. Sialnya panggilan dari temannya yang mengantarkan uang tunai, membuatnya gagal total membuka segel.
Andai tak penting, Ari jelas akan memilih mengabaikan saja. Tapi masalahnya, dengan uang itu dia bisa mempersunting Sandi sebagai istrinya. Walau masih siri.
Sebagai laki-laki yang sangat sehat dan memiliki metabolisme baik. Tentunya sebagai laki-laki normal, dia mempunyai hasrat. Apalagi pada perempuan yang dicintainya dan sudah sah menjadi istrinya. Masalahnya, tamu bulanan sialan itu, datang dua hari pasca mereka menikah.
Ari menatap lekat, gundukan yang tertutup piyama berwarna merah. Terlihat ada sesuatu yang mengacung di puncaknya. Lagi, Ari menelan ludahnya. Pikirannya membayangkan betapa kenyalnya benda itu. Dia pernah merasakannya, lagi-lagi ketika mereka berada di kamar hotel.
Gundukan itu, benar-benar pas di tangannya. Tidak terlalu kecil ataupun over. Ari menyukai yang seperti ini.
Selain ukurannya yang pas, bentuknya yang padat pastinya bisa memuaskan adik kecilnya jika nanti ... Astaga, kepalanya terasa pening. Sepertinya, hasratnya memuncak. Dan Ari enggan bermain solo. Dia ingin menuntut haknya sebagai suami.
Ari meraih tangan yang bertumpu di perut. Dia mulai mengecupnya dan merasai di sela-sela jemarinya. Terdengar lenguhan keluar dari mulut istrinya.
Hal tersebut membuat Ari lebih bersemangat. Dia mendekat dan mulai mengendus-endus di sekitar leher. Wangi parfum lembut, semakin membuat hasratnya perlahan pasti pasti. Harus segera dituntaskan. Ari tak bisa menundanya lagi.
Dia bangkit dan duduk di sebelah istrinya yang masih tenggelam dalam bunga tidur. Sandi tak menyadari akan ada sebuah peristiwa yang menjadikannya sebagai milik Ari sepenuhnya.
Ari mulai membuka kancing piyama satu persatu, dan terlihat gundukan kembar tengah mengacung ke arahnya. Tanpa dirinya sadari dia mengeram.
Dia juga melakukan hal sama, melepaskan kaus dan celana pendeknya. Menyisakan bokser yang kini terasa sesak.
Pertama-tama dia menyesap bibir yang sedikit terbuka. Ari menjelajahi isi di dalamnya dan memainkan organ indera perasa.
Mata Sandi terbuka, tidurnya terganggu karena dirinya mulai kesulitan bernapas. Hendak melayangkan protes, tapi mulutnya di bungkam dan kedua tangannya di pegang erat.
Terdengar erangan di sela-sela suara sesapan. Lalu, "auw ..." Ari mengaduh, istrinya menggigit bibir bawahnya. "Kok digigit sih?" Protesnya. Ari hanya melepaskan tautan bibir, tidak dengan kedua tangan istrinya.
"Kamu mau aku pingsan kehabisan napas, gitu?" Di bawah lampu tidur, Sandi melototi suaminya. Napasnya terengah-engah, akibat ulah lelaki itu.
"Ya udah sekarang, tarik napas dalam. Karena aku mau cium kamu lagi." Ari tersenyum tipis.
Sandi menggeleng tak setuju. "Aku mau lanjut tidur, masih ngantuk."
"Tapi aku nggak bisa tidur."
'Doa lah, biar tidur."
Ari menggeleng, "aku mau menuntut hak sebagai suami kamu."
"Tapi aku besok harus bangun pagi-pagi sekali. Kata Mbak Rini, kalau gituan itu bikin bangun siang dan kalau pertama pasti sakit. Buat cewek susah jalan katanya." Sandi beralasan.
"Itu kalau suaminya kasar, mungkin Arka kasar waktu main pertama kali." Ari beralibi. "Aku akan melakukannya dengan lembut." Dia berusaha meyakinkan. Hasratnya tak bisa ditahan lagi, kepalanya pening dan miliknya sudah tegak maksimal.
"Tapi mas ..." Sandi masih belum percaya.
Ari menggeleng, tanpa aba-aba dia membungkam mulut yang sedari tadi melontarkan protes padanya. Dan secara otomatis, istrinya membalasnya. Ari membuka matanya menatap mata yang terpejam tepat beberapa senti di depannya.
Merasa mendapatkan lampu hijau, Tangan Ari mulai melepaskan tangan istrinya. Tangannya sendiri menyasar di gundukan kembar yang semakin menunjukkan eksistensinya.
Punggung Sandi melengkung, mengikuti ritme pijatan yang diterimanya. Dia juga melenguh di sela-sela ciuman mereka.
Cukup lama pemanasan di tempat yang sama berlangsung, hingga bibir rasanya mulai terasa kebas. Barulah bibir itu mulai menyasar di sekitar dagu dan leher.
Ari melakukannya dengan penuh kelembutan dan seolah ingin mengungkapkan cinta dari kontak fisik di antara keduanya.
Apa yang sempat Ari bayangkan tentang istrinya, dalam urusan kasur. Dia lakukan benar-benar.
Ari bahkan sempat berlama-lama di bagian bawah, hingga membuat Sandi untuk pertama kalinya merasakan klim*ks.
Ini memang bukan pertama kalinya untuk Ari, tapi tetap saja. Membuat dirinya sedikit gugup ketika hendak melakukan aktivitas utama antara sepasang suami istri.
Ari menyeka keringat yang mengalir di sekitar dahinya, padahal pendingin ruangan sudah menyentuh angka tujuh belas derajat. Kegiatan yang dilakukannya terasa seperti berlari mengitari lapangan sepak bola. Padahal aktivitas utama belum dilakukannya.
"Sebisa mungkin aku akan melakukannya dengan perlahan. Tapi jika nantinya aku mulai kehilangan kendali, kamu boleh pukul atau gigit aku." Pesannya.
Tadi indera perasa nya, terasa tersedot ke dalam. Padahal ukurannya tipis dan tak terlalu panjang. Lalu bagaimana jika nanti miliknya yang merangsek masuk?
Walau tau, istrinya pasti akan kesakitan. Ari tidak bisa lagi menahannya. Dia harus menyelesaikannya malam ini juga.
Sempat beberapa kali mencoba, tapi istrinya selalu memberontak begitu merasa kesakitan. Kali ini kesabarannya benar-benar diuji, tapi kepalanya terasa pening sekali. Ari sudah tak bisa lagi untuk bersabar.
Persetan pada perkataannya yang akan melakukannya dengan lembut, Ari sudah benar-benar tak tahan. Biarkan istrinya merajuk, itu urusan nanti. Mungkin meminta maaf atau memasang wajah memelas akan membuat istrinya luluh.
Jadi ...
"Aaaa ... Ssss ... Sakittt ..." Sandi berteriak. Jari-jemarinya mendorong dada kekar suaminya. Tapi jelas itu sia-sia.
Hasrat Ari sedang berada di puncaknya, dia mendongak merasakan sensasi cengkraman pada miliknya. Rasanya hangat nan lembab.
"Udah cukup, sakittt ..." Sandi memohon dengan sangat, dan bulir bening mengalir dari kedua sudut matanya.
hajar 2 kadal tak tau malu itu 😂😂
udah biarin aja tuh s rumi ngejar² suami org kaya orang stres dasar gatau malu.ntar nular ke suaminya yg pst bakal ngamuk² kaya org ksurupan klo tau istrinya berulah.dan yg psti ngamuknya ke org lain,bisa aja ari yg jd sasaran.pdhlkan yg gapunya adab bininya sndiri. pantes jodoh,pda gapunya otak mrk/Grin/
kasian bojo mu 😒
memang pantaslah jodohnya s harumi itu s dimas,dia jg yg bawa pengaruh gabener utk ari.untung sja mahkotanya ari yg dapt,lumayan ri garugi² amat d jagain brthn² jg udah dapat yg prtama wkkwkwk
tp ya emng cinta dan nafsu penghalangnya hanya setipis tisu (katanyaaaa wkwkw)
aplg pacaran sma yg udah matang,suka cepet tegang hahahaaa/Grin/
lagian sampe nangis darah sklipun kaga bakal ngerubah apapun rumiii lu udah bahagia kan dapt suami kaya plus bucin tolol sampe² bakal ngamuk kesiapa aja yg buat kamu nangis(inget mia yg prnah jd sasaran dimas waktu itu/Smug/) rasa bersalah lo tanggung aja seumur idup lo!!!
gitu aja ?
😭😭
ari yg d hianati,dimas yg ngerebut,tp knp smua teman² dimas kaya benci bgt ke ari???
apa ari jg punya sisi gelap d balik sikap ramah dan baiknya ya thor?? (trbiasa dgn dua wajah fero dan kawan²nya jd ke arah sana kan pikiranku wkkwkw) atau hanya ketakutan mrka aja yg takut istri² mrka kecantol mas² jawa?/Grin/