NovelToon NovelToon
Sabda Buana

Sabda Buana

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Ilham Persyada

Wira Pramana, seorang murid senior di Perguruan Rantai Emas, memulai petualangannya di dunia persilatan. Petualangan yang justru mengantarnya menyingkap sebuah rahasia di balik jati dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Persyada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyakit Aneh

Sejak lelaki berpakaian mahal itu memasuki penginapan, Wira sebenarnya telah waspada. Satu-satunya yang membuat Wira tetap duduk dengan tenang adalah Bayusaka yang terlihat menyantap sarapannya dengan lahap meskipun Wira yakin sosok di hadapannya itu telah mengetahui kalau ada yang mencarinya. 

‘’Salam pendekar,’’ kata lelaki itu sambil menundukkan kepala dan bersikap hormat. Pendekar yang mengikutinya pun melakukan hal yang sama. 

''Hm? Apakah kalian mengenalku?’’ tanya Bayusaka sambil tetap memakan makanannya. 

''Mohon maaf karena telah mengganggu waktu pendekar sekalian,’’ lelaki itu masih menundukkan kepalanya, ‘’Berita tentang kepahlawanan pendekar sekalian telah tersebar di kota ini dan berdasarkan keterangan dari wali kota, kami dapat menemui pendekar di penginapan ini.’’

Bayusaka menghentikan makannya dan meminum segelas air sebelum mempersilakan lelaki itu duduk. 

''Terima kasih atas keramahan pendekar …’’

''Jadi, kenapa kalian mencariku?’’

''Eh …, sebelumnya, kami mohon maaf sekali lagi, kami …,’’ lelaki itu memperkenalkan dirinya bernama Harsa. Ia bekerja sebagai kepala keamanan di kediaman Ki Tarman yang merupakan saudagar terkaya di Kota Slaka. Lelaki itu mengatakan bahwa saat ini putri Ki Tarman sedang sakit keras dan orang itu berniat meminta bantuan dari Bayusaka berkenaan dengan hal itu. 

‘’Maaf tuan, tapi aku bukan seorang tabib.’’ Bayusaka menanggapi hal itu dengan senyuman tipis. 

‘’Ampun pendekar, kami tidak bermaksud menyinggung …,’’ raut lelaki bernama Harsa itu terlihat agak takut dan segan. 

Wira menyaksikan sendiri bagaimana rasa hormat yang ditunjukkan oleh lelaki itu saat sedang berbicara dengan Bayusaka. Wira bahkan melihat pendekar yang mengikutinya tak berani menatap seorang pun di antara mereka bertiga. Situasi itu membuat Wira memahami betapa sebuah kekuatan bisa menentukan rasa hormat seseorang melebihi status yang didapat dari sekadar kekayaan. 

Harsa menjelaskan bahwa selama hampir dua minggu belakangan, Ki Tarman telah mencoba menemukan tabib yang dapat mengobati putrinya, tetapi seluruh tabib di kota ini bahkan tidak mengetahui penyakit apa yang sedang diderita oleh anak perempuan ketiga dari saudagar kaya itu. Ki Tarman bahkan telah meminta bantuan dari beberapa orang dukun sebab mengira putrinya terkena teluh, tetapi tak ada hasil yang berarti. 

Setelah menyimak penuturan lelaki itu, Bayusaka tampak memikirkan sesuatu sambil mengelus dagunya. Beberapa saat berlalu dalam keheningan. Tak ada satu pun di antara mereka yang hendak berbicara atau mengatakan sesuatu, tanpa terkecuali Wira. Wira bahkan merasa tidak bijak baginya untuk makan dalam keadaan seperti ini. 

‘’Baiklah,’’ Bayusaka menghela napas, ‘’aku tidak menjanjikan apa-apa, tetapi setidaknya aku bisa melihat kondisinya dulu.’’

Kelegaan terpancar dari wajah Harsa dan pengikutnya. Keduanya mengikuti Bayusaka yang telah bangkit dari duduknya. Wira pun hendak berdiri, tetapi Bayusaka menyuruhnya untuk sarapan terlebih dahulu. Bayusaka juga meminta Harsa untuk meninggalkan seseorang agar dapat mengantar Wira menyusulnya menuju kediaman Ki Tarman. 

...***...

Wira tiba di kediaman Ki Tarman yang ternyata cukup besar dan terlihat nyaman. Pendekar yang mengantar Wira pun langsung menuntunnya menuju ruang tamu, di mana Harsa dan seorang pria yang tampaknya telah berusia di atas 40 tahun tengah Berbincang dengan Bayusaka. Suasana ruang tamu yang nyaman dan keramahan pria paruh baya yang Wira duga sebagai Ki Tarman itu sesaat membuatnya lupa bahwa mereka kesini untuk memeriksa penyakit seseorang. 

Selain memperkenalkan Wira sebagai saudaranya, Bayusaka juga mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat dan hanya kebetulan singgah di Kota Slaka. Meski terdengar sedang berbasa-basi, tanggapan sosok yang memang benar adalah Ki Tarman itu sungguh di luar dugaan Wira. 

''Saya benar-benar berpikiran sempit, mohon pendekar sekalian berkenan memaafkan saya karena telah mengganggu perjalanan Anda berdua,’’ Ki Tarman menundukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh seakan beliau telah melakukan kesalahan. 

Wira yang sudah menaikkan alisnya melihat hal itu menjadi lebih terkejut lagi hingga melebarkan matanya saat Ki Tarman mengatakan bahwa dirinya akan memberi sejumlah kompensasi yang layak selama Bayusaka sekadar bersedia menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan putrinya. Wira sampai terbatuk saat Ki Tarman sanggup menambahkan kompensasi jika Bayusaka dapat memberinya sedikit saja petunjuk untuk meringankan kondisi putrinya. 

Wira menoleh dan melihat Bayusaka menunduk sambil menutup mulut dengan satu telapak tangan untuk menyembunyikan senyum lebarnya. Kalau tidak menyaksikan sendiri bagaimana Bayusaka menyerahkan harta korban Lima Golok Setan kepada pemerintahan Slaka dan membagi kompensasi dari membereskan masalah itu secara adil dengan dirinya, Wira pasti telah menganggap sosok itu mata duitan. 

Sesaat kemudian, Ki Tarman dan Harsa mengantar Bayusaka dan Wira menuju kamar putrinya. Saat mereka memasuki kamar, terlihat seorang wanita yang tengah duduk di tepi ranjang, yang merupakan istri dari Ki Tarman. Wanita tersebut bangkit dan memberi salam dengan sikap hormat kepada Bayusaka dan Wira sebelum pergi meninggalkan kamar yang gelap sebab seluruh tirainya tertutup itu. Walaupun sekilas, Wira dapat melihat sepasang mata wanita tersebut yang sembap dan kesedihan yang tergambar jelas pada wajahnya. 

Akan tetapi, Wira benar-benar terkejut saat mendapati kondisi putri Ki Tarman yang berada pada satu-satunya ranjang di kamar itu. Bukan karena kedua tangan dan kaki gadis itu yang terikat rantai besi, melainkan pergelangan tangan dan kakinya yang seolah telah membusuk. Di samping itu, wajah gadis yang seharusnya cantik itu pun penuh dengan keropeng. Belum lagi aroma amis dan busuk yang menguar dari tubuhnya yang baru tercium saat mereka mendekati ranjang. 

Jika dirinya terheran-heran karena baru kali ini melihat penyakit seperti itu, Wira mendapati rasa prihatin dan lelah pada guratan wajah Ki Tarman dan Harsa. Namun, saat Wira menatap Bayusaka, lelaki itu justru menampakkan ekspresi yang sangat buruk. Bayusaka tiba-tiba bergerak dan membuka tirai jendela. Harsa dan Ki Tarman yang terkejut hendak mencegah hal itu, tetapi terlambat. 

Begitu sinar matahari menerangi kamar dan menyentuh tubuh si gadis, seiring asap yang tiba-tiba mengepul dari sekujur tubuhnya, sepasang mata gadis itu terbuka lebar disertai dengan sebuah jeritan. Baik Wira maupun Ki Tarman dan Harsa pun spontan melangkah mundur. Sebab dibandingkan jerit kesakitan yang menyayat hati, suara yang keluar dari mulut si gadis itu lebih terdengar seperti raungan yang tidak manusiawi. 

Bayusaka menutup tirai kamar dan gadis itu pun seketika tenang kembali. Wira yang masih sulit mencerna kejadian itu melihat Bayusaka yang kini menatap tajam Ki Tarman dan Harsa. Wira bahkan merasakan aura yang berbahaya dari tubuh Bayusaka yang membuat wajah kedua sosok itu menjadi begitu pucat dan sangat ketakutan. 

''Aku akan mengatakan apa yang menimpa putri kalian, tetapi sebelum itu,’’ Bayusaka melangkah mendekati Ki Tarman dan Harsa, ‘’jawab pertanyaanku dengan jujur!’’ 

Mendengar perkataan Bayusaka yang bernada sangat dingin itu, Ki Tarman dan Harsa yang masih menundukkan kepala dengan tubuh gemetar saling menatap satu sama lain untuk sesaat sebelum beberapa kali mengangguk dengan terburu-buru.

‘’Sebelum gadis itu menjadi seperti ini, apakah kalian telah menyinggung seseorang?’’

Saat menanyakan hal itu, Bayusaka menjatuhkan tatapannya pada sosok yang tergeletak di ranjang, tetapi entah mengapa sepertinya pertanyaan itu justru membuat Ki Tarman dan Harsa sangat terguncang. Ki Tarman bahkan langsung bersujud di kaki Bayusaka sambil menangis, sementara Harsa berlutut dan mengikutinya.  

Bayusaka menghela napas panjang, kemudian menghampiri Wira dan memberi pemuda itu sesuatu. Wira mengangkat alisnya saat mengetahui benda itu adalah sejumlah pisau dengan gagang berlukiskan simbol-simbol yang cukup asing bagi Wira meskipun ia merasa pernah melihatnya entah di mana. 

‘’Tancapkan ini pada setiap sudut yang bisa kau temui di sekeliling halaman rumah! Akan kujelaskan semua saat kita meninggalkan kota ini …,’’ Bayusaka menepuk pundak Wira yang mengangguk dan langsung bergegas pergi meninggalkan kamar itu.

''Dan kalian berdua,’’ kata Bayusaka kepada Ki Tarman dan Harsa, ‘’Kalau masih ingin gadis itu selamat, ceritakan semuanya padaku dan jangan menutupi apa pun!’’  

1
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
kan seharusnya yg jd putra mahkota itu pangeran pertama ya?? kok ini si pangeran kedua yg membunuh pangeran ketiga....opo pangeran pertama jg uda is dead?
Endang Suryana
mantaap,, Thor,, peminat udah naik tanah,,, 😁😁
Luthfi Afifzaidan
lg
Luthfi Afifzaidan
up
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
semoga up tiap hari
Luthfi Afifzaidan
update
Luthfi Afifzaidan
up
Luthfi Afifzaidan
lg
Dwi yuniar Rianawati
Candu untuk lanjut terus
Dwi yuniar Rianawati
Terkesima dgn guru Alang 😍
Luthfi Afifzaidan
lg
Luthfi Afifzaidan
lg
Luthfi Afifzaidan
update
Luthfi Afifzaidan
up
wiralingan77 wisa
awal cerita yg menarik.. semoga bisa sampai tamat 🙏
Ilham Persyada: Bismillah ... /Pray/
mohon dukungannya Kak /Pray/
total 1 replies
Endang Suryana
top
Endang Suryana
mantaaap,,, Thor ceritanya
Endang Suryana
semangat Thor,,, moga banyak penggemarnya
Endang Suryana
top
Endang Suryana
mantaap,, lanjut Thor,,, ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!