Farah meninggal karena dibunuh. Namun itu bukanlah akhir kehidupannya. Farah diberi kesempatan untuk hidup kembali sebagai siswi bernama Rasti. Siswi yang tidak lain adalah murid di sekolah suaminya bekerja.
Nama suami Farah adalah Yuda. Sudah memiliki dua anak. Hidup Yuda sangat terpuruk setelah kematian Farah. Hal itu membuat Farah berusaha kembali lagi kepada suaminya. Dia juga harus menghadapi masalah yang di alami pemilik tubuhnya. Yaitu menghadapi orang-orang yang sering membuli dan meremehkan Rasti. Sebagai orang yang pernah bekerja menjadi pengacara, Farah mampu membuat Rasti jadi gadis kuat.
Apakah Farah bisa membuat suami dan anak-anaknya mau menerimanya? Mengingat dia sekarang adalah gadis berusia 17 tahun. Lalu bagaimana nasib Rasti yang selalu diremehkan karena bodoh dan berbadan gemuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 - Menyusun Rencana
"Aku tahu ini berbahaya, Yud," ucap Rasti tenang namun tegas. "Tapi kita tak punya banyak pilihan. Kalau kita menunggu, akan ada korban lagi. Aku tidak mau itu terjadi."
Yuda menatap mata Rasti lekat-lekat. Di dalamnya, dia bisa melihat keberanian yang dulu dimiliki Farah—istri yang begitu tangguh. Meski kini berada di tubuh gadis remaja, semangat itu tak pernah padam. Namun tetap saja, rasa takut dan cemas mengikat dada Yuda.
"Aku nggak bisa biarin kamu hadapi dia sendiri," gumamnya.
"Dan aku nggak akan biarin kamu hadapi dia sendirian juga," balas Rasti. "Kita lakukan ini bersama. Tapi dengan rencana yang matang. Bukan gegabah."
Yuda menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk. "Oke. Kita susun rencananya. Tapi satu hal, aku yang akan memegang kendali kalau keadaan di luar dugaan."
"Sepakat," jawab Rasti, tersenyum tipis.
...***...
Di apartemen sewaan Harry yang digunakan sebagai markas sementara, Yuda dan Rasti duduk di depan papan tulis besar yang penuh dengan catatan dan foto. Harry, detektif paruh waktu yang kini resmi bergabung dalam rencana mereka, memproyeksikan peta lokasi vila Rudi lewat laptopnya ke layar proyektor kecil.
"Rumah ini di puncak, jauh dari pemukiman. Dikelilingi hutan pinus, dan hanya satu jalan utama menuju ke sana. Ada dua CCTV di gerbang utama dan satu lagi di pintu masuk," jelas Harry sambil menunjuk gambar satelit.
"Dan ini yang bikin aku curiga," lanjutnya, membuka folder baru. "Beberapa minggu terakhir, ada laporan dari warga sekitar soal suara-suara aneh tengah malam. Teriakan perempuan, suara mobil datang dan pergi tengah malam, dan satu warga yang katanya lihat ada gadis keluar dalam kondisi setengah sadar."
Rasti meremas tangannya. "Dia mengulangi lagi semua kejahatannya..."
Yuda mengepalkan tangan. "Kita hentikan dia malam ini."
Harry mengangguk. "Tapi kita butuh rencana pancingan."
"Itu bagian aku," sahut Rasti. Ia menatap dua pria itu dengan serius. "Kita bisa membuat akun media sosial palsu. Menggunakan wajahku sekarang, dengan identitas palsu. Kita buat Rudi tertarik, lalu buat janji ketemuan di lokasi yang sudah kita siapkan."
Yuda langsung memprotes, "Itu terlalu berisiko! Kalau dia tahu itu jebakan, dia bisa balas dengan lebih kejam!"
"Tunggu dulu, Yud. Siapa gadis ini?" tanya Harry dengan kening yang mengernyit.
"Di-dia..." Yuda kebingungan.
"Aku murid Pak Yuda. Kebetulan aku memang secara sukarela ingin membantu kalian," jawab Rasti tenang.
"Iya, itu benar!" Yuda langsung mengiyakan. Harry lantas mengangguk mengerti.
Rasti melanjutkan pembahasan sebelumnya. "Kita tidak langsung ke vilanya. Kita buat janji di sebuah tempat netral, misalnya penginapan tua yang tak jauh dari sana. Kita sembunyikan kamera, alat pelacak, dan kamu bisa menyamar jadi petugas teknisi atau pengantar makanan. Begitu dia datang, kita jebak, rekam pengakuannya, dan—"
"Dan kalau dia nggak datang?" sela Yuda cepat.
"Kalau dia mencium jebakan, kita masih bisa lacak pergerakannya lewat pelacak yang kita pasang. Tapi aku yakin dia akan datang. Dia sakit, Yuda. Dia takkan bisa menolak umpan seperti ini," jawab Rasti mantap.
Harry menimpali, "Aku bisa siapkan kamera tersembunyi dan mic. Kita juga bisa pakai pin yang kamu pakai, Ras. Pin kecil tapi ada alat pelacaknya."
Yuda menatap keduanya dengan rasa tidak percaya. "Kalian serius mau melakukannya? Maksudku ingin pergi ke sarangnya?"
"Bukan ke sarangnya. Ke kandang jebakan yang kita buat sendiri," ujar Rasti. "Aku siap, Yuda."
Yuda mengusap wajahnya, frustrasi. Namun pada akhirnya dia menyerah. "Baiklah. Tapi kita harus siapkan rencana cadangan. Kalau terjadi sesuatu, aku nggak mau ada kejadian seperti dulu. Aku nggak akan biarkan kejadian yang dulu terulang lagi," ucapnya sambil menatap serius ke arah Rasti.
Sementara Harry sejak tadi hanya bisa mengerutkan dahi heran. Mengingat dia tak tahu kalau Rasti adalah Farah. Sebagai detektif, dia juga mencium adanya hubungan spesial di antara Yuda dan Rasti.
