Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SALAH PAHAM
Suatu hari tiba-tiba Hanna menemuiku di rumah sakit bukan untuk berobat tetapi dia sudah menunggu ku begitu lama. Kami pun berbincang didepan taman halaman rumah sakit, terlihat dari wajahnya seperti ada sesuatu yang ingin dia bicarakan, aku pun menyuruhnya untuk duduk di bangku taman Hanna pun mengikuti perkataanku.
"Jiro ... Kamu apa kabar?" tanya hanya sedikit canggung
"Baik " Jawabku
"Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena dulu aku pernah menamparmu" ucap Hanna dengan rasa bersalahnya
Aku tersenyum"sejak dulu aku sudah memaafkanmu"
"Terimakasih Jiro" jawab Hanna
"Apa yang membawamu kesini, apa Marcel tahu kau pergi menemuiku?" tanyaku pada Hanna
"Saat ini Marcel tidak penting, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan padamu" tutur Hanna membuatku merasa penasaran
"Soal apa?" tanyaku penasaran
"Ini soal Mia" ucap Hanna membuatku semakin penasaran
Aku menelan ludah, kemudian Hanna menceritakan apa yang di alami oleh Mia dengan detail, entah mengapa tiba-tiba mataku terasa sembab saat Hanna menceritakan Mia yang tidak bahagia bersama kekasihnya. Aku pun sudah menduganya bahwa kekasih Mia sangatlah tidak beres namun aku pun tidak bisa berbuat apapun atau ikut campur dalam urusan percintaan Mia akan tetapi setelah mendengar semuanya dari Hanna hatiku ikut kesal mendengarnya membuatku merasa muak pada pria itu.
Hanna tiba-tiba menangis"aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa, karena itu aku mohon bantuan mu untuk menyelamatkan Mia"
"Dia teman baikku tetapi aku tidak bisa menolongnya seperti aku menolong Mia untuk menamparmu pada saat itu, kali ini aku benar-benar tidak bisa menolongnya, aku merasa frustasi ketika Mia datang padaku dengan wajah yang murung atau bahkan dengan beberapa memar di tubuhnya, dia sudah tidak seceria dulu" tutur Hanna yang masih menangis
Aku mengepal kedua tanganku merasa sangat marah mendengar semuanya.
"Maafkan aku Jiro, sebenarnya Mia ingin aku menutupi ini semua dari orang lain atau bahkan ibunya sendiri tetapi aku tidak tahan melihat Mia yang seperti itu, dia yang selalu tersenyum di depan kamera namun sebenarnya ada monster di balik kehidupannya yang sekarang" sambung Hanna
"Mengapa Mia masih melanjutkan hubungannya dengan pria itu?" tanya ku sambil menahan amarah
"Karena pria itulah yang mempunyai peran penting dalam karir Mia menjadi reporter,karena menjadi reporter adalah impiannya,tetapi pria itu terus mengusik Mia hingga separuh gajinya pun Mia harus memberikannya kepada kekasihnya, ahh sungguh gila namun Mia tetap menurutinya" ucap Hanna dengan amarahnya
"Bagaimana jika Mia putus dengannya?" tanyaku
Hanna memandangku dengan serius "Jiro ... Lelaki itu benar-benar gila, kabarnya diapun pernah berpacaran dengan yang lain sebelum bersama Mia, dia pun mewujudkan kekasihnya menjadi reporter tapi karena reporter itu meninggalkannya dia pun dengan tidak waras menghancurkan hidup si reporter itu dari karir, ancaman, di permalukan juga kehidupannya yang tidak ada pada dirinya sama sekali dan sampai sekarang reporter itu sudah tidak terdengar lagi kabarnya"
Sejak saat itu aku terus memikirkan Mia, dahulu aku menyakitinya dengan perkataanku namun mengapa nasib buruk menimpanya hingga harus bertemu dengan pria yang selalu menyakitinya termasuk denganku, aku tersadar sebenarnya di hidup Mia dia hanya ingin di cintai dengan tulus terlebih dia terlahir dari orang tua yang tidak lengkap bahkan ayahnya sendiri dia tidak pernah tahu keberadaannya, sudah beberapa minggu aku mulai mendapatkan beberapa bukti jejak kriminal dari kekasih Mia dengan segera aku menghubungi Hanna untuk bertemu dan membicarakan perihal itu semua padanya.
Aku membeberkan beberapa bukti pada Hanna"jejak kriminal pria itu, pencucian uang, pengedar narkoba, dan penjualan manusia di pasar gelap termasuk korbanya lebih banyak wanita"
Hanna terlihat begitu syok melihat bukti-bukti yang ku berikan padanya"dari mana kamu mendapatkan bukti ini semua, kamu bergerak sendiri?" tanya Hanna
Aku tersenyum"aku tidak mau gegabah dengan bergerak sendiri, aku membayar seseorang untuk mematai-matai dia"
"Bagaimana jika kita segera melaporkannya kepada polisi" saran Hanna
"Aku ingin melaporkannya namun aku masih merasa bimbang jika bukti-bukti ini masih belum akurat" jawabku
Hanna menghela nafasnya"memang benar polisi sekarang susah bergerak jika tidak ada uang"
"Terkadang ada uang saja masih tidak bergerak jika data yang kita berikan masih belum valid kecuali kau punya kekuasaan" ucapku
"Mau melapor saja harus ada bukti yang akurat kalau begitu untuk apa kita melapor, terakhir aku juga pernah melaporkan tentang kekerasan pada Mia aku memotret lebam yang ada pada lengannya dan melaporkannya kepada polisi tetapi mereka bilang itu saja tidak cukup dan harus ada pengakuan juga dari Mia" ucap Hanna dengan peluh kesah
Akupun hanya terdiam tidak bisa berkata apapun kembali selain berpikir.
Hari itu Marcel menemuiku dan dia terlihat marah kepadaku karena Marcel menyangka aku dan Hanna saling bermain di belakang Marcel, karena sikap Hanna yang mendadak cuek kepada Marcel, namun Marcel menemuiku untuk meminta penjelasan kepadaku.
"Apa maksudnya?" ucap Marcel dengan raut wajahnya yang begitu serius
Aku terdiam menyipitkan mataku tidak mengerti pembicaraan Marcel
"Kau kan tahu Hanna milikku, aku rela lembur bekerja demi Hanna supaya aku bisa menikahinya dan menjamin kehidupannya, aku tahu aku tidak sepertimu yang mempunyai gelar dan punya segalanya bahkan hidupmu sudah terjamin" gumam Marcel
"Kau ini bicara apa sih dari tadi" celetukku
Marcel terlihat begitu Marah mendengar ucapanku"Ini ... Ini apa, apa maksudnya?" Marcel menuduhkan beberapa foto saat aku bersama Hanna
"Akhir-akhir ini kalian selalu bertemu kan, dan akhir-akhir ini Hanna begitu cuek padaku, apa lagi kalau bukan kalian bermain api" ucap Marcel yang masih menahan amarahnya
"Kenapa kau begitu cemburu kepadaku bukankah kau anggap aku teman" jawabku
Marcel terdiam sejenak"justru kau seorang teman kau menusukku dari belakang"
Tiba-tiba raut wajah Marcel terlihat begitu sedih namun juga terlihat begitu konyol"Aku tahu aku hanyalah seorang pria yang tidak punya apa-apa perempuan mana yang tidak tertarik dengan lelaki yang bisa membahagiakan dan menjamin kehidupannya aku hanyalah karyawan biasa yang tidak ada apa-apanya tapi _"
"Sepertinya kau salah paham" jawabku
"Apanya yang salah paham sudah jelas-jelas kalian selalu bertemu" tutur Marcel yang menggoncang-goncangkan tubuhku
"Kenapa Hanna tidak cerita" ucapku dengan tubuh yang masih tergoncang-goncang
Marcel pun melepaskan tubuhku"Soal apa?"
Aku pun membawa Marcel ke salah satu cafe terdekat dan menjelaskan semuanya kepada Marcel hingga akhirnya Marcel pun mengerti.
"Aku tidak ingin Hanna terlibat dan terjadi sesuatu padanya tapi juga tidak ingin melihat Mia terus-terusan bersama iblis itu" tutur Marcel
"Sebaiknya kau rahasiakan ini dari Hanna, karena Hanna tidak ingin kau terlibat" ucapku dengan hati-hati
"Bagaimana aku bisa diam saja sedangkan kalian bergerak maju menyelamatkan Mia"
"Aku akan berusaha mengurusnya, kalian tidak boleh terlibat apapun karena __!!" ucapku terhenti membuat Marcel penasaran
"Karena apa?" tanya Marcel semakin penasaran
"Karena lawannya iblis bulan atas" ucapku menahan senyuman
Marcel terlihat begitu kesal"Hei .... Yang benar saja disituasi genting seperti ini kau malah ngajak bercanda, mau ku panggilkan Tanjiro juga untuk menebas iblis bulan atas sekalian para hasira turun tangan"
Aku tertawa kecil"apapun itu kalian tidak perlu terlibat"
"Jika terjadi sesuatu padamu aku khawatir kau di copot gelar kedokteranmu" ucap Marcel
"Bukan aku yang bergerak" jawabku
"Lalu?" tanya Marcel penasaran
"Separuh gajiku" celetukku
Sekali lagi Marcel terlihat kesal hingga ia menggarukkan kepalanya"sejak kau pulang kuliah dari luar negri kau jadi memiliki selera humor tapi garing" ledek Marcel
"Aku akan bekerja semaksimal mungkin seperti kau, akan aku lakukan demi_!!"ucapku terhenti karena sadar pembicaraanku mulai kemana-mana
Marcel memandangiku sambil cengengesan"aahhh ... Aku tahu kau menyukainya kan
Aku terdiam sejenak"sepertinya hanya sekedar perasaan bersalah padanya"
Marcel tersenyum seakan-akan meledekku seraya sambil menepuk-nepuk bahuku"lanjutkan .... Lanjutkannnnn perasaan bersalahmu itu kerahkan semua kekuatanmu demi kekasih hati"
Aku melepaskan tangan Marcel dari bahuku"tidak seperti yang kau kira"
Marcel menganggukkan kepalanya"tepat sekali seperti apa yang aku kira"
Aku hanya terdiam tanpa mengatakan apapun kembali pada Marcel.
semangattt/Determined//Determined/