Mendapati sang kekasih berselingkuh dengan kakaknya sendiri, Seruni patah hati. Pemuda yang telah melamarnya ternyata bukanlah pangeran berkuda putih yang hadir di dalam mimpi.
Kenanga, kakak yang terpaut usia lima tahun darinya ternyata begitu tega. Entah apa yang melatarbelakangi hingga gadis yang biasa disapa Anga itu jadi kehilangan hati nurani.
Seruni kecewa, hatinya patah. Impian yang dirangkainya selama ini hancur tak bersisa. Caraka yang dicinta menghempasnya bak seonggok sampah.
Nestapa itu terasa tak berjeda. Seruni yang putus cinta kembali harus menerima perjodohan yang tadinya ditujukan untuk Kenanga. Pria dewasa dari kota yang konon katanya putra pengusaha semen ternama.
Wisely Erkana Hutomo Putra, nama yang menawan. Rupa pun tergolong tampan. Akan tetapi, apakah duda tanpa anak itu adalah jodoh yang ditakdirkan Tuhan ... untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Raja dan Ratu Sehari
Sepanjang acara sang pengantin wanita tampak cemberut. Bukan hanya karena cuaca yang merengut sejak pagi buta, tetapi Kenanga juga merasa tersaingi oleh Seruni yang menjadi pusat perhatian semua orang. Selain kecantikan sang adik, kehadiran Wisely yang bak artis ibu kota memaksa Senua mata tertuju ke sana. Hilang sudah pamornya dan Caraka yang katanya raja dan ratu sehari.
“Nga, kamu kenapa?”
Caraka melempar tanya saat mendapati Kenanga mendengkus kesal berulang kali di sebelahnya. Dari pelaminan, mereka bisa melihat jelas bagaimana kerumunan ibu-ibu yang meminta foto pada Wisely sampai rela mengantre di tengah gerimis. Bahkan, ada beberapa yang kedapatan belum menyalami pengantin dan langsung bergabung dengan kumpulan pengagum dadakan.
“Tuh!” Kenanga menunjuk dengan ujung dagu.
Cemburu Caraka muncul tanpa diminta. Sejak semula menyembunyikan rasa yang sama, dia tak sanggup lagi menahannya tetap di dada. Tatapan sedih tertuju pada Seruni yang tampak jelita dalam balutan kebaya.
“Bagaimana mereka berkenalan?” Caraka mulai terbawa perasaan.
“Dia jodohku yang berpindah pada Seruni karenamu.”
“Bagaimana bisa karenaku?” Caraka yang belum paham situasi, menoleh ke arah wanita yang beberapa saat lalu resmi diperistrinya.
“Karena kejadian hari itu, makanya jodohku tertukar.”
Caraka membuang muka. “Jangan pikir aku juga menginginkannya. Maaf-maaf kata, aku juga dijebak. Kamu yang mengundangku ke rumah dengan segala bujuk rayu. Kalau tidak, mana mungkin kita ada di sini.” Suara berapi-api dengan letupan emosi itu melunak. “Padahal? Aku mencintai Uni. Sangat mencintai Seruni.”
“Cih, cinta tidak sampai melahap perempuan lain.” Kenanga berkata kasar. Dia tak terima saat disalahkan sepihak.
“Kucing mana ada yang menolak ikan asin?”
Kedua mata Kenanga membola. “Mak ... maksudmu aku disamakan dengan ikan asin?” tanyanya, mulai terpancing.
“Memang kamu pikir ... kamu daging segar. Maaf, saat itu aku khilaf. Kalau dalam keadaan normal, mana mungkin mau menyentuhmu.” Caraka pun tak mau kalah. Cemburu di dada terlampau membuncah, memancing emosi sang pengantin pria.
“Ya sudah. Setelah melahirkan kita berpisah.” Kenanga membahas perceraian bahkan saat masih di pelaminan. “Andai bukan karena bayi ini, aku sudah bahagia bersama Aa Wise di sana. Aku yang jadi tontonan dan pusat perhatian. Aku yang akan dibawa ke kota, bukan Uni. Aku yang ....”
Ledakan di dalam diri Kenanga berakhir menjadi tangisan. Pengantin wanita itu tampak putus asa dan kecewa.
“Sudah-sudah, jangan sedih.” Caraka melunak di tengah cemburu yang menggelora. Andai bisa meminta, dia ingin waktu diputar ulang. Pria itu tak mungkin melakukan kebodohan hingga harus kehilangan gadis yang dicintai.
“Bagaimana sudah? Kamu lihat di sana.” Kenanga menunjuk ke arah Seruni yang tengah duduk berdua dengan Wisely dan sesekali saling melempar senyum penuh arti.
“Lalu, mau bagaimana?” Caraka berkata sedih. Lukanya kian menganga saat melihat Seruni yang dirangkul mesra saat foto bersama Ibu Lurah dan Ibu Walikota. “Bahkan, kita saja tak lagi menjadi pusat perhatian. Untuk apa pesta ini kalau akhirnya mereka yang jadi raja dan ratu sehari?”
“Makanya, jangan protes kalau aku mengeluh. Kamu paham ‘kan apa yang aku rasakan?” Kenanga melunak.
Di tempat berbeda, tampak Wisely yang menahan kesal dikerubungi orang-orang. Semua orang yang datang ke tempat pesta mengajaknya bersalaman dan berkenalan. Bahkan, beberapa dari mereka mengajak foto bersama.
“Ni, apa bisa kita bersembunyi dari sini? Aku lelah?”
“Hah! Aa mau ke mana?” Seruni tersentak sembari menyalami ibu-ibu PKK.
“Keluar dari sini, Ni. Ke mana saja. Jalan-jalan, ke mal, makan.” Wisely merangkul pundak gadis itu tanpa malu-malu seraya mengedipkan mata. Sontak, para wanita yang berkerumun di dekat mereka menjerit kencang.
Maaf, di sini slow update🙏. Bisa follow instagramku untuk yang rindu Pram dan Kailla.
Xixixi nyaman banget ya Ci di si hijau 😁..
Tapi semoga di manapun semoga sukses ya karyanya Ci...