NovelToon NovelToon
Dikejar Cinta Pak Polisi

Dikejar Cinta Pak Polisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Cintapertama / Romansa-Teen angst / Teen Angst
Popularitas:221.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia QS

Anya adalah mahasiswi yang berprestasi di kampusnya. Suatu hari Anya terpaksa pulang bersama temannya, Oki, menaiki sepeda motor. Mereka terpaksa pulang jam 11 malam karena kegiatan kampus. Tapi di tengah jalan siapa sangka kedua orang itu di razia oleh polisi dan dibawa ke kantor polisi. Bagaimana nasib Anya dan Oki selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia QS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ciuman pertama

"Terus kalau secantik itu bukan tipe kakak, yang jadi tipe kakak kayak gimana?"

"Kayak kamu, natural." Jawab Eric menatap mata Ika tajam. "Kuat Ika, lu gak boleh tergoda sama playboy ini. Pesonanya memang kuat banget." Batin Ika.

"Emang playboy banget. Dapet yang cantik minta yang natural, giliran dapat yang natural minta yang cantik. Laki-laki tuh banyak maunya emang." Jawab Ika menghindari tatapan Eric.

"Kalau lu sendiri tipenya yang gimana?"

"Tipe Ika yang setia, gak playboy. Dulu pacar pertama Ika selingkuh. Kurang lebih ada sedikit trauma sih kak. Walaupun Ika udah move on tapi sakitnya di selingkuhi itu gak bisa ilang gitu aja ternyata." Eric mengangguk mendengar penuturan Ika.

"Gue gak bakal selingkuh kok. Gue tipe yang jujur dengan apa yang gue rasain dari pada harus selingkuh."

"Tapi tetep aja nyakitin. Coba bayangin, mantan kakak lagi sayang-sayangnya terus dibilang kalau kakak tuh gak bisa sayang sama mereka. Dengernya aja nyesek banget."

"Iya enggak dong, beda kalau awalnya gue yang deketin mereka. Gue gak deketin mereka duluan. Mereka yang deketin, ngungkapin sayang dan pengen pacaran sama gue. Kenapa jadi gue yang salah. Gue juga berhak menentukan perasaan walaupun gue cowok. Coba kalau terjadi sama cewek pasti boleh-boleh aja. Padahal cowok juga punya perasaan loh."

"Iya deh terserah kakak aja."

Ika melanjutkan makannya kembali.

***

Kondisi luka Yoga sudah membaik. Kini Ia sudah bebas berjalan dan tidak perlu dipapah. Boy pagi ini masuk kerja meninggalkan Yoga sendiri di apartemennya. Sebenarnya Boy hendak menunggu Anya yang mengabari bahwa Ia akan datang. Namun, Anya tidak datang juga. Terpaksa Boy pergi karena harus absen pagi. Yoga sendiri masih memiliki beberapa hari yang tersisa untuk menikmati liburnya dan untuk benar-benar pulih. Yoga sedang asik duduk di sofa bermain handphone. Tidak lama bel berbunyi. Ia segera bergegas membuka pintu. Saat akan berjalan cepat, Ia memiliki ide nakal agar bisa bermanja-manja dengan Anya. Yoga memperlambat langkahnya. Anya belum tau kondisi Yoga yang sudah membaik dan bisa melakukan semua sendiri.

"Sebentar sayang.. Aduuuh aduuuh.." Yoga membuat suara kesakitan dari dalam dan pura-pura berjalan perlahan. Yoga membuka pintu. Raut wajah Anya panik mendengar suara Yoga dari dalam.

"Kok kakak yang buka pintu?" Anya memapah Yoga dengan sigap.

"Boy udah berangkat dari tadi, mesti absen dulu."

"Sorry Kak, tadi mau kesini pagi banget ternyata mama nitip kue buat kakak. Jadi Anya nunggu bentar sampe siap. Kasian mama udah bikin dari pagi banget."

"Sampaiin makasih ya buat mama. Jadi ngerepotin."

"Iya nanti Anya sampein. Terus ini kakak mau dipapah ke sofa apa di kamar buat istirahat?" Tawar Anya.

"Emang ke kamar mau ngapain?" Yoga tersenyum nakal.

"Iiih apaan sih kak, seriusan kakak mau dipapah kemana?"

"Ke hatimu aja sayang."

"Iiih tau aah ngeselin." Anya memutuskan memapah Yoga ke sofa. Setelah itu Anya membuka kue buatan Mama Meli dan memberikannya pada Yoga.

"Makan dulu kuenya kak."

Yoga menuruti perintah Anya.

"Enak banget kuenya."

"Kue buatan mama selalu enak kak. Sejak Anya kecil kue buatan mama itu gak pernah gak enak. Anya sampe heran sendiri."

"Berarti udah bakat. Kayak kamu yang berbakat banget." Ucap Yoga.

"Bakat gambar?"

Yoga menggeleng membuat Anya mengernyitkan dahi.

"Bakat ngeluluhin hati aku."

"Gombaaaal. Duuuh Anya mau muntah rasanya." Mereka tertawa bersama.

Setelah kenyang dengan kue dari Mama Meli, mereka menghabiskan waktu untuk menonton film bersama. Saat asik menonton film Yoga beranjak hendak mengambil minum di dapur.

"Mau kemana kak?" Tanya Anya dengan pandangan heran.

"Mau ambil minum, haus." Jawab Yoga dengan polosnya.

"Emang gak sakit buat..." Belum selesai dengan omongannya, Yoga sudah melenggang pergi ke dapur meninggalkan Anya yang semakin terheran. Tak lama Yoga kembali, Ia duduk di samping Anya.

"Di ulang bentar filmnya yang, aku ketinggalan." Yoga mengambil remote hendak memutar ulang film. Anya memicingkan mata ke arah Yoga yang tidak sadar dengan tingkahnya sedari tadi.

"Kenapa yang?" Yoga melihat Anya memandangnya.

"Kakak bohongin Anya yah? Tuh tadi udah bisa jalan mondar mandir ke dapur seenaknya. Lupa kalau sakit." Yoga tersadar.

"Aduuuuhhh aduuuhhh.. Ini sakit lagi yang. Beneran sakit lagi.." Yoga berpura-pura kesakitan.

"Iiih gak usah pura-pura. Ngeselin. Anya pulang aja kalau gitu. Kakak tukang bohong." Anya memukul lengan Yoga.

"Jangan pulang dong. Ini beneran sakit." Anya beranjak tidak menggubris Yoga. Yoga menarik tangannya hingga membuat Anya jatuh di pelukan Yoga. Anya kaget.

"Iih kak, lepasin. Katanya sakit. Dasar tukang bohong iih." Anya memberontak.

"Gak bakal aku lepasin kalau marah-marah terus. Kan mumpung berduaan sayang. Gak ada Boy, aku maunya manja-manjaan."

"Iya tapi gak pake bohong pura-pura sakit." Anya mengalihkan pandangannya karena sebal. Jarak wajah mereka terlalu dekat, membuat Anya sedikit tersipu walaupun Ia tetap menunjukkan raut kesal. Pipi Anya bersemu merah merasakan nafas mereka bisa terdengar satu sama lain.

"Iya iya, gak bohong lagi sayang. Maafin yah." Yoga merayu.

"Gak dimaafin. Weekk."

Cup.. Yoga melayangkan bibirnya ke pipi Anya yang ada tepat di depanya. Pipi Anya makin bersemu merah.

"Iih kakak, apaan sih." Anya kaget. Baru kali ini ada bibir laki-laki yang mendarat di pipinya. Ada perasaan kaget dan tentunya membuatnya berdebar. Sesekali Anya melirik ke arah bibir Yoga. Ia mulai tidak nyaman dengan jarak yang terlalu dekat. Anya berusah melepaskan pelukan Yoga yang sangat erat.

"Iya biar kamu gak marah lagi."

"Lepasin Kak."

"Maafin dulu baru aku lepasin."

"Iya iya aku maafin."

Yoga mengendurkan pelukannya. Anya memundurkan badannya dan wajahnya menatap Yoga karena wajah mereka sudah cukup berjarak.

"Ayooo lepasin kak." Anya semakin kesal.

Cup.. Yoga menarik badan Anya. Bibir Anya menempel pada bibir Yoga. Anya mendelik kaget. Jantung Anya berpacu sangat kencang. Sepersekian detik Anya terdiam. Saat sudah sadar Ia segera mendorong badan Yoga. Muka Anya bersemu merah seperti kepiting rebus. Anya merasa sangat gerah di ruangan yang berAC. Mereka berdua salah tingkah.

"A aku balik ya Kak." Anya mencari tasnya di sofa.

"Jangan dong. Temenin dulu disini." Yoga menarik tangan Anya dan mereka duduk sangat dekat tanpa jarak. Yoga menggenggam tangan Anya.

"Jangan pulang dulu." Pinta Yoga.

Film yang ada di depan mereka tidak lagi mereka tonton. Mereka sama-sama saling menenangkan diri masing-masing. Yoga yang tadinya bersandar mengganti posisi menjadi tegak sambil memandang ke arah Anya, membuat Anya makin salah tingkah. Tangan kiri Yoga menggenggam tangan Anya dan tangan kanannya membelai pipi Anya. Anya berusaha tetap tenang.

"I love you." Ucap Yoga. Yoga mendekatkan wajahnya ke arah Anya. Anya memejamkan mata menikmati bibir Yoga yang menyentuh bibir tipisnya. Beberapa saat mereka saling berc*mbu, terasa kaku karena memang semua pengalaman pertama bagi keduanya. Setelah Anya mulai terlihat kehabisan nafas, Yoga melepaskan bibirnya dari bibir Anya dan mengusap bibir Anya yang basah. Ia menempelkan keningnya pada kening Anya sambil mengusap pipi Anya dan tersenyum.

"I really love you, Anya." Ucap Yoga kembali. Anya tersenyum mendengarnya.

***

Sonya sedang di ruangannya, Ia sedang senyum-senyum sendiri memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya. Ia sangat bahagia pertemuan dengan mama Ezza berakhir dengan sangat baik. Apalagi saat Ezza mengungkapkan kebenaran di depan mamanya. Sungguh sangat membuat Sonya luluh dan yakin dengan Ezza. Sonya jadi berpikir untuk melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan. "Pasti Ezza akan menjadi suami dan ayah idaman nantinya." Batin Sonya. Ia sudah tidak sabar untuk mengungkapkan kesiapannya pada Ezza.

Saat sedang asik melamun, seseorang mengetuk pintu ruangan Sonya. Sonya berjalan membuka pintu. Ia kaget dengan sosok yang datang menemuinya. Selly.

"Bisa kita bicara?" Tanya Selly.

"Iya bisa, bicara di dalam saja." Sonya mempersilakan Selly duduk di sofa yang ada di ruangannya.

Selly menarik nafas sejenak untuk memulai berbicara.

"Mau bicara apa?" Tanya Sonya.

"Aku mantan istri Ezza. Aku tau kamu sedang dekat dengan Ezza. Awalnya, aku berpikir tidak masalah bahwa Ezza dekat dengan wanita lain. Tapi saat itu semua terjadi, ada perasaan yang mengganjal."

"Maksud kamu?" Sonya tidak memahami arah pembicaraan Selly.

"Saat aku tau kalian dekat, aku merasa kasian dengan Airelle. Aku ingin memberi keluarga yang utuh untuknya. Airelle sangat bahagia pasti kalau tau kedua orangtuanya bisa bersama."

Sonya kaget mendengar penuturan Selly.

"Kamu mau rujuk sama Ezza?"

"Iya, aku baru sadar kehadiran Ezza selama ini sangat berarti. Sekalipun kami berpisah, tidak pernah Ezza melupakan Airelle. Awal pernikahan kami memang tidak ada rasa cinta, tapi rasa cinta itu tumbuh melihat sikap Ezza pada Airelle. Aku tidak sanggup melepas Ezza."

Sonya tersulut emosi mendengarnya, namun Ia berusaha tenang. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan tega hendak menghancurkan kebahagiaan wanita lain dengan sengaja. Bahkan Ia menggunakan kebohongan tentang status Airelle untuk membohongi Sonya. Sonya bersyukur sudah mengetahui kenyataan sebenarnya dari Ezza. Jika Ia tidak tau, mungkin saat ini juga Sonya akan meninggalkan Ezza demi kebahagiaan Airelle.

"Maaf Selly. Aku dan Ezza saling mencintai. Ezza juga sudah bilang bahwa hubungan kalian sudah berakhir 3 tahun yang lalu. Kalau kamu mencintai Ezza, kenapa baru sekarang kamu menyadarinya. Itu sudah terlambat Selly. Aku tidak bisa begitu saja menyerah dengan hubungan kami. Sudah banyak hal yang kami korbankan hingga di titik sekarang."

Selly kesal mendengar ucapan Sonya.

"Kamu tega dengan Airelle. Apa kamu tega melihat anak kecil yang nantinya tumbuh tanpa kehadiran sosok ayahnya? Tolong pikirkan hal itu, Sonya." Selly terus berusaha.

"Kalau kamu memang ingin Airelle tumbuh dengan kehadiran sosok ayah, bukankah kamu yang harusnya jujur mengatakan siapa ayah Airelle sebenarnya?"

Selly kaget, bagaimana Sonya bisa mengetahui semuanya.

"Siapa yang memberitau kamu? Ezza?" Nada Selly meninggi.

"Aku dokter disini, Selly. Dari rekam medis Airelle, dokter manapun juga akan tau kalau Ezza bukan ayah dari Airelle." Selly sedikit geram dengan jawaban Sonya.

"Tapi tetap saja, bagi Airelle, Ezza adalah ayahnya. Tidak akan aku biarkan seseorang merebut ayah dari anakku." Selly beranjak hendak meninggalkan Sonya.

"Bagaimana bisa kamu tega menyakiti kami semua Selly. Iqbal di masa lalu kamu, sekarang Ezza dan aku juga. Mungkin Airelle juga akan sakit nantinya jika tau bahwa ibunya menutupi siapa ayah kandungnya. Semua hanya demi kebahagiaanmu. Aku kira kamu akan belajar dari semua masa lalu kamu. Ternyata aku salah.." Ucap Sonya membuat Selly terdiam dan melenggang keluar dari ruangan Sonya.

Sonya lemas mendengar semuanya. Bagaimana mungkin masa depan indah yang Ia bayangkan dengan Ezza, tidak akan semudah itu Ia bangun. Banyak sekali rintangan antara Sonya dan Ezza. Sonya menatap kembali cincin di jarinya. "Semoga semua berakhir indah untuk kita, Ezza." Batin Sonya.

***

Anya pulang dari apartemen Yoga saat sore hari. Sekarang Ia duduk di kamar sambil tersipu dan memegang bibirnya. Anya membayangkan kembali apa yang terjadi tadi siang.

"aaaaahhhhhh...." Anya salah tingkah sendiri sambil menutup dirinya dengan selimut. Debar jantungnya masih terus berpacu. Semakin Anya ingin melupakan, bayangan wajah Yoga yang sangat dekat hadir kembali. Anya senyum-senyum sendiri. Hatinya benar-benar dipenuhi oleh Yoga. "Tenang Anya. Tenang.." Gumam Anya menenangkan diri.

Di sisi lain, Yoga di apartemennya juga senyum-senyum sendiri. Sampai saat Boy datang, Boy heran dengan Yoga yang bersikap seperti itu.

"Lu kenapa bro? Kesambet? senyum-senyum sendiri."

"Enggak, siapa yang senyum-senyum sendiri coba."

"Lah itu, lu dari tadi senyum-senyum sendiri sejak gue dateng. Ngeri gue liatnya."

"Gue lagi senam wajah, biar gak cepet keriput. Umur kita kan udah makin tua. Mesti sering-sering senam wajah biar tetap awet muda." Yoga beralasan

"Emang bisa gitu ya? Kok baru tau gue. Lu gak abis aneh-aneh kan?" Tanya Boy tidak yakin.

"Serius, cobain deh. Biar awet muda. Aneh-aneh apaan? Udah aah gue ngantuk, mau istirahat dulu." Yoga pergi ke kamar meninggalkan Boy yang masih kebingungan, Yoga menghindari Boy agar tidak ketauan penyebabnya senyum-senyum sendiri.

Saat di kamar Yoga tidak bisa menahan rindunya pada Anya. Baru saja ditinggal Anya pulang, Yoga sudah ingin bertemu lagi. Yoga memutuskan menelpon Anya.

"Sayang, lagi apa?" Tanya Yoga.

"Lagi rebahan di kamar sayang. Oiya, kata mama sama-sama buat kuenya. Mama juga bilang makasih udah nolongin Anya, dan cepet sembuh."

"Iya sayang, nolongin kamu itu udah jadi tanggung jawab aku. Oiya sayang, kayaknya malam ini aku gak bisa tidur."

"Loh kenapa kak? Lukanya sakit lagi?" Balas Anya panik.

"Enggak, tapi karena kangen kamu."

"Iiih sayang ini. Aku udah panik kakak kenapa-kenapa. Sama kayaknya aku juga gak bisa tidur nanti malam."

"Kenapa emang? Karena kangen aku juga?" Tebak Yoga.

"Bukan, tapi karena tadi siang kak. Itu ciuman pertama Anya." Anya tersipu mengatakannya.

"Iya kakak tau."

"Kakak mah udah pengalaman pasti."

"Eeh siapa bilang. Sebenarnya.."

"Sebenarnya apaan? Ngaku aja kalau emang dulu sama mantan-mantan juga begitu."

"Sebenarnya itu juga ciuman pertama kakak." Ucap Yoga jujur.

"Serius kak?" Anya tak percaya.

"Serius Anya sayangku cintaku. Makanya jangan pikiran buruk dulu sama kakak. Kakak cowok baik-baik kok."

"Iya iya deh percaya."

1
Yulia
anya egois bgt
Yulia
jangan lama2 dong up nya
Teti Hayati
Yee... mana mau ya Pak Pol, masa gak ketemu lagi... 😂
Adi Wawan
wah Adit ni ada udang dibalik batu
Devi Sihotang Sihotang
lanjut thor
Ranggaalfiano
up banyak banyak donk akak
Ranggaalfiano
jangan lama2 up nya akak😙
Ranggaalfiano
ini kk othor nya dr mana kali baru nongol skrg😂
aku udh lama nunggu lanjutan nya
Andriyati
kayaknya yg ngadu oki sama lucu adalah sisil dech,,
Shifa Andin
jangn thor,,kasian gina
Lili Suryani Yahya
Dasar sok cuek
mastura librae
sering up
Ria Astrid Hardiana
up dunk thor jngan lama" ..
Ria Astrid Hardiana
bagus. lebih panjang lg cerita novel nya
Ria Astrid Hardiana
lanjut athor
Wiwi Riani
up thorrrrr😁
Reni marlina
jangan sampai si yoga nikahi si Gista, mudah-mudahan cepat ke ungkap kebohongan si Gista biar keluarga nya juga malu. pokoknya jangan sampai si yoga nikah sama si Gista nggak setuju. keenakan si Gista dapat yoga nah yoga malah dapat barang bekas.
Bocah Gaming
👍👍👍
Bocah Gaming
ku suka
Bocah Gaming
keren ku suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!