Deandra Rashesa adalah gadis cantik, muda dan berbakat, yang masih duduk di kelas 11, di usianya yang masih 18 tahun, ia terpaksa harus melepas masa remajanya demi perjodohan yang tidak ia inginkan.
Rayvano Adiputra perkasa, CEO perusahaan ternama di kotanya adalah sosok yang dijodohkan dengan Shesa, berwajah ganteng, tajir melintir, dambaan banyak wanita tak lantas membuat Shesa menyukainya.
Sifat Vano yang arogan membuat Shesa sangat membencinya.
Karena Shesa masih ingin terus sekolah dan melanjutkan cita-citanya, ia menginginkan pernikahan itu dirahasikan.
Akankan Shesa sanggup melewati konflik-konflik dalam pernikahannya yang dirahasiakan?
MOHON BIJAK YA! NOVEL INI HANYA KARYA FIKSI DAN HANYA KEHALUAN AUTHOR SEMATA. JADI, KALAU TIDAK SESUAI DENGAN KEHIDUPAN NYATA, HARAP MENILAI DENGAN BIJAK ...🙏😊
HAPPY READING ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cafe 77
Sepanjang perjalanan Shesa hanya diam dan diam, Vano melihatnya tampak lesu dan muram.
"Kau mau makan?" tanya Vano memecah suasana.
"Aku tidak lapar" jawab Shesa singkat
Vano merasa isterinya ini benar-benar sedang merajuk, lebih baik ia membiarkan Shesa tenang dulu.
Setelah beberapa menit mobil mewah putih itu telah sampai di kompleks perumahan elit, tempat dimana Vano tinggal, Shesa langsung turun begitu saja tanpa menghiraukan Vano, lantas ia masuk ke rumah mewah Vano dengan berjalan cepat.
Shesa segera naik keatas dan masuk ke kamarnya, nenek melihat Shesa naik ke lantai atas dengan buru-buru, kemudian Vano datang.
"Vano...ada apa dengan isterimu?" tanya nenek penasaran
"Tidak ada apa-apa nek, mungkin dia sedang capek" seru Vano menutupi.
"Cepat susul dia, mungkin dia sedang membutuhkan sesuatu" perintah nenek.
Vano mengangguk dan mulai menyusul Shesa.
Vano telah sampai didepan kamarnya, lantas dia masuk ke dalam kamar, ia tak mendapati Shesa berada di kamar, ia mencoba mencarinya di kamar mandi, tapi tetap saja Shesa tidak ada di kamar mandi.
"*Kemana dia*" gumam Vano
Tak sengaja Vano melihat pintu kearah balkon terbuka, kemudian ia melihat Shesa yang sedang berdiri di sana, Vano hendak menghampirinya tapi langkah kakinya terhenti, ia tak mau mengganggunya dulu, gadis itu butuh menenangkan dirinya.
Kemudian Vano memutuskan untuk keluar kamar, nenek melihat Vano yang keluar dari kamarnya.
"Vano kau mau kemana?" tanya nenek yang melihat Vano akan pergi lagi.
"Vano pergi dulu nek" seru Vano dan langsung pergi keluar rumah.
"*Apa mereka ada masalah*?" tanya nenek dalam hati
Vano kemudian memutuskan untuk keluar rumah saat itu juga.
"Mario mana kuncinya" seru Vano pada Mario sambil meminta kunci mobilnya.
"Tuan muda mau kemana?" tanya Mario heran
"Aku mau ke cafe 77" jawab Vano singkat.
Cafe 77 adalah tempat nongkrongnya orang-orang berkelas, cafe yang memiliki fasilitas VIP ini menjadi daya tarik bagi orang-orang kaya dan tajir.
Shesa melihat Vano dari arah balkon, ia melihat Vano nltampak pergi sendiri tanpa Mario, sejenak Vano melihat ke arah Shesa, Shesa masih menatapnya dengan penuh kekecewaan, lantas ia masuk ke dalam mobil dan melesatkan mobil mewahnya ke jalan raya.
Shesa memperhatikan bagaimana Vano mengendarai mobilnya, Vano sangat mahir mengendarai mobil yang tidak semua orang bisa memilikinya itu.
"Dia pergi kemana?" tanya Shesa dalam hati
*
*
*
"Shesa...!"tiba-tiba nenek memanggil Shesa dengan lembut. Shesa yang terkejut lantas menoleh ke arah sang nenek.
"Nenek...." jawab Shesa sambil tersenyum.
"Katakan pada nenek, apa yg terjadi? Kalian bertengkar?" tanya nenek
Shesa terdiam dan menunduk, nenek melihat mata Shesa sembap seperti habis menangis.
"kamu menangis?" tanya nenek
Shesa berusaha menutupinya dan pura-pura tersenyum.
"Tidak nek...Shesa tidak menangis, mungkin Shesa kecapekan karena seharian tadi sibuk di acara sekolah" alibi Shesa agar nenek tidak curiga.
"Aku tidak pernah melihat Vano seperti ini, hari ini dia terlihat begitu gelisah, seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan, nenek melihat ada sinar cinta di mata Vano untukmu, dia terlalu gengsi untuk menerima kenyataan ini" seru nenek.
Shesa tertunduk saat nenek mengucapkan hal itu.
"Vano tumbuh dewasa tanpa kasih sayang seorang ibu, semenjak kepergian ibunya, Vano merasa sangat kesepian, ia menganggap tidak ada yang lebih menyayanginya kecuali ibunya" sambung nenek
"Disaat-saat itulah aku berusaha meyakinkannya, bahwa dia tidak sendiri, suatu saat nanti pasti ada seseorang yang menyayanginya dengan sepenuh hati"
"Maka dari itu dia tumbuh menjadi pribadi yang dingin, arogan dan sombong, ya ...mungkin ini salah nenek juga terlalu memanjakannya" seru nenek bersedih.
"*N*enek..." gumam Shesa
"Nenek hanya ingin disisa akhir hidup nenek, Vano sudah mendapatkan pendamping yang tepat, yang bisa menemaninya dalam suka dan duka, karena kebanyakan wanita yang mendekati Vano, hanya mengincar harta dan kekuasaannya saja" sambung nenek.
"Maka dari itu Hendra menjodohkan kamu dengan Vano, kamu adalah putri dari sahabat Hendra dari semenjak Hendra tidak punya apa-apa, sampai Hendra memiliki segalanya, dan sekarang ia ingin Vano berada pada wanita yg tepat, yaitu kamu, cucu menantu nenek" ucap nenek dengan mata yang berkaca-kaca.
Shesa memeluk nenek dengan erat.
"Nenek...." seru Shesa
nlNenek memegang pipi Shesa dan tersenyum senang.
"Tapi nek, kami tidak saling mencintai" tukas Shesa tertunduk.
"Cinta itu pasti akan datang dengan sendirinya, kalian berdua sudah ditakdirkan untuk berjodoh, nenek yakin saat ini cinta itu sudah mulai tumbuh dan perlahan kalian akan menyadari itu" tukas nenek tersenyum
Shesa menatap wajah nenek yang teduh, ia tersenyum dan memeluk sang nenek dengan manja.
"Sekarang telepon suamimu, suruh dia pulang, apapun masalah kalian, cepat selesaikan dengan segera" ucap nenek sambil memberikan ponsel kepada Shesa.
"Tapi nek...baiklah kalau begitu" seru Shesa sambil menerima ponselnya.
Shesa memencet nomor Vano dan mencoba menghubunginya, sekali lagi ia memanggil nomor Vano tapi yg ada cuma "nomor yang anda tuju sedang dialihkan"
"Tidak bisa nek, biar nanti Shesa coba lagi" sambung Shesa.
"Baiklah kalau begitu nenek ke kamar dulu ya" pamit nenek.
Shesa tersenyum dan mengangguk pelan.
"Terima kasih nenek sudah memberiku sebuah jawaban" seru Shesa tenang
Shesa beranjak pergi ke kamar mandi, ia mulai melepas satu persatu pakaiannya, ia melihat bekas kecupan itu masih terlihat sempurna, ia meraba lehernya yg dipenuhi jejak kepemilikan yg sempat membuat warga sekolah heboh.
"Apa aku terlalu egois, harusnya aku tidak bersikap seperti itu padanya, aku isterinya, aku adalah miliknya, hal yang wajar dia melakukan ini padaku, siap tidak siap aku sudah berstatus sebagai isteri sah dari seorang Vano Perkasa" gumam Shesa sambil menatap dirinya di cermin.
"*Pernikahan ini memanglah sebuah perjodohan, memang tak ada cinta, tapi apakah aku terlalu egois, mementingkan diriku sendiri, dengan menolak kewajibanku sebagai seorang istri*" batin Shesa bergejolak.
Ia sadar pernikahan ini bukanlah pernikahan kontrak yg dibatasi oleh waktu, tapi ia menyadari pernikahan ini untuk selamanya.
Shesa menghela nafas panjangnya.
"*Siapkah aku menerima dia sebagai suamiku seutuhnya*!" hati Shesa bergetar saat mengingat kejadian-kejadian romantis bersama Vano.
*
*
*
kemudian ia mulai berendam.
"Tapi kemana perginya dia? Apa dia tersinggung dengan apa yang aku katakan tadi" seru Shesa.
Shesa mengambil ponsel yang berada disamping bathtub.
"Kamu ada dimana?" Shesa mengirim pesan teks lewat ponselnya, tapi belum ada jawaban dari Vano.
*
*
*
Vano telah sampai di cafe 77
"Hai Vano...tumbenan nih main kemari" sapa Excel teman Vano.
Vano duduk dan menyilangkan kakinya, Exel melihat Vano begitu kusut hari itu.
"Kamu kenapa bro....?" seru Excel penasaran.
*
*
BERSAMBUNG
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷