Sekar Ayu, gadis sederhana lulusan SMK, hidup di bawah naungan paman dan bibinya yang sukses di dunia fashion. Meski tumbuh di lingkungan materialistis, Sekar tetap menjaga kelembutan hati. Hidupnya berubah ketika bertemu Arumi, istri seorang konglomerat, yang menjodohkannya dengan Bayu Pratama, CEO muda dan pewaris perusahaan besar.
Namun, Bayu menyimpan luka mendalam akibat pengkhianatan cinta masa lalu, yang membuatnya membatasi dirinya dari kasih sayang. Pernikahan mereka berjalan tanpa cinta, namun Sekar berusaha menembus tembok hati Bayu dengan kesabaran dan cinta tulus. Seiring waktu, rahasia masa lalu Bayu terungkap, mengancam kebahagiaan mereka. Akankah Sekar mampu menyembuhkan luka Bayu, atau justru masa lalu akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Sen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga hati
Arifal menatap Sekar lama, senyumnya samar, bukan senyum menggoda seperti biasanya, tapi senyum yang seolah mencoba menenangkan badai di dada wanita itu. Angin pantai meniup lembut rambut Sekar yang terurai, membuat beberapa helai menari di udara.
“Kalau kamu terus bilang nggak apa-apa,” ucap Arifal perlahan, suaranya nyaris kalah oleh suara debur ombak, “aku takut suatu hari kamu benar-benar nggak tahu rasanya bahagia lagi.”
Sekar terdiam. Dadanya sesak. Kata-kata itu seperti menyentuh bagian hatinya yang selama ini ia tutupi rapat. Ia menunduk, menggenggam tas kecil di tangannya lebih erat.
“Aku sudah terbiasa, Fal… Aku cuma ingin semua baik-baik saja.”
Arifal mendekat perlahan, jarak mereka kini hanya tinggal satu langkah. “Kamu nggak harus terbiasa dengan rasa sakit, Sekar. Kamu pantas dicintai, dihargai, diperhatikan… bukan dibiarkan bertahan sendirian.”
Sekar mengangkat wajahnya perlahan, matanya bergetar menatap Arifal. “Fal… jangan bicara seperti itu. Aku masih istri orang,” suaranya pelan, nyaris bergetar, “aku nggak mau terlihat seperti...”
“Seperti apa?” potong Arifal lembut, namun penuh tekanan emosional. “Seperti perempuan yang butuh kasih sayang? Sekar, itu bukan salahmu. Itu… manusiawi.”
Angin pantai berhembus kencang, membelai wajah mereka berdua. Untuk sesaat, dunia seolah berhenti.
Tatapan mereka bertaut, Sekar dengan air mata yang belum sempat jatuh, dan Arifal dengan tatapan lembut yang dipenuhi ketulusan yang tak lagi bisa ia sembunyikan.
Arifal menarik napas dalam, mencoba menahan gejolak yang ingin keluar dari dadanya. “Aku tahu batas, Sekar. Aku nggak akan menyentuhmu, aku janji. Tapi … biarkan aku jadi tempat kamu berhenti sejenak. Tempat kamu bisa bernapas tanpa harus pura-pura kuat.”
Sekar memejamkan mata sebentar, lalu tersenyum kecil di antara kesedihannya. “Fal… kamu terlalu baik. Aku takut kebiasaan sama perhatian kamu. Aku takut nanti aku lupa cara melindungi diriku sendiri.”
Arifal tersenyum tipis, melangkah sedikit lebih dekat, hanya cukup untuk membiarkan suaranya terdengar jelas di telinga Sekar.
“Kalau kamu lupa, aku janji bakal ingetin kamu, Sekar. Bukan supaya kamu jatuh padaku… tapi supaya kamu nggak jatuh lagi karena rasa sakit yang sama.”
Sekar menatapnya lama, matanya memantulkan sinar lembut matahari sore yang mulai turun ke cakrawala.
Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, ia merasa… dilihat. Tak sebagai istri yang harus sempurna, tapi sebagai seorang wanita yang boleh rapuh, boleh lelah, dan layak diperhatikan.
Sekar akhirnya tersenyum kecil. “Kamu tahu, Fal… mungkin kamu satu-satunya orang yang masih bisa membuatku merasa berarti.”
Arifal menatapnya dalam, lalu menjawab pelan, “Dan aku akan terus jadi orang itu, selama kamu mengizinkan aku berada di sini…”
Tangannya perlahan menepuk bahu Sekar lembut, penuh rasa hormat. “Di sisimu, tapi bukan untuk menggantikan siapa pun. Tapi kamu perlu tahu, Sekar' sejujurnya dalam hati, aku sudah memendam lama sama kamu, aku tidak masalah kalau sekarang harus menjaga tanpa memiliki kamu."
Sekar menunduk, menahan debar yang makin tak karuan. “Kamu selalu tahu cara bicara yang tepat ya, Fal. Dan aku minta maaf, selama ini aku tidak tahu' bagaimana perasaan mu.”
Arifal tertawa kecil, mengalihkan pandangan ke laut yang berkilau diterpa cahaya senja.
“Bukan karena aku pintar bicara, Sekar. Tapi karena setiap kali aku lihat kamu, aku cuma ingin kamu tahu' kamu masih punya alasan untuk tersenyum. Dan aku sudah biasakan diri, untuk tahu diri Sekar.”
Sekar menatap punggung Arifal yang berdiri beberapa langkah di depannya, membiarkan angin pantai bermain di rambut dan jas yang ia kenakan. Suara debur ombak terdengar lembut, menenangkan, tapi bagi Sekar, hatinya justru terasa semakin tak tenang.
Lalu perlahan, Arifal berbalik kembali. Tatapannya jatuh lurus pada Sekar, lembut namun dalam, seperti ingin menembus segala dinding yang Sekar pasang selama ini.
“Kamu tahu, Sekar…” ucapnya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh angin sore yang lembut, “aku bawa kamu ke sini sebenarnya bukan untuk survei.”
Sekar menatapnya bingung, “Maksudmu?”
Arifal tersenyum kecil, lalu melangkah mendekat, langkahnya tenang, tapi setiap gerakannya terasa mantap. “Aku bawa kamu ke sini… untuk membawamu agar lebih tenang. Aku tahu kamu butuh itu, Sekar. Aku bisa lihat dari cara kamu diam, dari cara kamu memandangi laut ... kamu bukan sekadar menikmati pemandangan, kamu sedang berusaha menenangkan hati yang sesak.”
Sekar terdiam. Matanya bergetar menatap sosok di depannya itu. “Fal…” gumamnya lirih, namun suara itu patah di udara.
Arifal tersenyum samar, lalu melangkah lagi, hingga kini jarak mereka hanya tinggal satu langkah.
“Aku nggak tahu apa yang kamu alami di rumah, Sekar,” lanjutnya, nada suaranya kini lebih dalam, “tapi aku tahu satu hal ... kamu terlalu banyak menahan, terlalu sering pura-pura kuat. Dan aku nggak mau lihat kamu terus begini.”
Sekar mengalihkan pandangan ke laut, berusaha menahan air mata yang menggenang. “Kamu nggak harus khawatir, Fal… aku baik-baik saja. Aku cuma---”
“Berhenti bilang kamu baik-baik saja,” potong Arifal lembut, tapi tegas. “Karena setiap kali kamu bilang itu, matamu justru bilang sebaliknya.”
Sekar menutup matanya sesaat. Udara sore yang lembab membawa aroma garam dan suara camar yang berputar di atas mereka. “Fal… kenapa kamu sepeduli ini sama aku? Aku takut kamu salah paham, atau… aku yang salah menafsirkan.”
Arifal menghela napas pelan, lalu menunduk sedikit, menyamakan tinggi pandangannya dengan Sekar. “Aku peduli bukan karena ingin sesuatu darimu, Sekar. Tapi karena kamu berharga. Karena aku pernah lihat kamu tertawa lepas dulu, dan sekarang aku cuma ingin lihat itu lagi. Sekali saja.”
Kata-kata itu menampar lembut hati Sekar. Senyum kecil muncul di bibirnya, tapi matanya berkaca-kaca.
“Fal, kamu itu selalu tahu cara bicara yang bisa bikin orang lain merasa hangat, padahal kamu sendiri mungkin juga punya luka.”
Arifal tersenyum tipis, lalu menatap laut di belakang Sekar. “Mungkin. Tapi luka itu rasanya nggak seberapa kalau dibanding bisa bikin orang yang aku pedulikan tersenyum lagi.”
Sekar menggeleng perlahan, senyumnya getir. “Kamu selalu seperti ini… tulus. Dan itu yang justru bikin aku takut, Fal.”
Arifal mengernyit lembut. “Takut kenapa?”
Sekar menatapnya, suaranya nyaris bergetar. “Takut… kalau aku mulai nyaman. Takut kalau aku mulai mencari kamu setiap kali aku merasa sedih. Karena itu berarti aku udah salah, Fal.”
Arifal terdiam sejenak. Angin meniup rambut Sekar yang kini berantakan lembut di wajahnya. Lalu, perlahan, ia mengulurkan tangan dan menyingkirkan helaian itu dari pipinya, gerakan kecil, sederhana, tapi penuh makna.
“Kalau itu salah, biarlah aku yang menanggung salahnya, Sekar,” ucapnya lembut. “Kamu cuma perlu satu hal ... tenang. Dan mulai hari ini, aku akan pastikan kamu punya tempat untuk itu.”
Sekar tak bisa menahan lagi. Setetes air mata jatuh di pipinya, tapi kali ini bukan karena sedih, melainkan karena lega. Ada sesuatu di hati yang perlahan luruh, kelelahan yang selama ini ia simpan sendiri, kini terasa lebih ringan.
Ia menatap Arifal lama, lalu tersenyum lirih.
“Terimakasih, Fal… mungkin kamu benar. Mungkin aku memang butuh tenang, dan hari ini, entah kenapa, aku menemukannya di sini.”
Arifal membalas senyumnya, mata mereka bertaut dalam keheningan yang hangat.
Sore itu, di bawah langit yang mulai berwarna keemasan, di antara debur ombak dan semilir angin pantai, ada dua hati yang diam-diam mulai saling mengerti, meski keduanya tahu, mereka sedang berdiri di batas yang tak boleh dilewati.
****
Sore itu, langit di luar gedung Pratama mulai memerah, menyisakan semburat jingga yang menembus tirai kaca besar di ruang kerja Bayu. Ruangan itu tampak hening, hanya terdengar dengung lembut dari pendingin ruangan dan detak jarum jam dinding yang terasa berjalan sangat lambat.
Bayu duduk di kursinya, tubuh tegapnya bersandar lelah. Satu tangan memegang pelipis, sementara yang lain memutar-mutar pena di atas meja. Pandangannya kosong menatap layar laptop yang belum juga ia sentuh sejak dua jam lalu.
Setiap detik terasa berat.
Setiap menit seperti menekan dadanya lebih dalam.
Ia ingin mengakhiri semuanya, kebohongan, ancaman, dan rasa bersalah yang terus mengekornya seperti bayangan gelap. Tapi setiap kali niat itu muncul, suara Alira kembali menggema di kepalanya… ancaman-ancaman yang membuatnya tak berdaya.
Bayu memejamkan mata, menarik napas panjang.
“Berbohong pada Sekar…” gumamnya dalam hati.
Kata itu saja sudah cukup untuk membuat dadanya nyeri. Ia tahu, istrinya bukan tipe perempuan yang banyak menuntut. Sekar selalu sabar, selalu diam bahkan ketika ia pulang larut tanpa kabar. Dan justru itu yang membuat Bayu semakin hancur, diam Sekar adalah cermin dari luka yang ia buat sendiri.
Namun di sisi lain, bayangan Alira kembali muncul di kepalanya, senyumnya yang misterius, tatapan matanya yang menusuk, dan kata-katanya yang selalu mengikat.
“Kamu nggak bisa kabur, Bayu. Aku tahu semua tentang kamu, bahkan yang kamu sembunyikan dari keluargamu.”
Bayu meremas pena di tangannya hingga nyaris patah. Napasnya terengah kecil.
“Kenapa, Alira… kenapa kamu nggak bisa berhenti?” bisiknya lirih, penuh getir.
Ia menunduk, kedua tangannya kini menutupi wajahnya yang lelah. “Aku sudah cukup menebus semua masa lalu itu. Tapi kenapa kamu terus menyeretku?”
Tatapannya lalu beralih ke ponselnya di atas meja. Layar itu gelap, tapi Bayu tahu pesan dari Alira akan segera muncul seperti biasa, tepat saat pikirannya mulai tenang sedikit.
Dan benar saja, getaran ponsel di meja kerja memecah kesunyian ruangan.
Bayu menatapnya tanpa berani menyentuh.
Nama “Alira” terpampang jelas di layar.
Ia menelan ludah, jantungnya berdegup kencang.
Perlahan ia membuka pesan itu.
Alira, “Nanti malam jam delapan. Tempat yang sama. Jangan buat aku marah, Bayu. Kamu tahu apa yang terjadi kalau aku kecewa.”
Bayu terdiam lama, ponsel itu kini terasa seperti bara api di tangannya.
Ia memejamkan mata, lalu memutar tubuhnya menatap jendela besar. Di luar sana, langit mulai gelap. Mobil-mobil berlalu-lalang dengan lampu yang mulai menyala, tapi semuanya tampak jauh… terlalu jauh dari ketenangan yang ia dambakan.
“Nanti malam?” gumamnya lirih, menatap pantulan wajahnya sendiri di kaca jendela. Wajah lelah, mata sayu, dan senyum yang sudah lama hilang.
“Itu artinya aku pulang larut malam, atau mungkin aku tidak pulang.”
Ia menunduk, meremas ponsel itu erat-erat.
“Apa maumu sebenarnya, Alira?” suaranya rendah, serak, hampir tak terdengar.
“Mengapa kamu selalu mengancamku? Selalu memaksaku untuk bersamamu, seolah aku milikmu…”
Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk pelan.
Bayu segera menegakkan tubuhnya, mencoba mengembalikan wajah tenangnya.
“Masuk,” ucapnya datar.
Asisten pribadinya, Rani, masuk dengan wajah hati-hati. “Pak Bayu, ada beberapa dokumen yang harus Bapak tanda tangani sebelum jam kerja selesai. Dan … Pak Rama sempat mencari Bapak tadi, tapi beliau sudah pulang.”
Bayu mengangguk tanpa banyak bicara. “Taruh saja di meja. Aku akan tanda tangan setelah ini.”
“Baik, Pak.” Rani meletakkan map dokumen, lalu menatap ragu. “Pak … kalau boleh saya tahu, Bapak baik-baik saja, kan? Sejak siang tadi Bapak belum makan apa pun.”
Bayu tertegun sebentar, lalu tersenyum tipis, senyum yang dipaksakan. “Aku baik-baik saja, Rani. Terima kasih.”
Rani mengangguk pelan lalu keluar, menutup pintu kembali.
Dan begitu pintu itu tertutup, senyum Bayu pun runtuh. Ia bersandar kembali di kursinya, menatap langit yang kini benar-benar gelap.
Tangannya kembali meraih ponsel. Ia ingin menulis pesan untuk Sekar, ingin meminta maaf, ingin bilang kalau malam ini ia harus lembur dan tak bisa pulang. Tapi jari-jarinya berhenti di tengah kalimat.
“Maaf, Sekar, aku harus kerja lembur malam ini… Aku pulang agak larut.”
Ia menatap tulisan itu lama, lalu menekan tombol kirim dengan napas berat.
Satu kebohongan lagi.
Satu luka lagi untuk perempuan yang tak pernah menuntut apa-apa darinya.
Bayu menatap layar ponselnya yang kini kembali gelap, sebelum akhirnya ia berbisik pada dirinya sendiri, penuh getir, penuh rasa bersalah.
“Maafkan aku, Sekar… aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan dalam permainan ini.”
Di luar jendela, hujan mulai turun perlahan.
Dan di dalam ruangannya yang dingin, Bayu merasa seperti tenggelam dalam badai yang ia ciptakan sendiri.
untung ada pak Joni yg bantu Bayu pulang 🥲🥲
duhh ternyata Bayu dahh tau Sekar kerja di toko 🥲🥲
pak Joni yg ksh tau Sekar kerja di toko 🥲🥲
duhhh meskipun hati nya merasa sakit, Sekar msh perhatian dg Bayu 🥲🥲
dokter periksa Bayu dongggg 🥲🥲.
knp tuhh Bayu gk mau di opname 🥲🥲
meskipun Bayu lagi sakit, dia msh perhatian dong sama Sekar, sampai minta Sekar pulang lebih awal🥲🥲
waduhhh kira² Bayu bakal cerita ke Sekar gk yaa tentang Alira si Pelakor stress itu??
penasaran....
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan quuu tetap semangat terus Sayyy 🤗🤗🥰🥰💪💪
Arifal pun melihat perubahan Sekar...
duhhh Pak Tarman jemput Sekar dong...
Bagus tuh Bayu hrs tegas dong jgn mau di manfaatkan Alira si Pelakor Stress 😡😡
jahat banget sih Alira taruh Racun ke kopi Bayu 😡😡😡
dasar Pelakor Stress Alira 😡😡😡
penasaran dg lanjut nyaaa
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu
tetap semangat terus Sayyy 🤗🤗🥰🥰💪💪
jgn tegang gitu Sekar kan sama suami sendiri 😄😄
duhh seperti nya Bayu sudah tau Sekar diam² pergi kmn dan Sekar msh terus berbohong 🥲
klo Bayu sudah tau, Bayu tau dari siapa? 🥲🥲
bener banget, Bayu pun juga sering berbohong dg Sekar🥲🥲
penasaran dg lanjut nyaaa
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy 💪💪🥰🥰🤗🤗
Benar tuh apa kata Pak Tarman hrs nya Sekar jujur dg Bayu klo kerja di toko roti nya Arifal..
bnr juga kata pak Tarman Sekar seharusnya tidak di antar Arifal, jika Bayu tau gmn??
duhhh Sekar kaget dong Bayu plg lebih awal..
waduhhh Sekar berbohong lagi ke Bayu blg ke rumah tante nya, Bayu pun blg klo Sekar hrs ijin dulu..
ehmmm tiba tiba Bayu ajak Dinner / Makan malam Sekar gk tuhh 😄😄😄
Sekar sampai bingung tiba-tiba Bayu ajak Dinner / makan malam biasanya gk pernah 😄😄
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus Sayyy quuu🥰🤗💪
kasihan Bayu di tekan Alira pkai ancaman 🥲🥲
Bayuuu qm hrs tegas dong sama Alira jgn lemah takut ancaman pengen tak banting HP tapi syg 🤣🤣🤣
Alira ciuman pula sama Masaru dahhh makin curiga Bayu 😆😆😆
seandainya Sekar tau pasti hati nya makin terluka 🥲🥲
untung ada Arifal yang siap jadi benteng buat Sekar 🥲🥲
yukk Sekar semangat tetap kuat 🥲🥲
duhhh Arifal mau antar Sekar pulang 😄😄
gpp deh Arifal jadi saingan Bayu nnt Sekar bakal bingung mau pilih Bayu atau Arifal 😄😄😄..
makin seru sajaaa
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus Sayyy quuu 🥰🤗💪💪
waduhh gawat tante nya Sekar datang Ehmm ternyata mau kembalikan kalung.
benar kata Tante nya Sekar kali ini, Sekar sudah nikah harusnya jangan jalan sama laki-laki.
Duhh Arifal baik banget mau bantu Sekar 😁😁
wadawww Arila rayain Ultah ma Bayu? dasar Pelakor Stresss 😡😡😡
duhhh Bayu dan Arifal ketemu dong Ehmmm kira kira jika Sekar tau msh semangat dan kuat gk ya Sekar? kasihan Sekar klo tau 🥲🥲
Penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan kuuuu tetap semangat Sayyy quuu 🤗🤗🥰🥰💪💪
begitu tenang Sekar meskipun hati nya sakit 🥲🥲.
Bayu melihat perubahan Sekar🥲
tapi Bayu knp gk Peka sihhh
bikin Bayu jatuh cinta sama Sekar donggggg 😁😁
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuu tetap semangat yaa Sayyy quuu 🥰🥰💪💪🤗🤗
kasihan Sekar melihat Bayu Dan Alira di toko Roti berdua 🥲🥲
duhhh Arifal akhirnya tau apa yang terjadi Dan berusaha menahan diri 🥲🥲
Sekar menangis dong di toilet🥲🥲
untung Ada Arifal mencoba tenangkan Sekar Dan kasih Sekar semangat 🥲🥲
semangat Sekar harus kuat gk boleh nyerah🥲🥲
gara² Cinta, Sekar tersenyum kembali 😁😁
penasaran dg lanjutannyaaa
di tunggu update nya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy quuu 💪💪🥰🥰🤗🤗
meskipun Bayu selalu bohongin Sekar, Sekar msh peduli dg Bayu 🥲
Sekar hrs nya juga cerita ke Bayu klo Alira dtg ke rumah 🥲🥲
duhhh Arifal jemput Sekar dong 🤗🤗
Sekar mencoba tersenyum di depan Arifal 🤗🤗
Sekar mencoba tersenyum kpd Arifal dong... 🤗🤗
gmn tuh klo Bayu tau Sekar kerja di toko nya Arifal 😁😁
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu 🥰🥰💪💪🤗🤗
Duhh Arifal semakin perhatian sama Sekar 🤗🤗
Arifal tau Sekar banyak beban tapi Sekar gk mau cerita kpd Arif 🥲
duhhhh Sekar nungguin Bayu balik donggg meskipun Sekar msh merasa kecewa dg Bayu 🥲🥲
Bayu pun pulang namun tetap berbohong kpd Sekar 🥲🥲
penasaran dg lanjutan nya..
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus ya Sayyy quuu🥰🥰🤗🤗💪💪
waduhhh Pelakor Stress si Alira ngajak ketemuan tuh sehingga membuat Bayu terpaksa berbohong lagi sama Sekar 😡😡😡 dasar Pelakor Stress deketin Bayu mulu apa sih mau nya 😡😡
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu 💪💪🤗🤗🥰🥰
gmn klo Bayu tau yaa...
Sekar masih berharap Bayu menghubungi nya dong ada notifikasi dari Bayu namun tidak ada 🥲
Sekar masih teringat Alira dong 🥲
Sekar merasa Bayu lbh bahagia bersama Alira🥲
penasaran dg lanjutannya🤗🤗
di tunggu updatenya author kesayangan kuuuu tetap semangat terus ya Sayyy lanjut kan Karya mu 🥰🥰💪💪🤗🤗
duhhh Bayu mau saja dtg ke kantor temui Alira 😡😡
dasar stresss apa tuh Alira ksh sesuatu ke Bayu lagi sampai Bayu nurut ke Pelakor stress 😡😡
untung ada Rama tapi Rama curiga sama Alira dan Bayu
harusnya Bayu jujur dong ke Rama..
duhh Bayu pingsan dong 🥲🥲
ngapain tuh Alira Pelakor stress minta Bayu ketemu ke tempat biasa 😡😡
greget sama Alira Pelakor stress 😡😡
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu...
tetap semangat terus ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu
🥰🥰🤗🤗💪💪
duhhh itu Karyawan bisik² lihat Arifal selalu bertemu dengan Sekar 😆😆
duhh Bayu berharap Pak Hasan cepat sadar. semoga Pak Hasan cepat sadar yaa kasihan Bayu harus berbohong sama Mamanya tentang Sekar 🥲🥲🥲
gmn yaa reaksi Mamanya jika Mamanya tau yang sebenarnya🥲🥲
gmn reaksi nya Bayu jika Bayu tau Sekar kerja di toko Roti??
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjut kan karya mu 🥰🥰💪💪🤗🤗
akhirnya Bayu sudah pulang tapi sikapnya tetap sama ke Sekar namun Sekar tetap melayani Bayu...
duhh knp sih Bayu masih teringat Pelakor stress itu si Alira sampai Sekar mau buka dasi nya Sekar pun di tepis Bayu...
duhh Bayu melihat Sekar sedikit berbeda dong apalagi Sekar sudah siapkan sarapan.
gmn yaa jika nnt Bayu tau Alira ke rumahnya Bayu dan temui Sekar? apalagi jika Bayu tau Sekar kerja di toko roti nya Arifal.
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy quuu lanjut kan Karya mu semangat💪💪🤗🤗🥰🥰