NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Sebagai Putri Di Dunia Terkutuk

Reinkarnasi Sebagai Putri Di Dunia Terkutuk

Status: tamat
Genre:Reinkarnasi / Iblis / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Romansa Fantasi / Tamat
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Azurius07

Berkisah tentang seorang wanita yang terbangun sebagai karakter game yang pernah ia mainkan, Putri Verxina. Seorang putri Kerajaan yang terpaksa menjadi pemimpin pasukan yang memerangi Raja Iblis dan pasukannya. Verxina memiliki dua rekan yang bersamanya sejak dia masih kecil, yaitu Lukasz dan Maria.
Verxina sering dijuluki sebagai Putri Gila karena berbeda dengan para bangsawan gadis seusianya, ia memilih jalan hidupnya sebagai seorang pejuang. Bahkan tanpa penyelidikan yang mendalam, ia menyanggupi menjadi pemimpin pasukan pertahanan dari Monster dan Iblis yang nantinya akan menjadi jalan hidupnya.
Setelah menyelesaikan pertempuran pertamanya yang membuat korban jiwa dalam jumlah besar, dia bertemu dengan Ivory yang menyatakan sebagai dewa dari dunia ini dan meminta untuk Verxina dapat mencapai babak akhir tersembunyi dari dunia ini tentunya dengan sebuah imbalan. Verxina menyanggupinya dan meneruskan perjuangannya dalam mempertahankan dunia ini dari serangan pasukan Raja Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurius07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keteguhan Hati

“A…ayah?” tanya Adeela saat melihat sosok ayahnya yang menjadi salah satu Forsaken.

“Sial! Sial! Aku tidak dapat melepaskan diriku! Adeela!” teriak Verxina yang mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya dari bongkahan es yang menjeratnya.

“Ti...tidak mungkin!” ucap Adeela, wajahnya dipenuhi keringat dingin serta air mata yang mengalir deras melewati kedua pipinya.

“Adeele! Jangan tertipu, dia hanya mengambil penampilannya saja!” Verxina bersusah payah memikirkan apa yang harus dia lakukan saat melihat Adeela tidak bergerak sama sekali seperti seluruh tubuhnya kaku setelah melihat sosok ayahnya yang berubah menjadi Forsaken.

“Adeela! Lari dari sana!” Teriak Verxina saat melihat Forsaken tersebut makin mendekati Adeela.

“Huh?!” ucap Adeela, pedang Forsaken tersebut kini telah berada diatas kepala Adeela. Dia menutup kedua matanya saat pedang diayunkan dengan cepat.

“Adeela!” teriak Verxina saat melihat kejadiannya, dia merasa tidak berdaya saat tahu hal tersebut, namun tidak ada suara daging terkoyak, hanya suara logam yang saling beradu.

Setelah debu perlahan menghilang, Lukasz telah berada di depan Adeela dengan pedangnya yang menahan laju pedang Forsaken tersebut.

“Lukasz!” Teriak Verxina saat melihat Kesatria pirangnya telah berada disana dan menyelamatkan Adeela dari kematiannya.

“Y..Yang Mu..lia!” ucapnya dengan rintihan karena menahan beban yang sangat besar.

Lukasz memiringkan pedangnya dan mengayunkannya ke kanan, dari belakangnya muncul Alessandro dan Elano yang secara bersamaan menendang Forsaken menjauh setelah melompat bersama. Forsaken terlempar beberapa meter kebelakang, tetapi kembali bangkit dan memindahkan fokusnya ke petarung baru didepannya.

“Yang Mulia! Anda baik-baik saja?!” tanya Lukasz yang akan menghampiri Verxina.

“Aku baik-baik saja! Urusi Forsaken tersebut, dia mengambil identitas ayah Adeela, tuan Claymore!” ucap Verxina yang menunjuk Forsaken tersebut dengan kepalanya yang masih dapat bergerak.

“Nona Adeela! Tegarkan dirimu! Itu bukan ayahmu!” ucap Alessandro yang mencoba mengguncang tubuhnya yang masih dalam keadaan shock.

“Kami akan mengeluarkanmu Yang Mulia!” ucap Maria dan Michelle saat melihat Verxina terjebak didalam es.

“Tuan Lukasz, tolong beri kami waktu untuk menyelamatkan Yang Mulia!” ucap Michelle yang mulai melelehkan es secara perlahan.

“Tim Orion, jaga jarak kalian dan lindungi mereka dan Yang Mulia! Alessandro, Elano kita serang dia!” ucap Lukasz yang telah melesat maju berhadapan dengan Forsaken tersebut.

Pedang keduanya saling beradu, Alessandro dari belakang Forsaken muncul dan menembakinya dengan kekuatan penuhnya, mengikis zirah Forsaken perlahan sebelum dia harus menghindari dari serangan pedangnya di tangan Forsaken yang lain.

Elano datang dan melompat dengan tombaknya, mencoba mendapatkan momentum untuk menyerang Forsaken disana. Elano menunjukkan kemampuannya menggunakan tombak dan berhasil membuat Forsaken menjatuhkan pedang lainnya. Elano tetap menghindari serangannya dan membuat serangan balik sebelum sebuah tendangan menerbangkannya kearah tim Orion yang bersiap dibelakang.

“Kurang ajar!” ucap Alessandro yang kembali melompat berpindah-pindah sembari menembaki zirah Forsaken, memberikan bantuan untuk Lukasz yang masih mencoba menebas musuhnya.

“Bagaimana dia sangat kuat seperti ini?!” ucap Lukasz yang makin frustasi saat seluruh serangannya terbaca dengan mudah olehnya.

“Elano! Ambil ini!” ucap Verxina yang hampir bisa keluar, tangannya yang membawa perisai sudah terlepas dan ia melemparkan perisainya ke Elano yang bangkit kembali setelah ditendang.

“Siap Yang Mulia!” ucap Elano yang menangkap perisainya dan bergabung ke serangan utama sekarang.

Dari dalam tanah muncul kembali monster-monster Damned setelah Forsaken Claymore meraung dengan keras. Tim Orion yang dari tadi dalam keadaan bersiaga, maju menyerang para monster baru yang tiba-tiba datang.

“Maria, Michelle, kalian bisa membantu tim Orion menghadang para monster, aku sudah aman disini!” ucapnya sebelum memberontak untuk keluar dengan memukul-mukul balok es disana. Setelah perjuangan yang sangat melelahkan, dia berhasil keluar dan langsung berlari ke Adeela yang masih dalam keadaan shock berat.

“Sadarlah! Itu bukanlah ayahmu!” ucapan Verxina mengagetkannya.

“Itu bukanlah ayahmu yang asli, ayahmu telah berada di dunia yang tentram bersama dengan Ibumu dan keluarganya yang lain!”

“Itu hanyalah monster yang menggunakan wajah ayahmu! Jangan sampai kau terpengaruh dengan wujudnya saja!” ucap Verxina yang sekarang memeluk Adeela.

“Kakak ada disini, apapun yang akan kau lakukan, kakak akan berjanji akan selalu mendukungmu, kau ingat itu kan?” ucap Verxina padanya.

“Tapi aku tidak bisa melakukannya Yang Mulia, aku tidak bisa menyerang ayahku, walaupun aku tahu itu bukan Ayahku!” ucapnya, dia merasakan sebuah tangan membelai rambut hitamnya.

“Tidak apa-apa adikku, tidak apa-apa. Tenangkan dirimu okey, dan tunggu kakak disini ya,” ucap Verxina melepaskan pelukannya dari Adeela.

“Jangan terlalu memikirkannya, ini akan berakhir lebih cepat dari perkiraan kita,” ucap Verxina sebelum berjalan keluar dengan pedangnya yang telah berada di tangan kanannya, meninggalkan Adeela sendirian disana.

Air matanya menetes mengingat kedua orang tuanya, perasaan-perasaan yang tidak pernah ia ungkapkan kepada ayahnya semenjak kepergian ibu tercintanya membuat hatinya merasa terganjal oleh sebuah batu besar.

Ia dapat mengingatnya saat pemakaman ibunya, hanya peti mati kosong yang dimakamkan setelah penyerangan Kota ini oleh monster-monster. Jauh di dalam lubuk hatinya dia menginginkan untuk membalaskan dendamnya dan marah kepada Ayahnya yang tidak ada disana saat ibunya membutuhkannya.

Namun, disisi lain dia tidak bisa menyalahkan ayahnya untuk tindakannya yang lebih memilih menyelamatkan satu kota karena itu adalah tanggung jawabnya sebagai Walikota Northridge.

“Apa yang harus aku lakukan Ibu,” ucapnya dengan lemah, tidak tahu harus berbuat apa.

“Aku menyesal, aku benar-benar menyesal kabur dari tempat ini dulu, aku benar-benar menyesal sudah membuat ayah khawatir padaku, aku sangat-sangat menyesal tidak mengirimkan kabar selama empat tahun lamanya, aku sangat menyesal tidak tahu kabar ayah hingga dia meninggalkan dunia ini selamanya.”

“Dan kini aku bisa melihatnya kembali sebagai sebuah monster, dan aku malah sangat ketakutan, apa yang harus kulakukan ibu?” tanyanya dalam hati kecilnya.

Dia sangat ingin menjadi anak nakal yang membangkang dari seluruh perintah ayahnya, dia sangat ingin melakukan kenakalannya hingga membuat ayahnya marah, dan sekarang dia sudah tidak bisa melakukannya lagi.

Dia melihat kedepan, suara-suara pertempuran masih terdengar. Suara logam yang saling beradu, suara rusaknya berbagai jalanan dan patahnya kayu juga terdengar, bahkan bau terbakar juga dapat tercium dari tempatnya.

Apa yang akan dia lakukan, dia masih tidak memahaminya, dia tidak tahu apakah hal terbaik yang bisa dia lakukan.

“Apa yang harus kulakukan ayah? Apa yang harus kulakukan ibu? Sekali saja marahi aku agar aku bisa tahu harus melakukan apa kali ini,” ucapnya sebelum sebuah ingatan datang kepadanya, ingatan yang dia bahkan tidak tahu kapan terjadinya.

(***)

“Seperti ini, tangan kiri berada di pegangan, tangan kanan berada di senar. Bagus, sekarang bidik terget didepanmu,” ucap ayahnya pada Adeela kecil, Adeela melihat pemandangan cerianya bersama keluarganya saat mereka masih bersama.

“Ayah aku mengenainya!” ucap Adeela kecil yang melompat-lompat setelah anak panahnya mengenai sasarannya walaupun tidak tepat di tempat yang diharapkan.

“Wah, dia sepertimu sayang, Ela ini tentunya berbakat!” ucap ibunya yang datang membawakan camilan dan jus.

“Hehehe! Aku akan lebih hebat daripada ayah!” ucapnya sembari tertawa saat melihat ayah dan ibunya yang juga sedang tersenyum.

“Hei nak, apa yang kau lakukan disana? Kenapa tidak kau datang kemari?” ucap ayah Adeela saat melihat Adeela remaja yang melihat mereka dari tadi disana. Adeela merasa kaget saat menerima ajakan mereka. Air mata menetes dari kedua pipinya.

Ia berjalan perlahan, makin cepat, dan akhirnya ia berlari dengan kecepatan penuh dan melompat dan memeluk kedua orang tuanya. Tangisnya tidak dapat dia bendung kembali, seluruh air mata yang dia pendam dalam empat tahun terakhir mengalir deras pada waktu ini.

“Lihatlah siapa yang sudah tumbuh remaja,” ucap ibunya yang membelai rambut hitamnya, seperti saat dia masih kecil.

“Ibu... hiks hiks.”

“Bagaimana kabarmu di Ibukota, ayah tidak pernah mendapat surat darimu?” tanya ayahnya yang masih memeluknya.

“Tempatnya hebat, aku belajar banyak hal terutama dari senior dan seluruh guruku,” jawabnya.

“Kakak tinggi sekarang!” ucap Adeela kecil yang juga melompat, mereka saling memeluk dalam waktu yang cukup lama.

Setelah mereka bercakap-cakap cukup lama, Adeela melihat awan hitam akan segera datang dari kejauhan.

“Akan ada badai, kamu harus segera pulang ya nak,” ucap ibunya, membuat Adeela kebingungan.

“Bukankah aku sudah berada di rumah?” tanyanya pada ibunya.

“Bukan rumah yang ini, dirumah barumu bersama Yang Mulia Verxina dan yang lain, mereka akan khawatir jika kamu tidak segera pulang,” jawab ayahnya yang melepaskan pelukannya.

“Ini semua bukanlah duniamu nak, hiduplah dengan tenang dan hiduplah dengan maksimal disana,” ucap ibunya.

“Jangan cepat-cepat menyusul kami disini, kemarilah setelah kamu hidup dengan sangat baik,” ucap ayahnya.

“Kakak jaga kesehatan ya disana,” ucap Adeela kecil.

“Titipkan salam kami untuk Yang Mulia disana ya,” kecupan ke keningnya membuatnya tertarik menuju hal yang bersinar dengan sangat terang. Dia membuka kedua matanya dan mendapati suasana telah menjadi lebih terang dari biasanya. Hal yang lebih unik lagi adalah sekarang dia dapat dengan mudah melihat sekitarannya, seperti batasan-batasan penglihatan hanyalah ilusi semata.

“Terima kasih Ayah, Ibu, Adeela. Dengan ini aku dapat melihat semuanya dengan sangat jelas.”

“Aku tahu apa yang harus kulakukan sekarang!” ucapnya sebelum bangkit. Kedua matanya bersinar keemasan dan sebuah jubah sekarang terbentuk dari cahaya keemasan yang sama dengan warna matanya. Langkahnya pelan berubah menjadi langkah cepat. Dia menerobos dinding dan melompat menuju monster terdekat.

“Sepertinya cara itu berhasil membukanya ya?” ucap seseorang dari balik sebuah bangunan, api kehitaman perlahan menghilang dari tangannya, dia berjalan pergi menjauh di kegelapan sore hari ini dan menghilang seperti debu.

(***)

“Luxio!” Teriak Orion, mereka berlima kini berada dalam keadaan yang cukup sulit. Ketiga shielder sekarang menahan para Damned Knight yang akan menyerang mereka secara bersamaan.

“Kita tidak akan bertahan kalau seperti ini terus!” ucap Maria yang masih menahan para monster dengan perisai sihirnya, sementara Michelle yang terlalu banyak menggunakan sihirnya sekarang muntah darah dibelakang Maria.

“Ketua, kita butuh rencana!” ucap Irina yang masih sanggup melawan beberapa Damned Soldier yang terus menerus muncul setelah adanya raungan Forsaken.

Saat seluruh harapan mereka seperti akan pupus, ratusan anak panah keemasan turun dari langit. Anak panah magis yang menyerang setiap Damned yang berada disana, tidak meninggalkan bahkan satupun dari mereka.

“Maafkan keterlambatanku!” ucap Adeela yang terlihat sangat berbeda dari sebelumnya, terutama di jubah keemasannya yang satu warna dengan kedua matanya sekarang.

“Kalian beristirahatlah, aku yang akan mengambil alih sekarang, karena aku Adeela Braveheart! Pemimpin kota ini!” ucapnya sebelum melesat kembali menuju arah Forsaken.

Alessandro dan Elano kini berada didalam sebuah bangunan rumah setelah dilemparkan kesana, meninggalkan Lukasz dan Verxina yang masih berada disana, berhadapan dengan musuh mereka dengan keadaan yang cukup terluka parah.

Sesaat sebelum Forsaken menyerang mereka, puluhan anak panah magis menghujaninya, menghentikan langkahnya beberapa saat. Mereka berdua melihat kearah belakang dan Adeela dengan penampilan barunya datang setelah mendarat disana.

“Membuat kalian menunggu ya Senior Lukasz, Yang Mulia!” ucap Adeela, Verxina dan Lukasz hanya tersenyum melihatnya.

“Kau lama sekali, aku hampir mengalahkannya,” ucap Lukasz ke Adeela.

“Sudah menemukan hati terdalammu ya adikku?” tanya Verxina ke Adeela.

“Sudah, dan Yang Mulia, apakah anda akan mengabulkan permintaanku apabila kita memenangkan pertempuran ini?” tanya Adeela padanya.

“Apapun itu adikku, apapun itu yang kau inginkan,” balas Verxina yang kini membuat pedangnya kembali bersinar dan Lukasz yang juga ikut bersinar.

“Ayo kita buat peniru ini diam untuk selamanya!” ucap Adeela sebelum mereka bertiga melesat menyerang musuh yang telah terbebas dari jeratannya.

Verxina yang menyerang pertama, tebasan pedangnya mampu ditahan dengan baik oleh musuhnya. Pedang Forsaken tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan tajamnya pedang Verxina, membuatnya seperti sebuah pedang biasa.

Tebasan keduanya berhasil dihindari, namun Lukasz terlah berada di depannya, perisai Elano sebelumnya telah ia dapatkan dan digunakan untuk membuat gelombang kejut dari serangan Verxina.

Gelombang kejut tersebut mampu mendorong Forsaken beberapa langkah mundur. Adeela tidak menyia-nyiakan kesempatannya dan meluncurkan beberapa anak panah magis dan memotong persendian kaki Forsaken dengan belatinya.

“Kesempatan emas!” ucap Lukasz yang mengayunkan pedang bersinarnya dengan kekuatan penuh, serangannya mampu membuat luka tebasan parah ke dada Forsaken, namun kurang dalam untuk bisa memotongnya.

“Aku masih bisa!” ucap Verxina yang sekarang melompat dan berputar untuk mendapatkan momentum tercepat serangan pedangnya. Serangannya mampu ditahan dengan pedang Forsaken yang membuat kawah di kakinya. Lukasz kembali datang dan menebas Forsaken secara horizontal dan berhasil kembali mengenainya, membuat darah kembali mengalir di perut Forsaken tersebut.

Lukasz dan Verxina melompat menjauh saat melihat Adeela telah berada dibelakang mereka dengan busur panah yang telah mengeluarkan cahaya keemasan terang. Kedua mata Adeela kembali bersinar sangat terang. Suasana sore menjelang malam yang seharusnya gelap kini telah menjadi sangat terang berkat Adeela.

Seluruh sinar yang datang berubah menjadi sebuah anak panah raksasa berwarna keemasan. Seluruh pandangan Adeela tertuju pada Forsaken ayahnya dihadapannya. Monster tersebut akan melarikan diri, namun Michelle dan Maria yang pulih telah menjeratnya dengan rantai sihir.

“Dari Lautan Bintang Di Angkasa Hingga Terra Nan Agung”

“Sebuah Masa Depan Akan Ditentukan Disini!”

“Maka Tidurlah Dengan Tenang Di Alam Sana”

“Sagittae Coelestis!”

Anak panah raksasa diluncurkan, serangan tersebut berhasil mengikis seluruh paving dan tanah yang berada di lintasannya. Anak panah raksasa tersebut menyapu seluruh yang ada di hadapannya dan menghantam Forsaken tersebut tanpa menyisakan apapun kecuali debu hitam yang menandakan Forsaken tersebut telah dikalahkan.

“Selamat tinggal selamanya,” ucap Adeela dengan senyuman lebar. Seluruh orang yang berada disana merasa takjub dengan yang dilakukannya sore ini.

“Aku melakukannya Yang Mulia!” ucapnya dengan senang ketika berhasil mengalahkan musuhnya walaupun dengan susah payah.

Verxina mengangguk dengan melihat layarnya, pertempuran telah berakhir dengan kemenangan mereka lagi.

“Pertempuran kali ini telah berhasil kita menangkan! Kita akan memenangkan pertempuran lainnya!” ucapnya dengan mengangkat tangan kanannya.

1
ameliaha
luar biasa
Shinichi Kudo
Duh, hati rasanya meleleh.
Washi
🙏Tolonggg thor, update secepatnya!🙏
Azurius07: jam 12 siang kak updatenya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!