NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28

"Kakak, Ayah... Aku pulang," seru Lin Hua begitu kakinya menginjak pelataran kediaman baru keluarganya. Suaranya yang lembut memecah kesunyian sore yang mulai merayap.

Setelah satu minggu menempati rumah baru ini, Ayah dan kedua kakaknya tampak sudah mulai beradaptasi. Kebun yang luas dengan bunga-bunga bermekaran, kolam ikan yang tenang, dan arsitektur bangunan yang megah namun tetap hangat, membuat mereka merasa nyaman.

"Nona, selamat datang kembali," sapa kepala pelayan dengan senyum ramah. Pria paruh baya itu bukan hanya seorang pelayan biasa, melainkan juga anggota organisasi rahasia yang dipimpin oleh Lin Hua.

Lin Hua memang sengaja menempatkan orang-orangnya di kediaman baru ini, bukan hanya sebagai pengawal dan pelayan, tapi juga sebagai mata dan telinga. Ia sadar, identitasnya sebagai pemimpin organisasi rahasia bisa saja terbongkar kapan saja, dan ia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa keluarganya.

"Apakah Ayah dan kedua kakakku ada di rumah?" tanya Lin Hua pada kepala pelayan itu, sembari melepas sepatunya di ambang pintu.

"Tentu, Nona. Tuan Wei baru saja kembali dari bengkel," jawab kepala pelayan dengan sopan.

Lin Hua mengangguk, merasa lega. Ia melangkah masuk ke dalam rumah yang cukup besar itu. Di saat yang bersamaan, dari dalam muncul sosok Kakaknya, Wei Liu Han. "Kau sudah pulang, Hua'er?" sapa Wei Liu Han dengan senyum hangat, lalu memeluk adiknya erat.

Semenjak Lin Hua beranjak remaja, ia memperkenalkan tradisi modern kepada keluarganya. Mereka jadi terbiasa dengan kebebasan untuk memeluk dan mencium pipi satu sama lain, sebagai ungkapan rasa sayang dan rindu.

"Tentu saja, aku sangat lelah, Kakak," ujar Lin Hua dengan nada manja, menyandarkan kepalanya sejenak di bahu Liu Han.

Wei Liu Han mengelus pipi Lin Hua dengan lembut, "Masuklah, atau ingin aku gendong?" tawar Liu Han, bercanda.

Lin Hua menggeleng, tersenyum kecil. "Tidak perlu, aku akan segera pergi tidur," ujarnya.

Liu Han mengangguk, mengerti. Ia membiarkan Lin Hua pergi ke kamarnya, sementara ia sendiri harus bergegas menjemput Liu Yuan yang masih berada di akademi. Sore ini, kehangatan keluarga Wei terasa begitu nyata di kediaman baru mereka.

Lin Hua tertidur dengan sangat nyenyak, tubuhnya benar-benar kelelahan setelah berbagai aktivitas yang ia lakukan. Mentari pagi mulai menyinari kamarnya, namun ia masih terlelap dalam mimpi indah. Tak seorang pun berani mengganggunya, semua orang di rumah itu sepakat untuk membiarkan Lin Hua beristirahat sepuasnya.

"Ugh! Tidur terlalu lama pun ternyata melelahkan," gumam Lin Hua, saat akhirnya ia membuka mata dan meregangkan tubuhnya. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamarnya terasa hangat di kulitnya.

Dengan langkah gontai, wanita itu berjalan menuju kolam air panas yang berada di paviliun belakang rumahnya. Uap hangat mengepul dari permukaan air, mengundang Lin Hua untuk segera berendam dan merasakan kehangatannya yang menenangkan. "Hah," desahnya lega, saat tubuhnya perlahan tenggelam dalam air panas yang menyelimuti kulitnya.

"Di zaman ini, semua terasa begitu menyulitkan dibandingkan zaman modern," gumamnya pelan, matanya terpejam menikmati sensasi air panas yang memijat tubuhnya. "Tidak ada ponsel, tidak ada motor dan mobil, tidak ada lampu... Hah, aku merindukan kehidupan modernku. Apalagi di sini mereka memiliki sihir, itu lebih mengerikan dari bayanganku," lanjutnya, dengan nada getir.

Lima belas tahun sudah Lin Hua berada di zaman Dinasti Zhou ini. Ia telah berusaha menciptakan berbagai kemudahan dengan membuat benda-benda modern di kediamannya. Namun, semua itu ternyata tidak mampu mengobati kerinduan pada kehidupan yang dulu pernah ia jalani.

"Kau ingin memiliki sihir?" Tiba-tiba, suara seorang pria terdengar begitu dekat di telinganya, membuat Lin Hua terlonjak kaget dan langsung membuka matanya. Tanpa berpikir panjang, ia melemparkan belati kecil yang selalu ia sembunyikan di dekatnya.

"Kau benar-benar memiliki persiapan yang matang," ujar pria itu, dengan nada kagum. Ternyata, sosok yang tiba-tiba muncul itu adalah Pangeran Han Yuan.

"Kau! Apa yang kau lakukan di sini?!" seru Lin Hua, dengan nada terkejut dan marah. Ia menatap Pangeran Han Yuan yang berdiri santai di tepi kolam air panas miliknya.

Tanpa menjawab, Pangeran Han Yuan tiba-tiba membuka jubahnya, memperlihatkan tubuhnya yang atletis. Kemudian, tanpa ragu, ia melangkah masuk ke dalam kolam air panas, bergabung dengan Lin Hua yang masih terkejut dengan kedatangannya. Suasana di paviliun itu seketika berubah menjadi tegang dan penuh misteri.

Lin Hua terbelalak, wajahnya memerah padam, entah karena panasnya air atau karena amarah yang memuncak. "Berani-beraninya kau!" desisnya, suaranya tertahan antara kemarahan dan keterkejutan. Ia segera menarik tubuhnya, mencoba menjauh dari Pangeran Han Yuan yang kini duduk beberapa langkah darinya, dengan santainya menyandarkan punggung ke tepi kolam.

Pangeran Han Yuan tersenyum tipis, matanya menatap Lin Hua dengan tatapan geli. "Kenapa? Bukankah ini kolam air panas? Aku hanya ingin menikmati kehangatannya," jawabnya enteng, seolah tidak melakukan kesalahan apa pun. Uap air panas menyamarkan sebagian ekspresi wajahnya, namun Lin Hua bisa merasakan aura menggodanya.

"Ini paviliun pribadiku! Bagaimana kau bisa masuk ke sini?!" Lin Hua menuntut penjelasan, tangannya refleks menutupi bagian tubuhnya yang terekspos. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena takut, melainkan karena invasi privasi yang begitu lancang ini.

"Oh, itu mudah saja. Aku hanya mengikuti aroma bunga teratai yang kau gunakan," ucap Han Yuan, matanya menyapu pandangan ke sekeliling paviliun yang dipenuhi tanaman hijau dan bunga-bunga eksotis. "Lagipula, kau terlalu asyik mengeluh tentang kehidupan modernmu, sampai tidak menyadari kedatanganku."

Lin Hua mendengus kesal. Ia sama sekali tidak menyangka akan bertemu pangeran ini dalam keadaan seperti ini. "Keluar sekarang juga!" perintahnya tegas, berusaha mengendalikan suaranya agar tidak bergetar.

Han Yuan hanya mengangkat bahu, tidak menunjukkan tanda-tanda akan beranjak. "Kenapa? Bukankah kita sudah sering bertemu? Lagipula, aku hanya ingin melanjutkan perbincangan kita tadi. Kau ingin memiliki sihir, bukan?" tanyanya, mengalihkan topik dengan santai, seolah-olah keberadaannya di kolam air panas bersama Lin Hua adalah hal yang paling wajar di dunia. Tatapannya kini lebih serius, seolah benar-benar tertarik pada gumaman Lin Hua sebelumnya.

Lin Hua menatap Pangeran Han Yuan yang memejamkan matanya dan bersandar pada tepi kolam air panas, namun sedetik kemudian, sebuah senyum kecil misterius terbit di bibirnya. Ia lalu berdiri dan melangkah anggun mendekati pria itu. Dengan gerakan yang diperhitungkan, ia sedikit memberikan godaan pada sang pangeran. "Jadi, apakah kau bisa memberikannya padaku?" bisiknya lembut di telinga Han Yuan, tangannya dengan berani meraba dada bidang pria itu, merasakan otot-otot yang terasa keras di balik kulitnya.

Terlihat jelas Pangeran Han Yuan menelan ludahnya dengan kasar, ekspresinya berubah dari dingin menjadi sedikit terkejut, namun juga tertarik. Dengan gerakan cepat, pria itu menarik Lin Hua semakin dekat dengannya, hingga tubuh mereka hampir tidak memiliki jarak. "Tentu saja," jawab pria itu dengan suara berat yang bergetar, matanya menatap intens ke dalam mata Lin Hua.

Sebelah alis Lin Hua terangkat, menunjukkan ketertarikan dan sedikit keraguan. Pangeran Han Yuan tersenyum miring, seolah membaca pikiran wanita itu. Ia memajukan wajahnya semakin dekat ke wajah Lin Hua, hingga hembusan napas mereka saling beradu. "Menikahlah denganku," bisiknya pelan, namun kata-katanya terasa seperti petir yang menyambar. "Maka kita akan terikat, termasuk sihirku yang bisa kau gunakan sesuka hatimu." Tawaran itu menggantung di udara, sebuah janji yang menggoda dan berbahaya pada saat yang bersamaan.

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
SamdalRi: halo kakak, makasih udah mampir ☺
total 1 replies
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!