(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-32
...🖤🖤🖤...
"Nyonya, Luna. Ayo kita pergi," ajak Aleandro membantu Nyonya Regina dan Luna bangkit.
Sambil memeluk sang ibu, Luna berjalan pergi dan diikuti oleh Aleandro dengan hati yang hancur lebur, lalu masuk ke dalam mobil ambulan yang membawa jenazah sang Ayah.
Di dalam mobil jenazah, Luna dan Nyonya Regina terus menangis histeris sambil memeluk peti mati Tuan Justin. Mereka tak menyangka Tuan Justin akan pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepata kata apapun.
"Papa, maafkan Luna!" jerit Luna terus memeluk peti sang ayah.
"Suamiku, kenapa kamu pergi meninggalkan kami?! Aku harus apa tanpa kamu!" timpal Nyonya Regina menangis histeris memeluk peti sang suami menangis pilu.
Suara sirine mobil ambulan pun dinyalakan, membuat tangisan Luna dan Nyonya semakin keras meratapi kepergian sosok tegar yang menjadi tempat mereka untuk bersandar.
Mobil ambulan berjalan pergi diikuti mobil milik Aleandro dari belakang meninggalkan rumah sakit menuju kediaman keluarga Brown. Sesampainya disana Aleandro segera membantu menurunkan peti Tuan Justin, membawanya masuk ke dalam rumah, di susul oleh Nyonya Regina dan Luna terus menangis turun dari mobil ambulan.
"Luna!" teriak Sofia berlari ke arah mereka sambil menangis.
Luna dan Nyonya Regina yang hampir masuk ke dalam rumah, melirik serempak ke arah Sofia.
"Sofia," lirih Luna melepaskan rangkulan Nyonya Regina berlari ke arah Sofia, lalu memeluknya dengan erat."Sofia, Papa sudah pergi meninggalkan kita untuk selamanya," lirih Luna menangis pilu.
Sofia membalas pelukan Luna dan keduanya menangis pilu, tanpa mereka sadari Nyonya Regina sedang menatap mereka dengan tatapan bingung.
"Apa maksud Sofia tadi?" batin Nyonya Regina bertanya-tanya pada dirinya sendiri atas apa yang diucapkan oleh Sofia.
"Luna!" teriak Alex muncul berlari secepatnya menghampiri mereka.
Melihat kedatangan Alex Sofia dan Luna segera melepaskan pelukan mereka menatap ke arah Alex. Dengan marah Nyonya Regina segera maju dan menghadang Alex. Alex pun menghentikan langka kakinya dengan nafas ngos-ngosan menatap Nyonya Regina.
"Berhenti!" tegas Nyonya Regina mendongak menatap Alex."Jangan dekati putriku lagi, dasar pembunuh!" pekik Nyonya Regina.
"Pembunuh? Apa maksud Mama?" tanya Alex bingung membalas tatapan Nyonya Regina.
"Gara-gara kamu, suamiku menjadi frustasi berat dan memilih mengakhiri hidupnya sendiri, Alex!" beber Nyonya Regina menjerit histeris melangka maju dan memukul-mukul dada bidang Alex.
"Mama hentikan," bisik Luna muncul menghentikan Nyonya Regina, lalu memeluknya dengan erat.
"Dia pembunuh Luna... dia telah membunuh Ayahmu," lirih Nyonya Regina terus menangis dan...
Bruk!
"Mama!" pekik Luna panik menahan tubuh Nyonya Regina.
Sofia dan Alex yang ikut terkejut langsung maju, namun tiba-tiba Aleandro muncul dari belakang langsung menghalangi Alex.
"Sebaiknya, kamu pergi Alex," desis Aleandro mendorong Alex menjauh.
"Kau?! Apa yang kamu lakukan disini?" Rahan Alex mengeras mengibas tangan Aleandro, lalu menatapnya dengan nafas memburu marah.
"Itu bukan urusan mu," desis Aleandro membalas tatapan Alex.
"Hentikan!" raung Luna."Hentikan kalian berdua, kalau kalian hanya bisa menambah masalah disini, sebaiknya kalian pergi!" usir Luna marah.
Aleandro tersenyum sinis mendorong dada bidang Alex menjauh, lalu meraih tubuh Nyonya Regina yang pingsan berjalan masuk ke dalam rumah, diikuti Sofia dari belakang. Namun saat Luna hendak ikut melangka pergi, Alex segera meraih lengannya dan menghentikannya.
Dengan marah, Luna menatap Alex."Lepaskan tanganku, Alex," sentak Luna mengibas lengan Alex.
"Luna... aku tau aku salah, aku minta maaf. Tapi tolong katakan, apa yang terjadi? Aku janji akan membantumu," ucap Alex menatap sedih kedua mata indah Luna yang kini menatapnya penuh kebencian.
"Kembalikan Ayahku," pinta Luna singkat membuat Alex berdiri terdiam menatapnya."Aku rela menjadi budak ranjangmu demi Ayah dan Ibuku! Dan sekarang Ayahku sudah meninggal Alex, dan itu semua terjadi gara-gara kamu!" pekik Luna menangis histeris sambil mengepal erat kedua tangannya.
Duar!
Alex menelan ludah dengan kasar, perlahan mendekat ke arah Luna hendak memeluknya, akan tetapi Luna yang sudah terlanjur membencinya segera menjauh.
"Aku berjanji akan membayar uang 4 milliar mu itu, Tuan Alexander Salvatore. Lalu pergi sejauh mungkin dari pria iblis seperti kamu," desis Luna penuh amarah menatap Alex.
"Bagaimana kamu akan membayarnya Luna?" tanya Alex mengerutkan kening menatap Luna.
"Aku akan-"
"Aku yang akan membayarnya, Alex," potong Aleandro berjalan ke arah mereka.
Luna dan Alex pun segera melirik ke arahnya.
"Apa maksudmu?" tanya Alex mengepalkan tangan.
"Maksudku." Aleandro tersenyum sinis berdiri di samping Luna."Aku yang akan membayar semua hutang-hutang mu, agar kamu tidak menjerat gadis malang seperti Luna demi kepentingan mu sendiri Alex," jawab Aleandro.
"Tuan, tidak perlu biarkan aku saja," ucap Luna mendongak menatap Aleandro.
"Tidak apa-apa Luna, agar kamu bisa terbebas dari jeratan pria ini," ujar Aleandro tersenyum sinis menatap Alex.
"Kurang ajar!" pekik Alex melangka maju dan...
Bug!
Alex melayangkan pukulan mendarat di dada bidang Aleandro, sehingga Aleandro pun terjatuh diatas lantai dan terbatuk-batuk. Dengan langka cepat, Alex menghampiri Aleandro, lalu meraih kerah kemejanya.
"Alex hentikan! Pergi kamu dari sini. Kalau tidak, orang selanjutnya yang akan mati adalah aku!" teriak Luna melerai.
Bruk!
Dengan kasar Alex menghempaskan Aleandro menjauh, lalu melangkah mendekati Luna, kemudian Alex meraih tengkuk Luna menariknya mendekat dan mencium bibir Luna tepat di hadapan Aleandro.
"Ah, jangan sekali-kali kamu memberikan bibir ini kepada orang lain Luna. Karena sampai kapang pun, kamu akan tetap menjadi milikku, camkan itu," bisik Alex mengusap ujung bibir Luna yang basa, lalu berbalik dan berjalan pergi meninggalkan mereka.
(Bersambung)
cerita nya ringan dan mudah di mengerti.
semangat ya thor