Saat semua mahasiswi mencari muka di hadapan Revan, si dosen tampan tapi dingin. Ayunda justru sudah kehilangan mukanya. Setiap kali bertemu Revan, Ayunda selalu dalam masalah yang membuatnya malu di hadapan dosennya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Ayunda menghala napas lega setelah sebuah mobil keluar dari gerbang kampus. Sekarang dia bisa tenang duduk di halte menunggu angkutan umum.
Ya, begitulah cara Ayunda untuk menghindar, agar tidak bertemu dengan Pak Revan. Ayunda akan merasa lebih tenang. Setiap kali dia melihat dosennya, Ayunda akan cepat-cepat sembunyi.
Tak terasa beberapa bulan telah terlewat. Hari ini Ayunda terpaksa bertemu dengan Pak Revan untuk meminta tanda tangan persetujuan pada skripsinya.
"Selamat siang pak." ucap Ayunda yang kini sudah berdiri di depan meja kerja Pak Revan.
"Saya ingin minta tanda tangan bapak." Ayunda meletakkan berkas skripsinya di atas meja.
"Saya sedang sibuk sekarang." ucap Revan tanpa melihat ke arah Ayunda.
Dosennya itu sibuk memeriksa tugas mahasiswanya.
"Tidak apa-apa Pak. Saya akan menunggu." ucap Ayunda.
Ayunda sudah menunggu sejak tadi pagi, tapi dosennya itu tidak ada di tempat. Tak apa-apa jika dia harus menunggu sebentar lagi. Asal skripsinya bisa di acc hari ini.
"Silakan tunggu di luar." perintah Revan.
"Baik, Pak." Ayunda mengambil kembali berkas skripsinya kemudian berjalan keluar ruangan.
Ayunda memutuskan untuk menunggu di depan ruangan dosen. Ayunda duduk di kursi taman yang ada di sana.
Setengah jam kemudian, Ayunda ingin menemui Pak Revan lagi. Tapi dosennya itu malah akan pergi. Ayunda yang tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tanda tangan dosen pembimbingnya pun langsung mengejar Pak Revan.
"Siang Pak. Boleh saya minta tanda tangan bapak sekarang?" tanya Ayunda sambil berjalan mengikuti langkah Pak Revan.
"Ikut saya." ucap Revan tanpa menghentikan langkanya.
Ayunda mengikuti Pak Revan sampai ke mobil. Dia tidak peduli lagi jika ada yang melihat. Karena Ayunda hanya ingin mendapatkan tanda tangan dosennya itu. Bukan karena hal lainnya.
"Masuk." perintah Revan.
Ayunda pun menurut dan ikut masuk ke dalam mobil.
Begitu masuk ke dalam mobil, Revan langsung mengulurkan tangan, meminta skripsi Ayunda.
"Ini Pak." Ayunda menyerahkan skripsinya.
Revan kemudian membuka tiap lembar untuk memeriksanya. Hanya sepuluh menit waktu yang dia butuhkan untuk memeriksa seratus dua puluh halaman. Tidak ada yang butuh di revisi lagi.
Ayunda tersenyum melihat Pak Revan akhirnya meng-acc skripsinya. Dengan begitu besok dia sudah bisa mendaftar untuk mengikuti sidang skripsi.
"Terima kasih pak." ucap Ayunda dengan perasaan senang setelah skripsinya di acc.
Ayunda ingin keluar dari mobil karena urusannya sudah selesai, tapi pintu mobil malah tidak bisa di buka. Beberapa kali Ayunda mencoba membukanya, tapi tetap saja tidak bisa.
"Pak, pintunya terkunci." kata Ayunda memberi tahu Revan.
Mungkin dosennya itu tidak sengaja menekan tombol kunci otomatis. Padahal Revan memang sengaja menguncinya, agar Ayunda tidak pergi.
Revan tidak menanggapi ucap Ayunda, tapi pria itu malah menjalankan mobilnya.
"Pak, berhenti. Saya mau turun." kata Ayunda.
Tak ada alasan lagi untuk Ayunda bersama dosennya itu. Urusannya sudah selesai.
"Kamu mau ke Velvet Hotel kan?" tanya Revan yang mengetahui kegiatan Ayunda setiap harinya.
"Tidak, pak." jawab Ayunda singkat.
Sekarang Ayunda mulai kesal dengan kelakuan dosennya. Tapi sikap Revan justru mulai hangat kepada Ayunda.
"Kenapa?" tanya Revan.
"Hari ini saya libur." jawab Ayunda yang masih kesal.
Jatah libur karyawan Velvet hotel setiap sepuluh hari sekali secara bergantian. Dan hari ini adalah hari libur untuk Ayunda.
"Jadi kamu mau langsung pulang?" tanya Revan lagi yang memang ingin mengantarkan Ayunda.
"Tidak."
"Lalu kamu mau ke mana?" tanya Revan lagi.
Revan pasti mau melanjutkan pengobatan kakinya apabila Ayunda sudah bersamanya...
ko pindah kota macam mana cerita ma dosennya