"Kau membuat kakiku cerdera, kau harus bertanggung jawab! Jadilah pelayan pribadiku."
"Huaah.... Hariku sungguh sial! Baru diusir dari rumah aku sudah mendapat masalah. Bukannya berkerja mencari uang, aku malah harus membayar hutang."
Cordelia Tia Tamara Klamer. Terpaksa menjadi pelayan pribadi setelah membuat kaki seorang pria mengalami cedera. Namun baru beberapa hari berkerja ia mengetahu kalau perusahaan mobil tempat dimana majikannya berkerja ternyata mengalami kebangkrutan. Tia ingin membantu dengan cara ikut balapan Grand touring. Iya, Tia adalah seorang pembalap wanita yang memiliki identitas rahasia. Dilingkup dunia balapan liar dia dikenal sebagai pembalap wanita tak terkalahkan. Akankah dia berhasil memenangkan balapan ini atas nama perusahaan RBS dan berharap mobil sportcar RBS dapat dikenal diantara kalangan pencinta otomotif?
"Wanita ini sungguh luar biasa. Seorang nona muda, pembalap handal, baik, pemberani, jago bela diri dan penuh kejutan. Aku menyukainya," Axton
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widia wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teguran
Tok! Tok! Tok!
Pintu ruang direktur diketuk. Axton mempersilakan masuk. Saat ini hanya ada Axton seorang di ruangannya. Ketika pintu dibuka, Axton melirik siapa yang hendak bertemu dengannya di jam segini.
"Ah, pengurus Zack. Kalian da...tang" Axton melirik kembali ke pintu begitu tahu cuman ada pengurus Zack di depannya. "Dimana dia?"
"Sebelum saya menjawab, saya ingin bertanya. Apa benar Tia yang telah membuat kaki anda cedera?" tanya pengurus Zack dengan raut wajah serius.
"Eh... Itu..."
"Jawab saja. Hanya ada kita berdua disini. Saya cuman ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di kota Y."
"Jika aku jawab iya, apa yang mau kau lakukan?" kata Axton tanpa melirik pengurus Zack.
"Hah... Tidak ada. Saya cuman mau memastikan. Sebenarnya saya sudah mendengar semuanya dari Tia. Ia menjadi pelayanmu hanya semata-mata membayar hutang. Hari ini ia menemui temannya untuk meminjam uang dan membayar hutang nya pada mu. Sekarang dia sudah pergi..."
"Apa?! Dia sudah pergi?" sesuatu yang tidak Axton inginkan malah keluar dari mulut pengurus Zack.
"Ooh... Apa maksudnya reaksimu ini, tuan muda? Apa kau menyukainya?" nada bicara pengurus Zack yang tadinya serius kini berubah.
"Ti-tidak. Aku... Aku tidak menyukainya," sangkal Axton. "Kenapa dia pergi? Kesepakatan diantara kami adalah dia harus merawatku sampai sembuh. Aku tidak butuh uangnya. Apa dia pikir aku seperti orang yang kekurangan uang? Karna dia kaki ku cedera. Di-dia harus bertanggung jawab."
"Baiklah. Apa tuan muda meminta saya untuk menjemputnya di Piston?"
"Dia masih ada di Piston?"
"Iya."
"Kalau begitu aku akan menjemputnya sendiri."
"Tunggu tuan muda. Masih ada satu hal yang ingin saya ketahui. Anda cuman mengalami cedera di kaki, lalu bagaimana bisa anda pingsan?"
"Kau tahu?! Eh... Itu... Haha... Siapa mengira kalau tenaga Kelinci itu begitu kuat. Dia membantingku dengan sangat keras," ujar Aton. Gelagatnya seperti ada yang ia sembunyikan.
"Bukan karna alasan lain? Kenapa anda tiba-tiba pergi ke taman setelah menghadiri pesta itu? Anda juga tidak memberitahu Mark dan Teo. Jawab aku, Axton," tegas pengurus Zack diakhir kalimat.
Kalau sudah seperti ini Axton tidak bisa mengelak lagi. "Aku pergi ke taman cuman sekedar mencari udara segar. Kepalaku waktu itu sedikit pusing karna Tn. Bardem... Mengajakku bersulang," kata Axton ragu-ragu.
"Kau minum?" pengurus Zack tersentak begitu mendengarnya. Karna masalah kesehatan Axton memang dilarang minum minuman beralkohol.
"Sedikit."
"Tidak mungkin minum sedikit bisa menyebabkan pusing. Apa penyakitmu kambuh lagi malam itu?"
"Em... Sepertinya, dan... Aku lupa bawa obat," kata Axton dengan sangat pelan.
"Axton, kenapa kau begitu ceroboh sekali? Sudah lupa bawa obat, kau minum pula malam itu dan kau sama sekali tidak memberitahu Teo dan Mark soal ini! Apa kau ingin penyakitmu bertambah parah? Untung saja Tia dengan cepat membawamu ke rumah sakit walau ujungnya malah berakhir seperti ini, kalau tidak... Apa yang akan terjadi padamu?"
Axton sudah bersiap diri dari amukan amarah pengurus Zack yang baginya menakutkan. Karna alasan inilah ia tidak mau memberitahukannya. Kalau sudah urusan kesehatannya, pengurus Zack memang selalu tegas pada Axton. Dihadapan pengurus Zack, Axton seperti seorang adik yang dimarahi kakaknya.
"Astaga Zack, kau galak sekali. Lagi pula kau tidak perlu semarah itu. Dokter mengatakan kalau kondisiku baik-baik saja."
Pengurus Zack masih menatap tajam pada Axton. "Mulai hari ini aku akan terus memantau mu. Jika ada acara atau semacam pesta lagi paling tidak aku akan meminta Tia menemanimu. Setidaknya dia lebih bisa diandalkan menjagamu ketimbang Mark dan Teo."
"Kenapa kau mau melakukan semua ini untukku? Apa karna ayah?" tanya Axton.
"Aku melakukannya demi kebaikanmu. Aah! Seharusnya aku ikut saja pergi ke kota Y waktu itu, mungkin hal ini tidak akan terjadi," pengurus Zack menyandarkan dirinya di kursi di depan meja kerja. Ia sedikit memijit kepalanya. "Kepalaku jadi sakit karna memikirkannya."
"Kau terlalu mengkhawatirkan ku, Zack. Lebih dari ayah dan ibuku sendiri. Terkadang aku sempat berpikir, apa kau itu cuman sekedar suruhan ayah untuk mengawasiku?"
Pengurus Zack mengangkat wajahnya melirik Axton sebentar lalu memutar matanya. "Karna aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri," kata pengurus Zack dalam hati. "Kau itu ceroboh. Apa kau lupa karna kecerobohanmu itu kau hampir kehilangan nya..."
"Aku sudah beli makan siang seperti yang kau minta pengurus Zack," kata Tia yang masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu lagi.
"Kelinci?! Kau kembali?" Axton cukup terkejut melihat kehadiran Tia.
"Bukankah kau sendiri yang memintaku kembali sebelum makan siang," Tia dibuat bingung dengan pertanyaan tersebut.
"Tapi, Zack bilang..." Axton menoleh pada pengurus Zack yang telah melirik ke lain.
"Tuan muda silakan makan siang dan jangan lupa untuk minum obatmu," pengurus Zack bangkit lalu berjalan keluar.
"Ada apa dengannya? Apa kau memarahinya?" tuduh Tia pada Axton.
"Iya. Siapa suruh kalian terlambat," bohong Axton. Ia tidak mau Tia sampai tahu kalau pengurus Zack lah yang memarahinya.
"Terlambat bagaimana? Kau ini suka sembarangan memarahi seseorang."
"Kau tidak lihat sekarang jam berapa? Sudah lewat jam dua belas."
"Cuman lewat sedikit tidak seharusnya kau memarahi dia. Apa kau juga marah padaku?"
"Aku cuman menegurnya," mata Axton tiba-tiba tertuju pada apa yang Tia bawa. "Makan siang apa yang kau beli?"
"Oh, ini aku belikan makan siang kesukaan mu. Pengurus Zack bilang kalau kau suka olahan dari ikan, jadi aku membeli steak Salmon dengan irisan kentang."
"Benarkah? Terima kasih."
"Sekarang sebaiknya kau makan siang setelah itu minum obatmu," Tia meletakan makanan tersebut di meja kerja Axton.
"Suapin," kata Axton kemudian dengan raut wajah datar.
Tia menaikan sebelah aslinya menatap Axton. "Kenapa aku mau? Kau punya dua tangan yang masih berfungsi dengan baik."
"Iya, tapi tanganku sibuk dan juga anggap saja ini sebagai hukumanmu."
"Kau ini sungguh seorang rubah yang licik," dengan perasaan engan, Tia memotong steak salmon itu lalu menyodorkan potongan steak itu ke mulut Axton. "Buka mulutmu."
Axton tersenyum kecil melihat raut wajah Tia yang cemberut tapi sedikit malu-malu itu. Ia tidak berani menatap wajah Axton dan lebih memilih memalingkan mukanya. Axton membuka mulutnya menerima suapan dari Tia.
"Em... Rasanya lebih enak jika kau menyuapiku. Sepertinya aku harus sering-sering memintamu melakukan ini."
"Itu tidak akan terjadi!"
"A..." Axton kembali membuka mulutnya minta disuapi lagi.
Jengkel melihat itu, Tia mengambil potongan besar steak salmon lalu memasukannya ke mulut Axton. "Makan itu."
Dengan susah payah Axton mengunyah makanan di mulutnya lalu menelannya. Ia mengambil beberapa lembar tisu lalu menyekat mulutnya yang belepotan saus steak. Tidak terima diperlakukan seperti itu, Axton membalas dengan mengambil potongan steak salmon dengan ukuran sama lalu memasukannya ke mulut Tia. Kini balik mulut Tia yang belepotan saus steak.
"Sekarang kita seri."
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
Alhamdulillah bila masih ada Gloria jilid kedua Thor.....