Gairah Panas Kakak Ipar

Arya sama sekali tak peduli. Dalam benaknya, Nafsu yang terpenting, segera ia mengambil sebuah tali dari bawah kasurnya, sepertinya Arya memang sudah menyiapkan semua itu, dia mengikat Della dengan sangat cepat.

Kini wajah Della sudah dibanjiri air mata, pakaiannya di lepas satu persatu, bahkan tangtop yang tadi ia gunakan digunting oleh Arya.

"Bunuh aja aku Ya! Aku nggak mau! Tolong... Bunuh aja aku!"

"Diamlah Del... Siapa suruh kamu berani nendang punyaku? Gimana kalau nanti aku nggak bisa punya anak? Jadi kali ini aku mau tes langsung ke kamu aja, apa punyaku masih berfungsi apa enggak!" Katanya.

"Huhu... Oke, aku minta maaf Ya! Aku benar-benar nggak sengaja! Tolong lepasin aku! Huhu.... "

"Udah telat Dell..."

Kaki Della di buka lebar, Arya sudah bisa melihat dengan jelas milik Della. Ia tertegun menyaksikannya.

"Wow Dell.... " Ia takjub, tanpa buang-buang waktu lagi, Arya mengarahkan juniornya.

Della menggigit keras bibir bawahnya saat ada sesuatu yang menempel dibawah sana.

"Arya! Ku mohon jangan!!!" Ia menjerit sekuat tenaga, merontah-rontah hingga Arya belum berhasil memasukkannya.

Arya berdesis kesal, ia mengangkat satu paha Della, lalu mencoba memasukkannya sekali lagi.

Brak!!!

Tiba-tiba saja pintu kamar tersebut terbuka lebar, ternyata itu Raka yang mendobraknya dengan sekali dobrakan saja.

"Kak Raka! Tolong Della kak! Huhu... Tolong!!" Pinta Della dengan penuh tangis.

"Brengs*k!!!" Dengan tangan terkepal dua, Raka menghampiri mereka berdua.

Arya tampak mulai takut, ia melepaskan tangannya dari kaki Della lalu mundur.

Bug... Bug... Bugg....

Seketika Raka melayangkan pukulan diwajah Arya tanpa ampun hingga ia babak belur.

Bahkan Raka memukul perutnya, tak segan-segan ia sampai menendang secara membabi buta.

Sementara itu tubuh Della bergetar hebat, sepertinya dia terserang rasa panik dan takut.

Raka meliriknya sebentar dan langsung cemas kemudian menghampirinya, "Del... Dell... Kamu kenapa?"

Della tak menjawab, Raka memegang kedua tangan gadis itu yang terasa begitu dingin.

Segera ia melepas switer yang tengah ia kenakan, lalu memakaikannya ke tubuh Della.

"Tunggu bentar ya Dell... Urusan kakak belum selesai dengan cowok br*ngsek itu!" Tatapannya kembali sinis ketika melirik kearah Arya yang kini sudah jatuh pingsan.

Namun saat hendak berdiri, Della menarik tangannya, "Nggak usah kak! Bawa Della pulang aja!" Pintanya lirih.

"Hah? Kamu bodoh ya? Mau ngebiarin dia bebas gitu aja? Harusnya kita laporin ke polisi Dell... Biar dia jera dan nggak ngulangin perbuatannya bejatnya lagi!"

"Aku udah cukup malu kak! Gimana nanti kalau kita lapor polisi terus namaku keseret? Aku nggak mau viral kak hikss.... Aku takut! Aku malu!!"

Raka berdecak, "Tapi Dell... Ini namanya pelecehan loh... Dia bisa dihukum karena perbuatannya, gimana nanti kalau ada korban lagi?"

"Gimana kalau aku viral kak? Aku nggak mau!! Hikss aku malu, gimana kalau sampai ada teman kampus aku yang tau?"

"Udah! Kamu tenang aja, kakak punya kenalan di kantor polisi, nanti kita konsultasi ke dia aja! Sekarang kamu tenangin aja diri kamu dulu! Urusan ini biar kakak yang atur oke!"

Raka benar-benar serius sekarang, dia mengikat kedua tangan Arta dengan tali rafia lalu menelfon kenalan yang ia maksud tadi. Tak lama kemudian kenalan Raka datang dengan berpakaian biasa saja, ternyata dia adalah seorang detektif.

Detektif itu kaget melihat kamar kos itu sudah sangat berantakan, "Astaga apa barusan terjadi gempa?" Canda detektif itu.

"Ck... Nggak usah banyak bacot! Borgor aja dia!" Suruh Raka yang kini memeluk Della yang hanya tertutup switernya.

"Sebenarnya apa yang terjadi sih? Terus itu siapa? Selingkuhan lo ya?" Tuduh Detektif bernama Antoni itu.

"Diam loh... Dia adek ipar gue! Dan dia hampir aja di perkosa sama cowok brengs*k itu! Cepetan masukin aja ke penjara!"

"Ckck... Anak muda jaman sekarang emang nggak bisa di atur! Taunya masukin tapi nggak tau konsekuensinya bakal gimana!" Celoteh Antoni sambil memasangi borgol kekedua tangan Arya.

"Terus kenapa dia babak belur? Jangan bilang ini ulah lo ya?"

"Ulah siapa lagi? Emangnya siapa yang nggak marah adik iparnya mau di perkosa?"

Antoni terdiam, tatapannya teralihkan ke Della yang masih ketakutan, "Adik ipar lo udah minum belum? Kayaknya dia ketakutan banget!"

Raka barulag sadar, bibir Della benar-benar pucat, "Dell... Kamu nggakpapa kan?" Tanya Raka tapi Della menggelengkan kepala.

"Nggakpapa gimana? Jelas-jelas dia ketakutan!" Antoni keluar sebentar lalu kembali dengan sebotol air minum, "Nihh air!" Ia menyodorkan minuman tersebut padanya.

Setelah Della minum Antoni lalu mengambil kembali botol tersebut lalu menyiram wajah Arya dengan Air, "Woii bangun! Sampai kapan mau pura-pura tidur? Kamu nggak takut kalau tiba-tiba ada peluru yang tembus kekepalamu kalau kamu begini terus?" Ancam Antoni sembari berjongkok di samping Arya.