Toni Lion, seorang petarung bebas yang ditakuti setiap lawannya di atas ring, seperti nama panggilan yang di sematkan padanya LION, seekor singa sang raja hutan yang bertahan hidup dengan keras seorang diri di tengah kehidupan yang kejam.
Takdir mempertemukannya dengan Raya, seorang gadis manja anak seorang pengusaha kaya raya yang sedang menjadi korban kejahatan ibu tiri yang ingin menguasai harta kekayaannya.
Tanpa di sadari Toni selalu berdiri sebagai pelindung Raya saat gadis malang itu menerima berbagai serangan dari orang orang yang menginginkan kematiannya demi warisan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Dua
Beberapa menit duduk di atas motor dan menunggu gerbang terbuka, namun Maman si security tak juga terlihat keluar dari posnya, bahkan Toni sampai membunyikan klakson motornya berulang ulang, takut kalau kalau Maman tertidur dan tak mendengar suara Motornya.
"Kemana penjaga sialan itu, apa dia mati ?" kesal Toni yang sejak tadi siang sudah menahan amarah nya.
Toni turun dari motornya dan melongok ke pos penjagaan, ada yang aneh, tak terlihat Maman di sana, pos terlihat kosong.
'Ini tidak beres !' batinnya.
Toni bergegas memanjat pagar setinggi 2,5 meter dengan mudahnya, diri nya tiba tiba merasa tak enak hati, seakan punya firasat kalau sedang terjadi hal yang ganjil di dalam sana.
Sang raja hutan berhasil memanjat dan melompati gerbang tinggi itu, kemudian setengah berlari menuju pintu utama yang tampak setengah terbuka, padahal biasanya pintu utama tak pernah di biarkan terbuka begitu saja, apa lagi di tengah malam seperti ini
Masuk ke ruang tamu pemandangan pertama yang Toni lihat adalah Maman sang penjaga rumah yang yang kedua tangannya terikat ke belakang, dan mulut tersumpal.
Tanpa memperdulikan Maman yang memohon minta untuk di lepaskan dan meminta pertolongannya, Toni malah langsung lari ke lantai atas, dua anak tangga dia lewati agar cepat sampai ke atas, satu tujuannya kini, yaitu kamar Raya.
Dengan sikap yang penuh waspada, mata sang singa menyapu seluruh sudut ruangan lantai saat dirinya baru menapakan kaki di lantai dua rumah mewah itu.
Langkahnya bergerak pasti, jantungnya kini berpacu cepat membayangkan apa yang terjadi pada Raya, sementara di bawah sana Maman saja sudah berhasil di lumpuhkan para penyusup, lalu bagaimana nasib Raya ? pikirnya.
Sedikit bergetar tangan kiri Toni memutar handle pintu kamar Raya dengan perlahan, sementara tangan kanannya sudah bersiap menyerang jika ternyata tiba tiba ada musuh di dalam sana.
"Sial, kenapa pintunya terkunci dari dalam ?" gumam Toni semakin tak karuan.
Tanpa membuang waktu lagi, pria arogan itu akhirnya menendang pintu kayu itu dengan sekuat tenaga nya.
Hanya memerlukan sekali tendangan nya saja, pintu itu terbuka dengan engsel yang terlepas dari tempatnya.
"Aaaaahhhh !!!!" jerit Raya ketakutan mendengar suara pintu yang jebol dan Toni yang tiba tiba berdiri di dalam kamarnya, mematung dan memperhatikan dirinya yang tengah berada di atas pembaringan mewah nya.
"Ke- kenapa kamu menerobos masuk ke dalam sini dan merusak pintu kamar ku ?" teriak Raya yang masih terlihat kaget dan ketakutan.
"Apa kau baik baik saja ?" Toni justru malah mendekati Raya seperti ingin memastikan kalau gadis di hadapannya itu tidak kurang suatu apapun.
"Stop ! Tetap di sana !" tangan Raya mengacung ke depan dadanya seakan memberi tanda pada Toni untuk tidak mendekat.
Raya baru menyadari kalau dirinya kini hanya mengenakan gaun tidur satin hitam tipis dan menerawang, sehingga setiap lekuk tubuhnya dapat dengan leluasa Toni nikmati oleh kedua netranya.
Baru saja Toni membuka mulut hendak menceritakan apa yang terjadi, suara jeritan wanita yang sepertinya itu suara Karina memekakan telinga, dari lantai bawah sehingga Toni dan Raya yang berada di lantai dua rumahnya pun merasa kaget dan keberisikan oleh jeritan wanita itu.
"Apa sebenarnya yang terjadi ?" tanya Raya sambil melompat dari kasur ke arah Toni dan meraih lengan kekar dan keras pria itu, tubuhnya gemetaran karena takut.
Gadis itu lupa kalau tadi dirinya yang melarang Toni untuk mendekat, namun kini justru dirinya lah yang menggelayut di tangan berotot itu.
"Tetap berada di dekat ku !" ucap Toni yang langsung mengajak Raya berjalan ke bawah.
"Tunggu !" Toni menghentikan langkahnya lalu membuka jaket kulitnya lantas di berikannya pada Raya untuk di kenakan, dia teringat dengan baju terawang yang di kenakan Raya saat ini, rasanya tak rela jika ada orang lain yang ikut menikmati pemandangan indah itu.
Dengan ragu ragu Raya menerima jaket kulit milik Toni dan memakainya meski terlihat sangat kebesaran di tubuh mungil dan kurus Raya, namun jaket itu berhasil menutupi bagian tubuh atas Raya sampai sejengkal di atas lututnya.
Toni kembali melanjutkan langkahnya menuju lantai bawah, dari tangga tampak Martin sedang melepaskan ikatan tangan Maman, dan Karina memegangi bagian belakang tubuh Martin ketakutan.
Namun saat mata Karina menangkap sosok Toni yang baru saja turun dari tangga bersama Raya yang menggelayut ketakutan di tangan kanan Pria tegap itu, Karina segera berlari dan ikut bergelayut di lengan kiri Toni.
"Toni,,, aku takut, aku juga perlu pengawalan mu, sepertinya mulai hari ini kamu juga harus menjadi pengawal ku," rengek Karina di buat se manja mungkin.
"Apa yang terjadi di sini sebenarnya, ada apa dengan pak Maman, kenapa dia di ikat seperti itu, dan siapa orang yang yang mengikatnya?" lirih Raya dengan suara terbata dan terputus putus karena gugup.
"Entah lah, ketika aku datang sudah seperti ini," ucap Toni seraya mengibaskan tangan kirinya dari cengkeraman erat Karina yang membuatnya merasa risih.
Sementara Martin membelalak ketika kedua wanitanya memilih bergelayut di sisi kanan dan kiri pengawal sangar nan tampan itu, sungguh dirinya sangat marah dan tak terima dengan apa yang kini menjadi pemandangannya itu, apalagi Raya kini mengenakan jaket yang dia kenali adalah milik Toni.
"Apa apaan kalian ini, cepat kesini, biarkan pengawal itu melakukan tugasnya !" tegur Martin menatap Raya dan Karina secara bergantian.
"Dan kau, kacung ! Lebih baik kau segera mengundurkan diri dari pekerjaan ini jika kau masih kecolongan oleh hal seperti ini, tugas mu menjaga keamanan calon istri ku, namun kau malah asik asikan berkencan di club malam dengan calon ibu mertua ku !" maki Martin yang sengaja mengatakan itu semua agar Raya mengetahui kalau pengawal pribadinya itu telah lalai dalam menjalankan tugasnya karena bermain gila dengan Karina.
Raya spontan melonggarkan pegangannya di lengan Toni, dan mengangkat wajahnya lalu memandangi wajah Toni seakan meminta penjelasan atas apa yang baru saja Martin katakan.
Sungguh hatinya berharap kalau apa yang di katakan Martin barusan adalah sebuah kebohongan, namun ternyata tidak ada bantahan sama sekali dari mulut Toni, seakan dia sedang mengatakan kalau yang di beberkan Martin barusan adalah benar adanya.
"Bunda dari klub bersama nya ?" pandangan Raya beralih ke wajah Karina, dan dengan yakin Karina menjawabnya dengan sebuah anggukan mantap tanda membenarkan pernyataan Martin.
Tanpa ragu lagi, Raya menggerakkan kakinya dan melangkah perlahan menjauh dari Toni selangkah demi selangkah mendekati Martin yang tersenyum penuh kemenangan.
Tak ada bantahan atau pembelaan diri dari mulut Toni, seolah terkesan semua itu benar adanya, hanya saja kini gelayutan Karina di tangan nya sudah terlepas, karena kini Toni mendekati Maman yang masih terlihat syok.
"A- ada ini,,, me- mereka menitipkan ini untuk mu," gugup Maman merogoh saku depan kemejanya dengan tangan yang masih gemetaran, wajahnya pun masih terlihat pucat.
"Mereka ?" Toni mengernyit mendengar perkataaan Maman.
"Iya, mereka yang menyekap ku !" kata Maman.
Di bukanya lipatan kertas itu lalu di ambilnya ,
"INI BARU PERINGATAN AWAL !" begitu kira kira isi pesan yang di tulis pada surat yang menurut Maman itu di tujukan untuk Toni tersebut, tanpa menyebutkan siapa pengirimnya.
tpi lupa" ingat.
seingatku cilla playvictim orgnya..
trus si raya jdi istri toni..
kyk nya gtu ceritanya