Kehidupan rumah tangga Riana baik-baik saja, sampai suatu malam dia tak sengaja bertemu dengan Almeer. Seorang pemuda yang hadir ke dalam hidupnya dan membuat biduk rumah tangganya menjadi kacau.
Rumah tangga Riana tak dapat lagi diselamatkan, setelah suaminya mengetahui Riana sedang mengandung anak dari pria lain.
Bagaimana lika-liku percintaan Riana dan Almeer?
Akankah mereka menemukan kebahagiaan?
Salahkah apa yang Riana lakukan?
Ikuti kisah selengkapnya.
Follow IG : @poel_story27
Cover By : @wnc_design_didesc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poel Story27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Layak Diperjuangkan!
"Apa maksud kamu, An? Aku tidak pernah berpikir buruk tentangmu!" sanggah Almeer.
"Lalu apa namanya jika tidak berpikir buruk tentangku? Kamu pasti berpikir aku akan menjauhimu jika tahu keadaanmu yang sekarang, itulah mengapa kau tidak ingin memberitahuku apa yang terjadi padamu. Benar begitu, bukan? Kamu terlalu dangkal menilai aku, Al! Apa kamu tahu selama berhari-hari ...."
"Aku tidak bermaksud seperti itu, Riana!" Almeer memotong ucapan Riana.
"Aku menunggu kamu setiap hari, bahkan aku terjaga sampai larut malam. Aku mencoba menjernihkan pikiranku, mencoba mengerti mungkin kamu sedang sibuk, atau mungkin kamu sedang berada di luar kota. Tapi kenyataannya kamu ada di sini, kemarin Kurnia melihatmu di supermaket, aku sangat berharap kamu akan datang, tapi kenyataannya kamu tidak mun ... cul, hiks ...." Riana terisak.
Riana yang selama ini dikenal sebagai wanita tegar, terlihat seperti kehilangan jati diri, dia menjadi begitu lemah, dan tidak mampu menahan air matanya yang mengalir deras di depan Almeer.
Mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut Riana, membuat dada Almeer sesak oleh kebahagian. Ada ribuan kupu-kupu yang kini menari di perutnya, saat mengetahui wanita yang tengah ia perjuangkan juga merindukannya.
Dalam sekejap Almeer meraih Riana ke pelukannya, dia membenamkan kepala wanita yang ia cintai itu dalam dekapan hangatnya.
"Maafkan aku, An. Aku sudah membuatmu menderita, aku tidak bermaksud menjauhimu, aku hanya sedang sibuk untuk menata hidupku kembali, agar aku memiliki persiapan yang mapan untuk kehidupan kita nanti. Untuk kamu, aku, dan anak kita." Almeer mengusap belakang kepala Riana dengan penuh kasih, yang membuat Riana semakin semakin terisak.
"Kamu pria yang bertanggung jawab, Al. Kamu berani melepaskan segelanya demi aku. Jadi jangan jauhi aku lagi, biarkan aku menemanimu menata hidupmu kembali. Kamu penyayang, penuh kasih, kamu layak untuk aku jadikan panutan. Seberapa berat pun kehidupan kamu jalani saat ini, aku berjanji akan selalu menjadi yang terdepan untuk mendukungmu. Tidak peduli jika langit dan bumi berbalik ingin menghancurkanmu, aku akan tetap di sisimu ...." Riana menumpahkan segenap isi hatinya dalam dekapan Almeer.
Almeer mengurai dekapannya, dia menghapus air mata Riana sembari menatap wanitanya itu penuh haru.
Sejenak Almeer mengulum senyum bahagia di bibirnya, lalu memberikan sebuah kecupan hangat di dahi Riana. "Kamu memang layak diperjuangkan hingga akhir, Sayang. Kamu wanitaku!"
Almeer lalu membawa Riana ke tempat duduk yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Sementara itu Dino yang sedang mencuci perabotan, memandangi dua sejoli itu dengan tatapan mencibir.
"Buciinn!!" ejeknya.
"Iri? Saingi bossku! Makanya cari pasangan, jangan terlalu dingin sama perempuan!" balas Almeer tak kalah mencibir.
Almeer dan Dino memang adalah dua pria handal di bidang bisnis, tapi mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan di bidang konsumsi, dalam hal ini masak-memasak dan seduh-menyeduh minuman.
Dengan modal yang serba terbatas, mereka hanya merekrut dua orang karyawan lulusan tata-boga untuk di tempatkan sebagai koki. Jadilah Almeer dan Dino bekerja rangkap sebagai accounting, kasir, pelayan, tukang cuci piring, dan semua posisi lainnya.
Kini Almeer dan Riana sedang duduk bersebelahan, dengan tangan Almeer yang masih mengenggam erat jemari Riana.
Riana terdiam, wajahnya merona malu. Entah apa yang menghipnotisnya, sehingga ia dengan lantang mengungkapkan semua isi hatinya kepada Almeer.
Sebelumnya Riana tidak pernah menemukan sisi dirinya yang seperti ini.
Apa ini yang dinamakan jatuh cinta? Inikah rasa cinta yang sebenarnya? Rasa yang sangat aneh, dan menggelitik.
Riana sendiri tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, dia langsung dijodohkan dan dinikahkan sebelum dia sempat mengalami senang, kesal, bahagia, sedih, cemburu, dan semua hal yang dirasakan dua sejoli saat memadu asmara.
Konyol, Riana dengan cepat membuang jauh-jauh pikiran tersebut, di saat kewarasannya kembali.
"Jadi selama seminggu ini kamu merindukanku?" tanya Almeer.
Almeer menaik-turunkan alis matanya berkali-kali dengan maksud menggoda, berharap wanitanya itu segera tersenyum kembali.
Riana menggeleng sambil memasang wajah memberengut.
"Tidak, siapa juga yang merindukanmu! Anakmu saja yang merindukan daddynya," kilah Riana sambil mengerucutkan bibir. Tapi pipinya yang merona merah membuatnya tidak bisa mengelak.
"Ck, ya Tuhan. Setinggi itukah ego di dalam dirimu untuk mengakuinya, Riana? Sampai kau tega memfitnah anakmu yang belum lahir!" Almeer menggelengkan kepala sambil tersenyum gemas.
"Aku mengatakan yang sebenarnya!" Riana masih berkilah.
Almeer menghembuskan napas kecewa, dia mengusap bekas tamparan Riana di pipinya tadi, sehingga menarik perhatian Riana.
"Maaf, aku bahkan tidak sadar mengapa aku menamparmu tadi. Apa itu sakit?"
"Sakit, rasanya sangat perih, ini tidak akan sembuh!" Almeer berpura-pura meringis.
Riana menautkan alis matanya. "Itu hanya sebuah tamparan, mana mungkin tidak bisa sembuh!"
"Ini memang tidak bisa sembuh, kecuali kamu obati!" Almeer mendekatkan pipinya kepada Riana.
Wanita itu membulatkan matanya, dia tahu akal bulus dalam kepala Almeer.
"Moduss!!" sungutnya
"Ya sudah, jika tidak mau memberi penawarnya!" Almeer memasang wajah meradang.
"Malu, Al! Ada Dino!" desis Riana.
"Biarkan saja dia melihat, biar dia gerah dan cepat-cepat mencari pasangan!" Almeer sengaja membesarkan volume suaranya, agar dapat didengar Dino.
Riana mendesah frustasi, meski begitu dia tetap mendekatkan wajah untuk menuruti keinginan kekasih berondongnya itu.
Cup ....
Satu kecupan singkat Riana berikan, setelah itu dia kembali menjaga jarak. Dia memejamkan mata sambil meremas tangan sendiri, rasanya malu sekali. Hal seperti tadi seharusnya dilakukan oleh gadis remaja yang baru mengenal cinta, bukan untuk dilakukan wanita dewasa sepertinya.
Tapi apanya yang salah? Posisi Riana sama seperti gadis-gadis remaja yang baru pertama kali jatuh cinta. Hanya saja Riana agak terlambat untuk mengalaminya.
"Termakasih, Nyonya Riana yang galak. Sekarang sakitnya sudah hilang, dan aku menjadi semakin bersemangat untuk berkerja!" goda Almeer sembari tersenyum puas.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Riana menahan Almeer yang hendak berdiri.
"Tidak ada, Sayang. Kamu tidak boleh kelelahan, cukup diam di sini, sampai aku mengantarmu pulang," sahut Almeer.
"Tapi aku tidak ingin berdiam diri, Al. Biarkan aku sedikit meringankan pekerjaanmu." Riana memasang wajah memelas.
Almeer terdiam sejenak, sebelum akhirnya menuntun wanitanya itu menuju meja kasir. "Duduk di sini, terima pembayaran dari pengunjung. Tapi ingat, kamu dilarang tersenyum pada pelanggan!"
"Seorang pedagang itu harus ramah, Al," sanggah Riana.
"Tidak perlu. Yang adanya mereka akan terpikat dengan senyumanmu, kamu hanya boleh tersenyum padaku!"
Riana berdecak menanggapi sikap berondongnya yang posesif itu, tapi di dasar hatinya ada rasa bahagia yang membuncah, karena bisa menghabiskan seharian penuh bersama Almeer.
Tanpa terasa hari sudah menjelang sore, Almeer yang tidak ingin wanitanya kelelahan, datang untuk mengajaknya pulang.
"Tapi caffenya belum tutup, Al."
"Tutupnya tengah malam, Sayang. Kamu harus banyak berisirahat, demi kesehatan kandunganmu," ujar Almeer.
Riana terpaksa menurut, apalagi alasan Almeer demi anak yang sedang di kandungnya.
Almeer tanpa malu menggandeng Riana keluar, dia seolah ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa Riana adalah wanitanya, wanita yang dia cinta.
"Ternyata wanita ini yang membuatmu rela melepaskan segalanya!"
Bersambung.
Jangan lupa like, dan komentarnya, ya.
semangaaaat semua perempuan