Sya yang merupakan fresh graduate tahun ini telah diterima bekerja di PT Santoso Group. Di hari pertamanya bekerja dia dikagetkan dengan seorang bocah berusia 3 tahun yang memanggilnya " Bunda".
" Dunda.. Dunda.. Kendla mau pipis. " seorang bocah laki-laki menarik celana kerjanya saat Sia berdiri di lobi kantor.
Maureen Calisya Putri ( 23 )
Sungguh mengejutkan ternyata bocah yang memanggilku Bunda adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Raditya Diko Santoso ( 30 )
Kamu hanya akan menjadi ibu sambung untuk anakku karena dia menginginkannya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka disaat salah satu diantara mereka melanggar perjanjian yang sudah disepakati?
Akankah terus bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Pelakor?
" Duda ya mbak? tapi nggak papa mbak, kayaknya orangnya baik kok." Bisik Pak Didin lirih agar Radit tidak mendengar ucapannya.
" Issh, bukan Pak." Jawab Sya lirih.
" Ooo silahkan masuk Pak, itu ruang tamu disana." Ujar Pak Didin tersenyum ramah sambil mengarahkan Radit untuk ke ruang tamu yang sudah disediakan.
" Bapak disini saja temani saya ngobrol." Ujar Radit kepada Pak Didin.
" Baik Pak." Ujar Pak Didin tersenyum ramah.
" Jangan panggil saya Pak, saya jadi merasa seperti seumuran sama Pak Didin." Ucap Radit seraya tertawa kecil.
" Oo iya, saya panggil Mas Radit saja kalau begitu."
Disini memang setiap tamu laki-laki dilarang untuk masuk kedalam kamar kos putri. Kalaupun boleh itu hanya untuk keluarga saja, dan harus menunjukkan KTP juga KK. Cukup ketat peraturannya, jadi sudah dipastikan disini aman.
" Saya masuk dulu Pak." Sya berjalan ke arah kamarnya yang memang ada diluar ruang tamu. Perlu diketahui jika ruang tamu yang dimaksud adalah seperti gazebo namun cukup luas ditengah-tengah halaman kamar kos. Didalamnya sudah ada satu set kursi dan meja untuk para tamu yang datang berkunjung.
Sya berjalan kekamarnya dengan Kendra yang ada di gendongannya untuk membuatkan kopi.
Tidak berapa lama Sya kembali lagi dengan 2 cangkir kopi susu dan satu toples cookies coklat.
" Ini Pak Radit, Pak Didin. Silahkan dimakan, maaf adanya cuma ini cemilan saya." Ujar Sya seraya meletakkan nampan.
" Wahh, jangan repot-repot Mbak Sya." Ujar Pak Didin menimpali.
" Repot apa sih Pak, kayak nggak biasanya aja." Jawab Sya seraya tertawa.
Pak Didin pun ikut tertawa mendengar jawaban Sys. Memang selama ini Sya sering membuatkan dia kopi dan terkadang ada juga cemilannya, jadi hal seperti ini memang sering dilakukan Sya.
" Kendra mana? " Tanya Radit kepada Sya akhirnya saat melihat Sya tidak keluar bersama Kendra.
" Didalem lagi mainan puzzle." Jawab Sya.
" Memang Kendra tadi bawa puzzlenya kesini ya." Ucap Radit dengan nada bertanya.
" Puzzle punya saya, saya dikamar juga punya mainan anak kok. Emang anak kecil doang yang boleh punya mainan." Jawab Sya.
" Ooo." Radit hanya menjawab dengan datar.
" Saya masuk dulu Pak." Sya langsung berlalu dari hadapan 2 orang laki-laki tersebut.
.
.
.
" Mas Radit ini beneran bosnya Mba Sya? " Tanya Pak Didin sebagai awal bahan pembuka pembicaraan mereka.
" Iya Pak, Maureen salah satu karyawan di perusahaan saya." Jawab Radit tersenyum ramah.
" Kok bisa sih putranya Mas Radit akrab gitu sama Mbak Sya, setau saya mbak Sya belum ada sebulan kerja diperusahaan Mas kan ya. Eemm siapa tadi nama putranya Mas? " Ujar Pak Didin mulai kepo.
" Saya juga tidak tau Pak, tau-tau mereka sudah akrab aja. Malah saya sama Maureen yang tidak terlalu akrab. " Jawab Radit.
" Oalah, tapi Mas Radit sama Mbak Maureen kelihatannya cocok kok. Ngomong-ngomong Mas Radit single kan? " Tanya Pak Didin lagi.
" Saya single Pak, mantan istri saya sudah almarhumah. Meninggal 2 tahun lalu karena kecelakaan mobil." Jawab Radit terlihat biasa saja.
" Saya turut berdukacita ya Mas." Ujar Pak Didin merasa tidak enak telah menanyakan hal yang mungkin akan membuat perasaan Radit terluka.
" Tidak apa-apa Pak. Itu juga kejadiannya sudah lama." Ujar Radit tersenyum.
Setelah berbicara banyak hal bersama tiba-tiba Pak Didin dipanggil seseorang untuk membantunya. Entah apa tadi Radit tidak terlalu jelas mendengarnya.
" Saya permisi dulu ya mas." Ujar Pak Didin berpamitan.
" Iya Pak silahkan, maaf saya yang malah mengganggu waktu Bapak." Ujar Radit tersenyum sungkan.
Radit pada akhirnya duduk sendiri disini. Dia melihat jam, ternyata sudah lebih dari satu jam Sya dan Kendra tidak keluar dari kamar itu.
Radit memutuskan untuk menelfon Sya.
Tutt... tutt... tutt...
Hingga deringan terakhir Sya tidak mengangkatnya.
Dicobanya sekali lagi.
Tutt... tutt... tutt...
" Halo, kenapa Pak? " Tanya Sya dari sebrang telefon.
" Kok kenapa sih? Kamu sudah selesai mandinya belum. Saya udah nungguin kamu sendiri dari tadi." Ucap Radit kesal.
" Oohh, Pak Radit masih disini? Saya kira Bapak mau pulang dulu baru nanti jemput Kendra kesini." Jawab Sya tanpa rasa bersalah telah lebih dari satu jam meninggalkan Radit sendirian.
" Kamu gimana sih, saya kan tadi udah bilang kalau nunggu kamu disini. Kamu malah nggak keluar-keluar." Radit semakin kesal mendengar jawaban Sya yang sepertinya tidak merasakan rasa bersalah kepadanya.
" Ya udah iya, ini saya keluar nih sama Kendra. Padahal kita lagi asik mainan." Sya langsung mematikan telfonnya tanpa menunggu jawaban dari Radit.
" Berani sekali dia mematikan telfon secara sepihak kepada bosnya." Gerutu Radit dengan kesal.
.
.
.
" Kendra ayo kita keluar, Ayah sudah nungguin kita." Ujar Sya kepada Kendra yang masih asik dengan game diponsel Sya.
" Tidak mau." Jawab Kendra singkat.
" Katanya mau jadi anak baik. Itu kasian Ayah sendirian. Nanti kalau Ayah sedih terus nangis, kasian kan? " Kata Sya berusaha untuk membujuk Kendra.
" Nangis? Keluar ail mata sepelti dedek Ulel? " Tanya Kendra kepada Sya.
Sebenarnya Sya tidak tau siapa dedek Ulel, namun Sya mengiyakan saja.
" Iya, kasian kan? Yuk kita ke Ayah."
Kendra langsung mengangguk.
Mereka berdua keluar dari kamar dengan Kendra ada di gendongannya.
Ternyata diluar sudah ada 2 teman kosan Sya, yaitu Mbak Titik dan Dita.
" Sya... " Panggil Mbak Titik begitu melihatnya keluar kamar.
" Kenapa Mbak? Eehh kamu udah pulang dari kampung Dit? " Tanya Sya kepada Mbak Titik sekaligus Dita.
" Iya Mbak, baru sampe tadi malem. Tenang, oleh-oleh buat Mbak Sya ada kok." Ujar Dita kepada Sya.
" Itu yang diruang tamu siapa sih? Calon suami kamu? Eehh ini siapa? ponakan dia? " Tanya Mbak Titik tanpa jeda.
" Calon suami apaan sih Mbak, itu bos aku di kantor, dan ini anaknya namanya Kendra." Ujar Sya menjelaskan.
" Hai Kendra anak ganteng. Kenalin kakak namanya Dita, temennya Tante Sya." Ujar Dita gemas melihat pipi chubby milik Kendra.
Kendra hanya tersenyum malu dan menyembunyikan wajahnya dibahu Sya.
Sya, Mbak Titik dan Dita yang melihatnya langsung tertawa melihat respon dari Kendra.
" Iihhh lucu banget sih Sya. Pengen punya sendiri jadinya." Ujar Mbak Titik gemas.
" Nikah sana Mbak, aku siap kok jadi kakak yang baik." Ucap Dita kepada Mbak Titik.
" Belum ada calonnya." Jawab Sya menimpali.
Mbak Titik hanya cemberut mendengar pernyataan Sya. Walaupun itu memang benar.
" Dunda, ayo ke tempat Ayah." Ujar Kendra tiba-tiba.
Mbak Titik dan Dita yang mendengar ucapan Kendra langsung terbengong kaget.
" Kamu bukan pelakor kan Sya? "
selalu ngalamin itu, karena nama asli saya juga panjang banget 😂
kali ini Lo salah sya, gimana kalau keadaannya di balik?
mengingat sifatnya diawal bagaikan freezer 😂