NovelToon NovelToon
Isekai To Zombie Game?!

Isekai To Zombie Game?!

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Fantasi Isekai / Game / Misteri
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jaehan

Mirai adalah ID game Rea yang seorang budak korporat perusahaan. Di tengah stress akan pekerjaan, bermain game merupakan hiburan termurah. Semua game ia jajal, dan menyukai jenis MMORPG. Khayalannya adalah bisa isekai ke dunia game yang fantastis. Tapi sayangnya, dari sekian deret game menakjubkan di ponselnya, ia justru terpanggil ke game yang jauh dari harapannya.
Jatuh dalam dunia yang runtuh, kacau dan penuh zombie. Apocalypse. Game misterius yang menuntun bertemu cinta, pengkhianatan dan menjadi saksi atas hilangnya naruni manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaehan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehidupan Baru

Part 31

Agaknya Mirai terpana mengamati detail shelter dalam game. Di mana ia juga membangun shelter tapi dalam bentuk dua dimensi. Kini ia menyaksikan sendiri arsitektur nyata yang memukau. Bukan lagi khayalan, melainkan dirinya yang benar-benar hidup dalam dunia game. Atau memang game inilah yang berubah menjadi hidup?

Mereka melewati truk mobil militer yang berjajar dekat pagar beton. Ada beberapa petugas patroli yang berkeliling di mana senapan menggantung di bahu. Mereka tidak kaku, berjalan santai dan menyapa Ren sambil melambaikan tangan. Pohon-pohon tinggi menjulang di kedua sisi jalan, beberapa semak belukar tampak belum dirapikan.Jalan masih kasar. Ada yang sudah berlapis aspal, ada yang masih terhampar kerikil, dan ada yang dalam bentuk awal, tanah berumput acak.

Mirai teringat, di akun game miliknya dulu, shelternya sudah berada pada level maksimum. Apakah shelter berlevel max beneran ada di suatu tempat atau mungkin hancur berkeping? "Apa ini shelter milik seorang pemain?" tanyanya penasaran.

"Gak ada shelter pemain, kami udah cek. Ini semua shelter bot," jelas Ren singkat.

Mereka sampai di area fasilitas umum. Dan di kiri jalan, berdiri gedung tinggi dengan lambang palang merah besar di fasadnya.Bagian lainnya hanya ada gedung-gedung kosong setengah hancur yang masih dalam tahap perbaikan.

"Rumah sakit?" gumam Mirai yang sejenak menoleh ke belakang arah gerbang masuk. Jauhnya sekitar satu kilometer. Apa gak terlalu dekat?

Dari gerbang besi rumah sakit, Mirai melihat kesibukan yang luar biasa padat. Tampak lalu-lalang orang yang masuk dan keluar dari pintu utama gedung menunjukkan ekspresi tegang bercampur panik. Tak ada seragam nakes, hanya pakaian seadanya tanpa jas putih. Semua tercampur antara dokter, perawat, pasien dan sipil yang bekerja memenuhi kebutuhan rumah sakit. Beberapa membawa brankar darurat, beberapa lainnya tampak sedang menurunkan kardus-kardus logistik medis dari kendaraan.

Namun hanya dokter yang terlihat berbeda, mereka mengenakan ikat kain putih di lengan kanannya. Tampak menonjol karena beberapa sedang memberikan instruksi saat seorang pasien diturunkan dari mobil ambulans.

Saat mereka lewat untuk masuk ke dalam gedung, Mirai bisa mendengar laporan singkat dari petugas yang mengantarnya.

"Kecelakaan kerja! Jatuh dari ketinggian dua lantai. Kepalanya terbentur dan beberapa tulang rusuknya patah."

Tubuh Mirai bergidik, namun Ren yang sudah mensejajarinya berkata, "itu udah biasa. Gak semua orang siap dan cekatan dengan dunia dan job baru."

Sejenak Mirai menatapnya lalu kembali melihat wajah sang dokter yang tampak bingung dan frustasi. Lantas suara roda besi, teriakan koordinasi, bunyi mesin portable yang bersahutan serta teriakan kesakitan menyambutnya ketika berada dalam gedung.

Ren menangkap lengan seorang perawat wanita yang memakai masker hijau. "Ruang pengecekan?" tanyanya dalam bahasa Inggris karena wanita itu tampak berwajah oriental.

"Di sana," tunjuknya sambil menjelaskan rute pendek menuju sebuah ruangan. Sekilas matanya melirik pada gadis di sebelah Ren. "Tunggulah di luar dulu, nanti ada dokter yang datang."

"Oke, thanks."

Sesuai petunjuk, mereka sudah di depan ruangan. Menunggu hampir satu jam hingga seorang pria bertubuh tambun yang tampak kelelahan mendekat. Kain putih terikat di lengan kanannya. "Maaf. Aku sudah berusaha kemari secepat yang aku bisa," tukasnya sambil membuka pintu ruangan sambil mengajak masuk. Tak lama seorang perawat perempuan datang menyusul.

Ruangan itu sempit, lampunya kuning pucat. Sang dokter tambun dengan lingkar mata gelap menyambut tanpa banyak basa-basi.

"Yang sakit siapa?" tanyanya langsung.

"Dia," sahut Ren sambil menunjuk Mirai. "Kami cuma perlu pengecekan ringan."Lalu menjelaskan secara singkat kecelakaan yang dialami anggota barunya itu.

Dokter itu mengangguk sambil menarik kursi beroda. Ia membuka kotak medis kecil, mengeluarkan tensi meter dan senter kecil. Gerakannya cepat tapi tak tergesa.

"Tekanan darahmu rendah, mungkin karena dehidrasi," gumamnya setelah memeriksa. "Ada luka terbuka?"

Mirai menggeleng pelan.“Hanya luka gores ini,” jawabnya sambil memperlihatkan lengannya. Namun luka itu sudah sedikit mengering.

Dokter itu meminta perawat untuk membantu mengobati dan menutup luka gores sepanjang lima senti tersebut agar tidak meninggalkan bekas luka. "Demam? Menggigil? Nyeri di leher atau punggung bawah?"

"Tidak," jawab Mirai sambil menerima tindakan  medis ringan dari perawat cantik itu di lengan kanannya.

Dokter mengangguk, lalu menyorotkan senter ke mata Mirai. "Pupil normal. Sekarang buka mulut."

Mirai menurut, membiarkan dokter memeriksa tenggorokannya singkat, lalu lengan kirinya disentuh pelan, memeriksa bengkak atau ruam di sana.Sedangkan perawat tadi telah selesai menutup lukanya dengan plester. “Terima kasih.” Perawat itu hanya tersenyum. Mirai terpana melihatnya. Gilaaa, cantik banget!

Dokter kemudian membuka kotak kecil berisi alat uji cepat. Selembar tipis strip berwarna seperti plastik tipis ia ambil, lalu meminta setetes darah dari jari Mirai.

"Cek cepat infeksi. Virusnya bisa terdeteksi lewat antibodi sejak fase inkubasi hari pertama," jelasnya singkat, lebih ke diri sendiri daripada menjelaskan ke pasien.

Ren memperhatikan tanpa banyak bicara, berdiri di sisi dinding, tatapannya waspada namun tenang.

Setelah satu menit, strip itu menunjukkan garis tunggal berwarna biru muda.

"Negatif. Dia bersih," ujar sang dokter sambil membuang strip ke tempat sampah.

Ren mengangguk. "Bagus."

"Kalau kalian butuh vitamin atau cairan, ruang logistik ada di lorong kiri. Jangan terlalu lama di luar kalau tidak perlu, beberapa daerah sekitar sini mulai tidak aman," katanya, lalu menatap Ren. "Kalian dari area mana?"

Ren menjawab datar. "Selatan."

"Oh, baiklah. Selamat datang di shelter. Semoga ini jadi tempat yang aman untukmu," ujarnya pada Mirai. Dilihat jam tangannya. "Karena sudah malam. Badan pencatatan warga sudah tutup. Kalian bisa datang besok pagi. Dan kau bisa beristirahat dulu malam ini."

"Baik," jawab Mirai dengan menggunakan bahasa yang sama.

Dokter tidak bertanya lebih lanjut. Hanya mengangguk kecil, lalu kembali ke meja mencatat pada catatan medis. Namun lupa menanyakan identitasnya karena terburu-buru sebab masih banyak pasien yang membutuhkannya.

Ren menatap Mirai sejenak. “Kita pergi.”

Namun perawat tadi tetiba memanggil. “Ren! Sudah dua kali kau tidak datang ke rapat R5,” tegurnya dalam Bahasa Inggris. Suaranya terdengar sangat halus khas wanita Tiongkok.

Ren berdecak. “Buat apa? Tidak ada juga yang mau mendengarkan R5 dari clan kecil bicara. Suka-suka kalian sajalah mengatur shelter ini. Cepat atau lambat kami akan pergi dari sini setelah menemukan shelter lain.”

“Siapa bilang tidak ada yang mendengar. Kau punya pengaruh kuat di shelter.”

“Itu cuma halusinasi kalian.”

“Apa R5 lain sudah bicara denganmu?”

Ren bertolak pinggang. “R5 yang mana? Dari clan besar atau kecil?” Kini tatapannya menajam pada perawat itu yang tampak tidak gentar atau menciut.

Meski tidak tahu siapa dan apa permasalahan mereka, Mirai seolah melihat ada sengatan aliran listrik seperti dalam anime yang keluar dari mata keduanya dan saling beradu. Oh, wow! Tegang sekali.

Tak ada jawaban, Ren memberi tanda pada Mirai untuk keluar saja. Dan perawat itu hanya mendesah pendek sambil menggelengkan kepala.

***

Ilustrasi Xue Lan

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!