"Hai apa yang kalian lakukan di sini?"
"Ka ... ka ... kami tidak," belum selesai ucapan Rara.
"Pak ini tidak bisa di biarkan, udah seret saja mereka berdua ke rumah pak ustad secarang."
"Perbuatanya membuat malu kampung ini." sahut salah satu warga lalu menyeret gadis di dalam tidak lupa mereka juga menarik pria yang ada di dalam kamarnya.
"Jangan ..., jangan bawa kakakku." Teriak gadis berusia belasan tahun memohon pada warga yang ingin membawa kakaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lorong kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Devan menyeka darah di sudut bibirnya. Ia menatap tajam pada lawannya. Bangkit lalu menghajar sekuat tenaga. Pria bertubuh besar itu lumayan tangguh, walau sudah beberapa kali terkena pukulan dan jatuh dia tetap masih bangkit.
Sedangkan Alden, ia masih bergerak gesit menghindar memutar tubuhnya dari pisau yang di arahkan oleh melawan. Lawannya sama tangguh seperti orang yang berhadapan dengan Devan. Ia sangat agresif, seperti layaknya orang ingin menerkam mangsa.
Alden kewalahan, satu tendangan mengenai perutnya cukup keras sampai terpental jatuh terduduk.
Bug!
"Awh ...." Alden meringis merasa sakit.
"Al kau ok?" tanya Athur melihat adiknya jatuh.
"OK Bang." sahutnya kemudian berusaha bangkit.
Lawan dengan pisaunya sudah siap menusuk!
Devan dan Athur melirik kearah Alden, seketika mereka mulai panik. "Awas ... Al!
Alden dengan cepat mengambil ranting dan menangkis. Tetapi tak cukup kuat sehingga ia menggunakan lenganya menahan serangan. Dari samping Athur menendang sekuat tenaga pria itu sampai jatuh.
Athur memerhatikan semua gerakan Alden cukup lumayan dalam menghadapi situasi sulit. Tetapi ia masih kurang fokus.
Athur kembali fokus, kini hanya tinggal satu lawan yang masih gagah. Pria bertubuh paling besar dengan parang bangkit, mengayunkan senjatanya. Athur mengangkap lengan, dan memelintirnya kuat kebelakang. Kakinya dengan lincah menendang, pria itu tersungkur dan terdengar bunyi.
Krak!
"Ahhh!" teriak lawan kesakitan.
"Ampun!" lawan memohon untuk di lepaskan.
Devan dengan sigap mengambil sesuatu untuk mengikat mereka. Pertarungan akhirnya berakhir, Alden sedikit terluka begitu juga dengan Devan. Tetapi kedua pria itu masih terlihat gagah.
"Bagaimana Thur? Kita jalan kaki?" Devan bertanya karena tidak mungkin untuk memutar mobil waktu akan semakin bertambah lama sampai ketujuan.
"Kita jalan. Tidak ada waktu lagi." tegasnya lalu meninggalkan lawan yang terikat di dekat mobil.
Athur mengantongi senjata di belakang, begitu juga kedua pria itu. Mereka berjalan menyusuri di kegelapan malam, hanya di temani oleh cahaya redup sang bulan. Jalan kecil, kanan kiri penuh semak yang tinggi membuat sedikit susah untuk melihat sekeliling.
"Bang berhenti." ucap Alden pelan membuat kedua pria di depan langsung berhenti.
"Ada apa?" tanya Athur menatap sang adik.
"Gua denger suara orang." ujar Alden kedua pria itu diam dalam kesunyian malam. Hembusan angin jelas terdengan namun sayup sayup terdengar suara perempuan yang seperti sedang melawan.
"Gua kenal suara itu Bang. Rara." ucap Alden membuat Athur mengepalkan tanganya.
"Cepat kita cari tau posisi mereka. Dan lo Al, cari keberadaan anak buah papa. Biar gua sama Devan mencari jalan masuk.
*****
Di dalam ruang kamar, beberapa pria melihat penuh nafsu memandang Rara. Gadis itu masih berbaring di ranjang. Posisinya saat ini duduk dengan rangan yang masih terikat.
"Hai cantik. Kita akan bersenang senang." ujar salah satu Pria itu.
"Cuih! Tidak sudi!" Rara meludahi pria itu menolak.
Rahan Rara di cekal cukup kuat. Pria itu emosi karena penolakan Rara. "Berani, hah!"
"Lebih baik gua mati dari pada harus memberikan kesucian gua pada pria bajingan Kaya lo!"
"Wah Wah ... sepertinya tahanan kita lumayan. Tidak selemah yang gua bayangkan." ujar pria yang baru masuk kedalam kamar itu.
"Bos."
Lelaki itu mendekat, jemarinya menyentuh kaki Rara naik sampai rok sekolah Rara terangkat dan paha mulus putih bersih terlihat. Membuat semua mata pasti begitu ingin menerkam gadis kecil itu.
"Bajing***!"
Bug!
"Awh." Rintih pria itu terjatuh karena tendangan dari kaki Rara.
"Bangsat!"
"Plak! Plak!
Dua tamparan mendarat di pipi Rara. Gadis itu justru terseyum mengejek. Rara benar benar tidak takut sama sekali. Baginya saat ini hanya berusaha mempertahankan keperawanannya, pasrah dengan hidup mati karena semua sudah di atur sang pencipta.
Walaupun tangan di ikat dia masih bisa menggunakam kakinya untuk melawan. Tetapi kini kedua kakinya di tahan oleh kedua pria di sampingnya.
"Lepas bajingan!" sekuat tenaga Rara berusaha memberontak. Semakin kuat memberontak semakin kuat juga lawan memeganginya.
"Oh ternyata kau ingin sensi yang berbeda gadis kecil." ucap lelaki yang kini sudah berada di tengah kakinya.
Pria itu saat ini sedang membuka gesper di hadapan Rara. "Cuih!" lagi lagi Rara meludahi jijik dengan pria itu.
Tanganya menarik rambut indah Rara kuat sampai gadis itu memekik kesakitan. "Awh!
Si pria langsung mecium bibirnya karena sadah sangat tergoda dengan keindahan tubuhnya. Jauh lebih indah dari tubuh Vina yang di lihatnya. Buah dada yang kencang dan ternyata sangat menggoda ukuranya jauh lebih besar. Bibir pink tipis sangat menggodanya, pahkan paha mulus itu benar- benar membuatnya gila.
Kedua pria di sampingnya juga saat ini benar- benar menahan gejolak gelora yang sedang meronta ronta ingin mengunjungi gua indah tempat ternyaman.
"Eeum ...," lenguhan halus mampu membuat mereka semakin berhasrat.
"Awhh!" teriak pria itu melepaskan ciumannya karena di gigit sangat kuat oleh Rara.
Terseyum dan memegani bibirnya. "Sungguh manis bibirmu. Tak tahan aku ingin menikmatinya." jemari nakal pria itu sudah mendarat di bagian intim yang masih terbungkus.
"Jangan!" teriak Rara. Kali ini gadis itu sudah benar benar pasrah. Ia menitikan air matanya tapi tetap berusaha memberontak melepaskan diri.
"Tuhan tolong jangan biarkan orang lain menikmati yang bukan haknya. Aku hanya ingin memberikannya pada suamiku." Dalam hati Rara berdoa sambil menjerit.
Rara kasian
kok bisa dinikahkan sih ?
Duh kasihan sekali masih muda 17 tahun sudah dinikahkan, terlalu muda sekali, mana suaminya juga baru kenal.....kok begitu sih ?😭