Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAMU YANG MENCURI PERHATIAN
Keesokan paginya, Gunung yang menjulang di belakang perlahan mulai terlihat, besar seperti raksasa, kokoh dan misterius. Perlahan kabut tipis yang menutupi kebun-kebun sayur di sekitar, mulai tersibak naik. Sungguh ini terlihat seperti potongan kecil surga yang jauh dari hiruk pikuk kota.
Sore ini di Grup Mo, wajah Ethan masih terlihat tidak enak dipandang. Hatinya masih terpengaruh dengan trending topik Grace dan Sean. "Si Dewi Bulan dan Sang Dewa Perang."
Baru juga Nathan masuk, sudah langsung dumarahi oleh Ethan. "Bagaimana kalian mengurus pekerjaan hah! mendapatkan satu kontrak saja mengapa begitu sulit. Apa saja kerja kalian Hah!"
"Apa perlu aku pecat kalian semua!"
Nathan terdiam, dia pun mencoba bicara "Tuan tentang Video itu...!"
Ethan pun langsung berkata, "Ya benar-benar keterlaluan, dia kan baru saja bercerai. Malah sudah menggandeng pria lain!"
"Bukankah itu namanya keterlaluan!" Kata Ethan dengan wajah masam sambil bertelak pinggang.
"Hah, bercerai!" pikir Nathan.
"Oh ini tentanf video Sekretaris Grace!" guman Nathan dalam hati.
Tiba-tiba saja hatinya terasa melega. Ternyata Tuannya itu dari hari kemarin marah bukan karena trending topik dirinya dan Nania. Setelah dipikir-pikir, mengapa harus khawatir, bukankah tidak ada yang mengenali dirinya. Karena wajahnya tertutup dengan rapi.
Ethan masih bwrtelak pinggang dengan wajah marah. "Naikan nilai investasi, bagaimana pun juga aku harus memiliki jadwal kerja Grace!"
Kali ini, setengah jiwa Nathan sudah secara penuh kembali ke raga. Dia pun kembali ke setelan sekretaris terhandal, didikan sekretaris Grace.
"Baik, akan segera menerima kabar baik!" Janji Nathan.
Sekretaris Mei saat ini masuk, "Apa sudah siap?" Katanya kepada Ethan.
Ethan menganggukan kepalanya, mengambil jasnya. Lalu pergi bersama sekretaris Mei. Hari ini Ethan berjanji kepada Sarah untuk menemaninya di peragaan busana.
Mereka pun sampai di Ballroom yang tampak seperti istana. Lantainya mengilap bagai cermin, memantulkan langkah para tamu yang masuk dengan pakaian terbaik mereka.
Di tengah ballroom, sebuah panggung catwalk panjang membentang, dihiasi pencahayaan dramatis. Lampu sorot bergerak mengikuti irama musik modern yang berdentum pelan, menciptakan aura misterius namun elegan.
Kursi-kursi berbalut kain satin berwarna gading tersusun rapi di sisi kiri dan kanan, ditempati para tamu undangan, desainer ternama, selebritas, jurnalis mode, hingga sosialita kota.
Aroma bunga mawar putih dan lily dari rangkaian bunga besar di setiap sudut ruangan menambah nuansa anggun. Layar LED raksasa di belakang panggung menampilkan logo rumah mode yang akan mempersembahkan koleksi barunya.
Ethan duduk di area depan VIP dengan aura kemewahan yang sulit diabaikan. hadir dengan setelan jas eksklusif, dasi kupu-kupu, dan jam tangan mewah yang seakan berbicara tentang status mereka tanpa perlu kata-kata.
Di sela dentuman musik pembuka yang menunggu koleksi pertama tampil, ballroom itu justru semakin ramai dengan percakapan para tamu. Bukan sekadar basa-basi, tapi juga permainan status yang halus, penuh sindiran samar dan pujian yang kadang terlalu berlebihan.
Di barisan depan, seorang sosialita dengan gaun merah menyala menoleh ke temannya sambil berbisik, cukup keras untuk didengar beberapa orang di sekitarnya.
“Sayang sekali, aku dengar-dengar model utama malam ini, memiliki jejak buruk!"
"Maksudku dia adalah wanita simpanan?" Katanya lagi sambil menyindir salah satu wanita yang duduk di dekat mereka.
Temanny yang lain pun tertawa kecil, menutup mulut dengan tangan berbalut cincin safir berukuran besar, dia lalu menjawab, “Ah, sudah biarkan saja. Dalam hidup ini siapa yang tidak punya skandal!"
Tak jauh dari mereka, seorang aktor ternama diserbu oleh para fotografer. Seorang pengusaha berumur mencoba menyapanya dengan ramah, tapi sang aktor hanya memberikan senyum singkat sebelum kembali sibuk meladeni kamera.
Sang pengusaha berdecak pelan sambil berkata kepada rekan di sebelahnya,
“Anak muda itu... terlalu cepat lupa siapa yang pertama kali mengundangnya ke acara seperti ini.”
Sementara itu, di barisan tengah, beberapa tamu saling melontarkan pujian yang terdengar manis namun mengandung lapisan persaingan.
“Gaunmu indah sekali! Dari koleksi Paris terbaru, ya?” tanya seorang wanita bergaun hijau zamrud.
“Oh, bukan, sayang. Ini dibuat khusus untukku. Jadi memang tidak ada di butik mana pun.” jawab si pemilik gaun dengan senyum puas, membuat beberapa pasang mata menoleh penuh rasa iri.
Ballroom itu kini tak hanya menjadi tempat menunggu busana dipamerkan. Namun, sudah berubah menjadi ajang pertarungan gengsi, di mana setiap tatapan, senyuman, dan bisikan kecil membawa cerita tersembunyi di balik kilau glamour. Sementara itu Grace baru saja tiba di rumahnya.
Pada saat ini, ponsel Grace berdering. Itu adalah panggilan dari Nathan. "Kak Grace lelah tidak?"
"Mau ikut tidak, ke peragaan busana!"
"Tidak... tidak, aku mau beristirahat saja!" Jawab Grace.
Mendengar suara Grace yang memang terdengar lelah. Nathan pun tidak memaksa
Hari ini Grace merasa sangat lelah, dia memilih tidur lebih awal, dia pun mematikan ponselnya. Tidak ingin tahu apa pun tentang dunia luar. Mengisolasi dirinya untuk beberapa jam ke depan.
Pada saat ini, di balroom, suara MC dengan intonasi penuh wibawa menggema, mengumumkan dimulainya peragaan. Lalu, lampu meredup sejenak. Hening menyelimuti ballroom, hanya tersisa suara langkah model pertama yang muncul dari balik panggung.
Gaunnya panjang berkilau, menyapu lantai dengan gemulai, membuat semua mata terpesona. Sorak kagum kecil terdengar, kamera berkilat, dan suasana menjadi hidup, sebuah pesta kemewahan mode di panggung ballroom yang megah.
Pada saat giliran Sarah tampil, terdengar riuh ramai di pintu masuk. Kedatangan Sean saat ini langsung saja mencuri perhatian. Semua sibuk berdiri tapi menoleh ke belakang.
"Hei lihat, sang dewa petir ada di sana!" kata salah satu wartawan.
"Apakah Si Dewi bulan juga datang?" Sambung wartawan yang lain.
Ethan juga langsunh berdiri, dia langsung melangkah ke arah Sean. Berharap, Grace ada di sisi Sean, dalam hati dia ingin langsung membawa pulang Grace.
Sekretaris Mei, membukakan jalan untuk Ethan. Pada saat ini dua pria tampan beediri, berhadapan saling memandang. Aura mewah dari keduanya sulit diabaikan. Kilatan cahaya kamera langsung menghujani keduanya. Momen langka seperti ini jelas tidak bisa mereka lewatkan begitu saja.
Di atas panggung, Sarah merasa kesal, dia serasa ingin meledakan seluruh ballroom. Perhatian yang harusnya teetuju kepadanya malah langaung dicuri oleh orang yang baru saja datang.
Penampilan perdana Sarah langsung gagal total, malam ini harusnya dia yang jadi bintang. Tapi malah salah satu tamu undangan mencuri momen perdananya.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan lupa klik :
Like
Tulis komentar kalian
Vote
Subscribe/favoritkan buku ini. Klik tanda love
Berikan penilaian ulasan rating bintang 5
Ethan..kalau kamu mau Grace berarti kamu harus buang si Sarah..jangan jadi orang serakah
udah Sean..kamu sama Cheryl saja 🤭