'Apa - apaan ini?'
Aira Tanisa terkejut saat melihat lelaki yang baru saja menikahinya.
Lelaki itu adalah salah satu juniornya di kampus! Disaat Aira sudah menginjak semester 7, lelaki itu baru menjadi maba di kampus mereka!
Brian Santoso.
Lelaki yang dulu adalah mahasiswa dengan sikap dinginnya.
Dan sekarang Lelaki dingin itu telah resmi menikahinya!
Aira sangat lemas memikirkan semua ini. Bagaimana ia menghabiskan setiap harinya dengan lelaki berondong yang dingin itu?
Terlebih saat mereka menikah karena dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
"Aku tidak menyangka, jika suamimu bisa menyeramkan itu." Riana yang baru saja keluar dari toilet bersuara. Ia mendapati Aira melakukan hal yang sama, dengan wanita itu yang mencuci tangan dan merapikan penampilannya di depan cermin.
"Ria!"
Aira melirik ke sekitar. Takut mendapati jika ada seseorang di sekitar mereka. Namun ia seketika menghela nafas ketika tidak menemukan orang lain di toilet. Itu artinya hanya ia dan Riana yang ada di kamar mandi itu.
"Begitu Pak Brian memasuki ruang rapat, aku merasa jantungku seperti berhenti berdetak. Apalagi melihat tatapannya yang begitu tajam. Seolah mampu menusuk, seperti sebuah pisau yang begitu tajam dan mengoyak para musuhnya dengan begitu sadis."
Kalimat perumpamaan yang dilontarkan oleh Riana membuat Aira geleng kepala. Meski Ia juga memikirkan hal yang sama. Tapi pantang bagi Aira untuk mengakui itu.
Karena jika ia mengakuinya, Bukankah ia mengakui jika ia juga takut kepada Brian? Dan Aira tidak menginginkan itu.
"Tapi aku cukup puas dengan usulan dan juga keputusan yang diberikan oleh Pak Brian." Riana tersenyum lebar mengingat raut ketidakpuasan Arsen.
"Bukankah kamu ingat? Ketika produk terakhir yang kita pasarkan dengan langsung menyewa seorang aktris ternama seperti keinginan Pak Arsen. Produk kita memiliki kendala di awal peluncuran, karena masyarakat kurang meminati produk itu. Namun sekarang aku setuju dengan pendapatmu dan juga Pak Brian. Para selebgram jauh lebih sering memasarkan produk di akun media sosial mereka. Dan mereka tahu jika para pengikut setia mereka pasti akan mengikuti apa yang digunakan oleh mereka. Dan aku yakin jika produk kita kali ini, akan lebih cepat berkembang di pasaran." Riana sangat optimis dengan semua pemikirannya.
"Tapi Pak Brian keren juga Ai." Riana kembali bersuara dengan senyuman dan matanya yang melirik nakal.
Aira yang baru saja mencuci tangan, hanya bisa menghela nafas melihat tingkah jahil sang sahabat.
"Bagaimana ia mengintimidasi ruangan itu dengan perkataan yang begitu tajam kepada Pak arsen. Membuat Pak Arsen sendiri sampai tidak bisa berkutik. Baru kali ini aku melihat Pak Arsen kicep menghadapi seseorang."
Ucapan Riana yang penuh dengan lamunan itu hanya saja ditanggapi oleh Aira dengan memutar bola matanya. Ia merapikan riasannya yang terlihat sedikit memudar di depan cermin. Memoles wajahnya dengan bedak yang ia bawa, ingin terlihat lebih segar siang ini.
"Jika saja Pak Brian belum menikah. Aku pasti sudah jatuh cinta kepadanya."
Dan sontak ucapan Riana menghentikan pergerakan Aira, yang memoles lipstik di bibirnya.
"Jangan marah dulu Ai." Riana dengan cepat menyela dan menepuk pundak Aira.
"Aku tidak akan jatuh cinta pada Pak Brian kok. Secara sudah jelas jika pak Brian telah jatuh pada pesonamu seorang." Sungguh ucapan yang sangat puitis yang membuat Aira tersenyum tajam.
Aira malah berdecak melihat Riana yang terlalu berlebiha.
"Sepertinya pesona seorang CEO memang begitu mengagumkan. Andai saja aku menemukan seorang CEO yang masih single. Pasti aku akan mendekati dan memeletnya, agar ia takluk pada pesonaku."
Kekehan kecil menyadarkan Riana dari lamunannya dan ia melihat si pelaku yang menertawainya dengan puas. Tidak ingin lamunannya rusak dengan kalimat sinis yang akan dilontarkan oleh Aira, Riana segera merapikan riasannya.
"Tapi mungkin dengan begini Pak Arsen akan sadar. Jika ia tidak seharusnya menyepelekan keberadaan Pak Brian. Karena meskipun usia Pak Brian jauh lebih muda dari Pak Arsen. Dan pengalaman kerja yang dimiliki oleh Pak Arsen lebih banyak. Tapi setiap ide dan masukkan yang disampaikannya di ruang rapat tadi, membuktikan jelas. Bahwa meskipun ia tidak memiliki pengalaman yang banyak, tapi insting tajam seorang pebisnis melekat penuh pada jiwanya. Ia benar-benar keturunan seorang Harry Santoso." Riana kembali memuji Brian.
AAku sudah selesai. Jika kamu masih ingin berada di sini. Aku akan pergi lebih dahulu." Aira memasukkan beberapa peratalannya yang lain ke dalam tas. Menoleh kepada Riana yang melotot karena ucapannya.
"Kamu sungguh tega!" Riana berseru melihat Aira yang telah siap-siap.
"Riana, aku harus mengantarkan makan siang ke ruangan Brian." Aira akhirnya berbicara dengan nada yang lebih perlahan. Memandangi sahabatnya dengan sorot wajah yang lebih penasaran.
"Brian memberikan syarat kepadaku. Meskipun aku bekerja di sini, tapi aku tidak boleh melupakan tugasku untuk memberikan ia makan siang." Aira menjelaskan.
Kembali senyuman jahil didapati oleh Aira di wajah Riana.
"Dan tolong jangan beranggapan yang tidak-tidak. Karena aku harus segera pergi mengantarkan makan siang Brian ke ruangannya." Aira berpaling dari cermin dan menatap Riana yang mengikutinya.
"Jika ada yang menanyakan ke mana aku pergi. Kamu bisa membuat alasan bukan?" Menatap sahabatnya dan berharap Riana bisa diajak bekerja sama.
"Tentu saja aku akan melakukan itu." Riana langsung berseru.
"Terima kasih Ria." Aira dengan cepat memeluk Riana. Merasa senang karena ia bisa mengandalkan sahabatnya itu.
"Usahakan kamu tidak perlu memakai lift khusus para direksi. Agar tidak ada lagi yang mencurigaimu!" Peringatan dari Riana membuat Aira mengangguk dengan singkat.
"Iya. Aku akan mengingat itu."
Aira juga tidak ingin jika ada seseorang yang mencurigainya kembali turun dari lift yang dikhususkan untuk direksi.
"Kalau begitu aku pergi dulu Riana." Aira segera keluar dari toilet itu.
Sedangkan Riana kembali melanjutkan kegiatannya.
Aira telah meminta orang rumah untuk mengantarkan bekal makan siang untuk Brian ke perusahaan ini dan dititipkan di lobby perusahaan. Ia segera ke lobi untuk mengambil bekal makan siang itu dan segera berjalan menuju lift.
Memperhatikan sekitar, ia langsung menuju lift karyawan dan menekan tombol lantai 29. Di mana keberadaan kantor Brian berada. Merasa sedikit bersyukur karena lift yang ia naiki kosong. Mungkin karena para karyawan telah beranjak makan siang.
Aira harus bergegas sebelum ada yang kembali dan melihatnya lanjut menaiki lift hingga ke lantai 29. Karena lantai 30 diperuntukkan untuk mertuanya sebagai Direktur.
'Ting!'
Begitu sampai di lantai 29 dan denting lift itu terbuka, Aira segera keluar dari dalam lift. Melangkah menuju ruangan Brian, Aira mendapati sang sekretaris yang sedang makan siang di meja itu.
"Selamat siang pak Ari." Menyapa dengan perlahan, Aira tersenyum kecil.
"Selamat siang bu. Sudah ditunggu Pak Brian di dalam." Ari dengan cepat bersuara dan menunjuk pintu ruangan Brian.
"Saya hanya ingin mengantarkan makan siang Pak Brian, yang dititip di lobby." Aira mencoba menjelaskan.
"Tidak usah menjelaskan seperti itu bu. Saya sudah paham jika Bu Aira sebenarnya adalah istri pak Brian." Ucapan itu membuat Aira terkejut.
Ia tidak menyangka jika Ari akan mengetahui status pernikahan antara ia dan Brian. Padahal tidak ada orang yang tahu di perusahaan ini selain Riana.
"Saya adalah orang pak Brian, yang sejak lama sudah ditempatkannya di perusahaan ini. Dan saya sudah tahu dari Pak Brian, jika Bu Aira adalah istrinya." Kembali ucapan itu membuat Aira semakin terkejut.
"Dan saya sudah berjanji kepada pak Brian. Jika saya tidak akan membocorkan rahasia ini."
Ucapan Ari sekali lagi membuat Aira benar-benar terkejut. Ia merasa lega jika Ari tidak akan membocorkan rahasia ini.
"Kalau begitu aku masuk ke dalam." Aira menunjuk ke ruangan Brian dan meninggalkan Ari yang mengangguk.
Aira sungguh sangat bingung harus bereaksi seperti apa. Mengetahui ternyata Ari tahu jika ia adalah istri seorang Brian Santoso.
........................
masa gitu aja ga tau
kau ini Aira lemottttt
semoga aja suamimu jadi imam yg baik ga melenceng
suami istri ada masanya loh kalau berturut turut ga ada nafkah lahir batin jatuhnya apa ?