Syifa Anandia, gadis berusia dua puluh tahun, mempunyai kakak tiri bernama Erlinda Aulia. walau mereka saudra tiri, kasih sayang mereka seperti saudar kandung, Namun berbeda dari Ibu Erlinda, yaitu ibu Ningsih, dia sama sekali tidak menganggap Syifa sebagai anak, Erlinda sudah bertunangan dengan laki laki yng tampan dan sudah mapan dari segi ekonomi, tunangannya bernama Elvan Pamungkas,
Hingga suatu hari, ketika Erlinda menyuruh adiknya Syifa untuk menjemputnya di kantor, terjadilah sebuah kecelakaan, mengakibatkan Erlinda meninggal dunia, sebelum Erlinda menghembuskan nafas terakhirnya, dia meminta Elvan untuk menikahi Syifa, dan mencintai Syifa setulus tulusnya, namun disisi lain, Elvan menganggap Syifa adalah penyebab Erlinda meninggal, dan kala itu Syifa sudah dekat laki laki yang bernama Mahardika steven atau Dika pembisnis muda yang sangat sukses, namun dia bekerja sebagai satpam perusahannya sendiri.
Bagaimana kelanjutan kisah Syifa, Dika dan Elvan, antara janji dan cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lies lies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31 Kejujuran Elvan
Dika kembali ke apartemennya, dia memikirkan apa yang di ucapkan Bayu, hari ini dia akan menemui Syifa. Dika mengambil kunci ducatinya yang ada di atas nakas lalu berlalu kerumah Syifa.
Setelah sampai dirumah Syifa hanya bu Ning yang ada dirumah.
"Ngapain cari Syifa, Dik " kata Bu Ning ketus.
" Ada hal yang harus Dika bicarakan dengan Syifa bu, " jawab Dika.
" Syifa gak dirumah dia lagi kerja, sudah sana kamu pergi," Bu Ning mengusir Dika, namun pandangan bu Ning beralih ke Ducati Dika yang terparkir di depan rumah "loh itu motor besar punya siapa kamu pinjam atau nyuri, Dik, "
" Itu punya Dika, " sahut Dika
" Punya kamu,, " Bu Ning tidak percaya dengan ucapan Dika, " Kamu cuma satpam Dika, mana mungkin bisa beli motor besar itu, " ejek bu Ning.
" Terserah ibu, maaf bu Dika pamit dulu, ". Diks memakai helmnya.
"Daripada Syifa sama kamu mending sama Bayu, " ucap Bu Ning terasa membandingkan Bayu dan Dika.
Namun Dika tak menghiraukan ucapan Bu Ning, dia ingin segera menemui Bayu kembali menanyakan keberadaan Syifa.
Pak Steven sedang mengadakan rapat dengan beberapa pimpinan departemen di perusahaannya termasuk Bayu dan Elvan.
Dika langsung masuk saja tanpa mengetuk pintu membuat semua yang hadir merasa heran, karena merak tahunya Dika hanyalah satpam di perusahaan itu.
Pak Steven menatap tajam Dika, seolah olah dia tidak suka dengan kehadiran Dika.
"Mas Dika, kenapa anda masuk ke ruang rapat, dan tiba tiba nyelonong masuk, " ucap Pak Daniel salah satu pimpinan departemen.
Elvan tersenyum sinis, " Anda benar Pak Daniel ini bukan tempat satpam, ".
" Diam kamu Elvan, " Dika membentak Elvan di hadapan para mereka.
" Mau apa kamu kesini, " Tanya Pak Steven tanpa melihat wajah Dika.
" Aku hanya ingin bicara dengan Bayu, " ucap Dika.
Bayu berdiri, " Kita bicara diluar, "
" Bayu jangan kamu tinggalkan ruangan ini, , " Pak Steven mencegah Bayu, sementara Dika masih berdiri. Pak Steven mengakhiri pertemuan hari ini.
Elvan keluar namun dia bukannya kembali keruang kerjanya, justru menguping pembicaraan Pak Steven dan anaknya.
Pak Steven masih duduk di kursi kebesarannya, sementara Bayu tetap duduk di tempat. " Papa ingin tahu apa yang ingin kamu tanyakan ke Bayu," Pak Steven menoleh Ke Dika yang masih berdiri.
" Dika, hanya ingin tahu dimana Syifa " ucap Dika dia memandang tajam Bayu. Namun Bayu hanya bersikap santai.
"Dika papa sudah lihat perbedaan kamu dengan Bayu, kamu hanya memikirkan wanita saja tanpa kamu memikirkan tugas kamu sebagai anak, "
" Tugasku sebagai anak, bukannya papa hanya menganggap Bayulah anak papa, papa sengaja memisahkan aku dan Syifa hanya untuk Bayu kan, "
" Ya, karena Bayu lebih layak untuk mendapatkan Syifa.
Elvan yang diluar tak begitu jelas mendengar perbincangan antara ayah dan kedua anaknya itu. Elvan masih fokus menempelkan telinganya di pintu, namun tiba tiba Erlinda datang.
" Mas Elvan, kamu lagi ngapain, " tanya Erlinda.
" Erlinda, gak lagi ngapain kok " Elvan begitu gugup memberikan jawaban.
" Kita bisa bicara sebentar mas, " ucap Erlinda.
" Oh ya, " Elvan melihat jam tangannya, waktu menunjukan pukul setengah dua belas " Kita sekalian makan siang, "
Elvan dan Erlinda pergi bersama, dalam hati Elvan begitu kesal kenapa Erlinda tiba tiba datang. " Sial kenapa Erlinda harus datang si" gerutu Elvan dalam hati.
" Pa, ini urusan Bayu dengan Mas Dika, lebih baik papa tidak usah ikut campur urusan kita berdua," sahut Bayu.
" Oke kalian selesaikan urusan kalian, papa pergi dulu ". Pak Steven meninggalkan Bayu dan Dika diruangan. Kebetulan sekali Pak Steven mendapat telepon dari seseorang.
" Sekarang Syifa dimana Bay, " tanya Dika.
" Syifa sekarang kerja denganku, dia merawat mama, " jawab Bayu santai.
" Dimana, "
" Dirumah sakit jiwa, "
" Rumah sakit jiwa, " Dika merasa tak percaya mendengar ucapan Bayu.
" Kenapa mas, kamu gak percaya, sekarang waktunya aku jenguk mama, kalau mas Dika mau ketemu Syifa boleh ikut dengan ku, " Bayu merapikan beberapa dokumen yang masih menumpuk di meja.
" Oke, kita pergi bareng, " jawab Dika.
Bayu dan Dika pergi ke rumah sakit jiwa. Dimana Bu Fara dirawat.
*****
Elvan dan Erlinda makan siang di restoran yang dekat dengan perusahaan, mereka berdua terdiam hanya menikmati makan siang saja. Setelah selesai makan obrolan dimulai karena Elvan merasa Erlinda begitu sangat berbeda.
" Kamu bilang ada hal yang ingin di bicarakan, kenapa harus diam seperti ini,, "
Erlinda menghela nafas sangat berat mulutnya untuk mengutarakan apa yang selama ini dipendam di hati. " Mas, apa kamu mencintai Syifa, " pertanyaan itu akhirnya terlontar dari mulut Erlinda.
Elvan terdiam dia menatap Erlinda dalam dalam, " apa kamu butuh jawaban jujur Lin, "
" Iya,, walau itu sangat menyakitkan mas. " Jawab Erlinda yang sedang menahan air matanya agar tak kelaur.
" Iya Lin, sebenernya aku sangat mencintai Syifa "
Deg, rasanya begitu sangat sakit Erlinda mendengarnya.
" Sebenernya Lin pertama kali aku melihatmu, aku jatuh cinta padamu, namun setelah aku melihat Syifa cintaku ke kamu berubah, hanya ada Syifa, dia sangat cantik, sederhana,, dan dia,,,,, "
" Cukup mas, " Erlinda menyela ucapan Elvan telinganya terasa panas mendengar pujian Elvan terhadap Erlinda. Erlinda meneteskan air matanya, " Sekarang kita putus mas, " ucap Erlinda sambil menyeka buliran kecil yang jatuh di pipi.
" Putus, gak mungkin Lin, walau cinta sama Syifa, tapi aku tetap menikahi kamu, kesucian kamu sudah aku renggut Lin,"
" Sudah cukup mas, " Erlinda berlari meninggalkan Elvan sendiri, sesekali dia menyeka air matanya. Erlinda kembali ke kantor menggunakan taxi, dia pun ijin untuk pulang.
Hati Erlinda begitu sangat hancur, sebentar lagi dia akan menikah, dia tidak mungkin membatalkan pernikahannya karena kesuciannya sudah hilang oleh Elvan. Namun dia pun tidak ingin hidup dengan lelaki yang tak mencintainya.
Pilihan yang sangat dilema untuk Erlinda, dia pun sadar setelah kejadian di rumah Elvan orang tua Elvan tidak menyukainya. Ibu Laras mengira Erlinda perempuan tidak baik.
Erlinda pulang kerumah dia mengunci dirinya di kamar, dia terus menangis di kamarnya. Erlinda bingung apakah dia akan menceritakan semuanya ke ibunya atau hanya memendam sendiri.
Jika dia bercerita tentang Elvan hanya mencintai Syifa, maka ibunya semakin membenci Syifa, dia pun takut kalau sang ibu akan kecewa kalau tahu dirinya sudah berhubungan badan dengan Elvan sebelum menikah.
Erlinda merasa ini adalah karma atas perbuatannya dan sang ibu di masa lalu, yang telah merebut ayah Syifa, hingga membuat Syifa menderita dan kehilangan sang ibu dari kecil.
Mengingat hal itu membuat Erlinda semakin terpuruk dan penuh penyesalan, dia malu jika Syifa tahu tentang kondisinya dengan Elvan. Bagaimanapun keadaan dirinya saat ini Syifa jangan sampai tahu.