Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.
Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.
Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.
Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?
Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Pria Kejam
❤️❤️❤️
Waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.
Ke dalam kamar besar di tingkat paling atas
saat ini muncul satu sosok tinggi tegap yang
baru saja datang dengan mengenakkan mantel
yang terlihat sedikit basah terkena percikan
kabut tebal. Mungkin orang lain tidak ada yang
tahu, dia baru saja kembali setelah melakukan
patroli. Setelah memastikan semuanya aman
dan terkendali dia baru kembali ke dalam kapal.
Pikirannya sejak tadi sudah tertuju pada satu
orang yang ada di dalam kamar ini, dia belum
sempat menemui wanita yang berstatus sebagai
istrinya itu sejak terakhir bertemu di pesta tadi.
Untuk sesaat sosok itu yang tiada lain adalah
Aaron berdiri mematung di tengah ruangan.
Matanya terfokus pada sosok cantik yang kini
sedang meringkuk manis di sofa yang ada di
dekat dinding kaca di ujung ruangan.
Aaron melangkah tenang kearah keberadaan
Raya, menatapnya lekat dan dalam. Kenapa
wanita ini suka sekali tidur di sofa dengan
posisi meringkuk seperti ini.? Kucing liar manis..
Bibir Aaron terangkat sedikit, wajah nya kini
tampak sedikit memerah saat dia mengingat
bagaimana wanita ini tadi berdansa dengan
sangat memukau, benar-benar tidak menduga
kalau wanita kasar ini memiliki kemampuan
lebih seperti itu, sangat mengesankan.!
Perlahan Aaron berjongkok di hadapan Raya
yang berada pada posisi miring dengan wajah
tersandar pada pinggiran sofa dan tangan yang memeluk lutut, benar-benar menggemaskan.
Aaron terdiam memandangi detail wajah cantik
itu dengan seksama. Di mulai dari alisnya yang terbentuk alami, lalu turun ke bulu mata lentik
natural yang menghiasi mata indahnya dengan tatapan sendu nan membius, kemudian beralih
pada hidung kecil mancung, dan berakhir pada
bibir ranum yang memiliki bentuk sangat indah,
sensual dan menggoda. Semua kecantikan itu
terbingkai sempurna dalam bentuk muka yang
benar-benar menarik dan istimewa.
Aaron menghela nafas panjang sambil menelan
salivanya yang mengganjal di tenggorokan saat
tatapannya jatuh di bibir ranum merah alami dan sedikit lembab itu. Dia berusaha sekuat tenaga
untuk tetap mengontrol hasrat dan gairahnya
yang selalu saja menanjak tiap kali bersentuhan
dengan wanita ini.
Perlahan Aaron meraih tubuh Raya ke dalam
pangkuannya, kemudian melangkah ke arah
tempat tidur dan membaringkannya dengan
hati-hati. Raya memiringkan tubuhnya ke sisi
tempat tidur sambil memegang erat tangan
Aaron yang masih berada bagian lehernya.
"Kenapa kau jahat sekali padaku..!"
Gumam Raya pelan dalam tidurnya setengah
mendesah. Aaron terdiam, menatap lekat
wajah Raya yang terlihat menampakkan raut
kesal. Bibirnya kini menyeringai tipis penuh ironi.
"Aku tidak ingin kau terluka terlalu dalam.
Cukup berikan aku keturunan, setelah itu
hidupmu akan kembali bebas.!"
Desis Aaron masih menatap lekat wajah Raya.
Tidak lama dia menarik tangan nya dengan
hati-hati agar tidak membangunkan wanita itu.
Setelah itu beranjak masuk ke dalam kamar
mandi untuk membersihkan diri.
Selang beberapa menit Aaron keluar dari kamar
mandi, sudah berganti pakaian dengan yang
lebih santai. Setelan celana dan kaos putih pas
body. Dia segera mengambil tempat di ujung
ruangan untuk melaksanakan ibadah sholat
isya yang belum sempat di lakukan nya karena
keterbatasan waktu yang begitu padatnya. Dia
juga melanjutkan kegiatan ibadahnya dengan
melaksanakan sholat malam.
Setelah semua di laksanakan Aaron berjalan
kembali kearah tempat tidur. Dia terlihat ragu
untuk naik ke atas kasur, tapi tubuhnya saat
ini benar-benar butuh istirahat yang cukup.
Sudah beberapa malam dia tidak tidur dengan
benar karena kesibukannya.
Dengan sedikit ragu dia naik keatas tempat
tidur, kemudian merebahkan tubuhnya di
samping Raya yang sudah kembali meringkuk
dan bergelung manja dengan kedua tangan
dipakai untuk menopang wajah nya. Aaron
memiringkan tubuhnya ke arah Raya. Dia
kembali memandang tenang wajah cantik
itu dengan bibir yang terangkat sedikit.
Gila ! sekarang ini statusnya sudah berubah
tanpa pernah terbayangkan sebelumnya bahwa
dia akan menikah dengan wanita yang tidak di
kenalnya sama sekali. Tangan Aaron bergerak
meraih rambut yang menghalangi sebagian
wajah cantik Raya kemudian merapihkannya
agar dia bisa menatap wajah itu sepuasnya
sampai akhirnya matanya kini tertutup rapat.
Rasa lelah itu sudah menenggelamkan nya
ke dalam mimpi dan tidak sadar tubuh mereka
kini sudah saling mendekat seolah mencari
kenyamanan dan kehangatan dan akhirnya menemukannya.
***
Suara alarm pengingat di ponsel membawa
Raya terbangun dari tidur lelapnya, tidur yang
terasa begitu nyenyak dan nyaman. Perlahan
dia membuka mata dan menggerakkan tubuhnya, namun matanya kini mendadak menatap horor
kearah sosok gagah yang ada di hadapannya,
begitu dekat, rapat bahkan kini kepalanya ada
di atas lengan kokoh pria itu. Sedang lengan
kanan pria itu melingkari tubuhnya dengan
kuat, mengurung nya posesif.
"Aaron... kenapa dia bisa di sini.."
Raya menutup mulutnya dengan ekspresi yang
terlihat begitu syok mendapati kenyataan dia
berada satu kasur dengan pria ini, bahkan saat
ini tubuhnya ada dalam kekuasaan nya. Kapan
pria ini masuk ke dalam kamar, kenapa dia tidak
ingat sama sekali dengan kedatangan nya. Dia
ingin berteriak, mengumpat, memukul kalau
perlu menendang pria ini, tapi suaranya tidak
keluar sama sekali. Dia benar-benar terkejut.
Tubuhnya tiba-tiba saja menegang dan gemetar
menyadari semalaman dia berada di dekat pria
yang telah menorehkan luka tak kasat mata itu.
Dengan hati-hati dia mengangkat lengan kokoh
pria itu dari pinggangnya dengan tatapan tidak
lepas dari wajah tampan yang terlihat tenang
dan sangat kelelahan itu.
"Bisakah kau membiarkan aku tidur dengan
tenang. Aku baru saja memejamkan mata.!"
DEG !
Gerakan Raya terhenti, dia menatap reaksi di
wajah datar itu penuh antisipasi. Matanya
masih terpejam tapi mulutnya sudah rese.
"Ba-bagaimana.. kau bisa ada di sini.?"
"Ini adalah kamar pribadi ku, siapa yang akan
melarang ku datang kesini.!"
"Kalau begitu kenapa kamu menempatkan ku
di kamar ini, kenapa tidak di kamar lain saja.!"
"Kau itu istriku, harus selalu berada dalam
pengawasanku.!"
"Aku hanyalah istri bayangan mu.! Kau tidak
perlu terlalu mengekang ku Yang Mulya.!"
Ketus Raya yang membuat Aaron membuka
matanya seketika. Mata mereka kini bertemu,
saling menatap kuat dengan sorot mata yang
terlihat sangat kompleks. Ada luka dan benci
yang terpancar nyata dari mata Raya.
"Selama statusmu masih istriku, jangan pernah
berani macam-macam di belakangku. Aku bisa
berlaku sangat kejam dan licik !"
Desis Aaron dengan raut wajah yang terlihat
sedikit keras di sertai aura yang sangat dingin.
"Tidak perlu di ingatkan, aku tahu batasanku.
Tapi aku tidak yakin dengan statusku sendiri."
"Jalani semuanya sesuai dengan keadaan.
Jangan memikirkan yang tidak perlu kau
pikirkan.! Tugasmu hanyalah menuruti ku.!"
"Apa kau pernah memikirkan bagaimana
perasaanku.?"
"Itu tidak penting bagiku.! "
"Kau benar-benar kejam.! Kita bahkan tidak
saling mengenal sebelumnya.!"
"Itu bukanlah hal besar bagiku.!"
Raya menatap wajah Aaron dengan perasaan
yang benar-benar terluka. Tidak salah lagi pria
ini memang tidak berhati.!
"Baiklah, aku hanya akan melakukan semua
sesuai keinginan mu. Kalau begitu katakan
padaku, dimana seharusnya aku berdiri.?"
Mata mereka kembali bertemu panas. Aaron
Menyeringai licik membuat Raya bergidik ngeri
dan menatapnya penuh antisipasi.
"Di luar kau adalah sekretaris pribadi ku, tapi
di dalam kamar kau hanyalah istriku.!"
Raya terhenyak, dia menggelengkan kepala
tidak terima dengan sikap otoriter pria jahat
itu. Manusia ini selalu saja seenaknya, tidak
mau di bantah dan tidak berperasaan.
"Kau.. pria paling arogan yang pernah aku
temui.! Semoga Tuhan menyelamatkan ku
dari pria jahat seperti mu.!"
Wajah Aaron seketika bereaksi sedikit aneh.
Dalam gerakan cepat dia menarik kembali
tubuh Raya dengan melingkari pinggangnya
kuat lalu mencengkeram dagunya hingga kini
wajah mereka saling berhadapan, hanya
tersisa beberapa inchi saja.
"Aku mau lihat apa kali ini kau bisa selamat.!"
Desis Aaron dengan suara yang sangat berat
dan tatapan mata yang mengunci bibir Raya
yang kini sudah dalam mode tegang akut.
"A-Aaron..biarkan aku turun.!"
"Kau harus membayar ulah mu semalam.!"
Raya menautkan alisnya dengan tubuh yang
semakin bergetar di telan ketegangan. Dia
berusaha mendorong tubuh sekokoh karang
di lautan itu, tidak tergoyahkan sedikit pun.
"Apa maksudmu.? apa salahku..?"
"Kau sudah menolak ku dan menghinaku.."
"Aku tidak mengerti maksudmu, aku..."
Belum sempat Raya meneruskan kata-katanya
Aaron sudah menyergap bibirnya, **********
rakus dan kuat. Raya membulatkan matanya,
tidak menduga akan di serang demikian. Dia
berusaha melepaskan diri namun Aaron tidak memberinya kesempatan. Dia sudah menguasai
bibir Raya dengan ********** kuat, menyesap,
menjilat dan berusaha menerobos masuk.
Darah Aaron mendidih seketika saat segala keinginannya yang tertahan sedari malam kini terlampiaskan. Dia tidak akan melepaskan
bibir yang penuh dengan madu ini. Ciumannya semakin lama semakin panas dan liar.
Raya masih berusaha melepaskan ciuman itu,
namun Aaron mengunci bibirnya dan kini ada
hawa panas yang mulai menjalari aliran darah
nya membuat tubuhnya lemas, tangannya yang
ada di dada Aaron terus memukuli nya untuk melepaskan ciuman itu. Namun saat ciuman
Aaron berubah lembut dan intens, penolakan
yang di lancarkan Raya mulai mengendur, dia
juga sudah kehabisan tenaga.
Aneh ! ketegangan yang tadi di rasakannya kini
tiba-tiba saja hilang dari tubuhnya, musnah tak
berbekas, berganti dengan sensasi aneh, panas
di sekujur tubuhnya. Ciuman yang di lancarkan
Aaron semakin lama semakin panas. Namun
akhirnya Aaron terpaksa melepaskan pagutan
nya saat menyadari Raya sudah benar-benar
kehabisan napas .
Raya tampak megap-megap meraih oksigen
sebanyak-banyak nya untuk memasok udara
ke dalam sistem pernapasan nya. Tidak lama
Aaron mencoba kembali memagut bibir yang
sudah setengah membengkak itu. Namun Raya
dengan cepat melepaskannya lalu mendorong
keras dada laki-laki itu dan segera menjauhkan
diri dari jangkauannya
"Cukup..! jangan lakukan lagi. Sudah cukup.!"
Raya menatap tajam wajah Aaron dengan
sorot mata penuh ancaman membuat pria
itu terdiam, menatap datar wajah cantik Raya
yang memerah dan kini ada lelehan air mata
yang menuruni pipi mulusnya. Raya mundur
beringsut berusaha menjauh dari Aaron.
"Aku tidak ingin kau melakukannya lagi. Kita
hanya terikat pernikahan di atas kertas saja.
Kau sendiri yang menginginkan hal itu.!"
Tegas Raya dengan tatapan tajam menusuk
membuat Aaron membeku. Dengan gerakan
terburu-buru Raya turun dari atas tempat tidur kemudian berlari menuju kamar mandi. Aaron
terdiam, memegang bibirnya sambil merenung.
Ada segaris senyum smirk yang terlukis. Tidak
salah lagi wanita ini memang memiliki racun
yang mampu menyengat siapapun yang akan
datang mempermainkan nya.
***
Sekitar jam 8 pagi beberapa pelayan datang
ke dalam kamar membawakan sarapan pagi.
Entah kemana pria itu karena saat Raya keluar
dari kamar mandi dia sudah tidak nampak lagi
di atas tempat tidur. Pagi ini dia harus kembali
bertugas, menemani bos nya itu beraktifitas.
Untuk beberapa saat Raya kembali merenung.
Harus bagaimanakah kini dia bersikap. Pria itu
benar-benar tidak berperasaan. Dan kini dia
terjebak dalam peraturan tidak masuk akalnya.
Raya sudah siap dengan setelan cantik semi
formalnya namun tetap terkesan feminim. Dia
segera menyantap sarapannya karena dirinya
butuh tenaga full. Dia tidak ingin kejadian tadi
malam kembali terulang, di kritik habis-habisan
oleh pria tak berperasaan itu. Setelah semuanya
siap dia keluar dari kamar langsung menuju
ruangan kerja Aaron yang ada di lantai 5. Saat
dia baru saja turun dari tangga pria itu ternyata
sudah menunggunya tepat di bawah tangga
membuat Raya sedikit merasa tidak enak.
Siap-siap di omelin lagi kalau begini.
Pagi ini Aaron mengenakkan pakaian yang
tidak terlalu formal, hal itu membuat dia terlihat
lebih fresh dan terkesan lebih hangat tidak
sedingin biasanya. Untuk sesaat mereka berdua
saling menatap, saling melihat satu sama lain,
datar saja, tidak ada reaksi berlebihan dari
keduanya walau sesungguhnya hati mereka
bergejolak. Tanpa kata Aaron mulai melangkah
tenang di ikuti oleh Raya, Alex dan Griz serta
beberapa pengawal pribadi yang selalu setia menemani kemana kaki Tuannya itu melangkah.
Tiba di lantai 4 rombongan itu masuk ke dalam
sebuah ruangan yang cukup luas dengan interior
khusus yang serba mewah dan glamor. Mata Raya
kini menatap terkejut saat menyadari mereka
masuk ke dalam ruang makan keluarga kerajaan.
Di sana ada sebuah meja bulat panjang dengan
desain yang sangat mewah dan klasik. Ternyata
di tempat itu sudah menunggu semua orang.
Raja Williams berada di kursi utama, kemudian
Ratu Viginia, Arabella, Arthur dan beberapa tamu
kerajaan ada di deretan kursi sebelah kiri. Lalu
di deretan kanan ada satu kursi kosong di sisi
Sang Raja, kemudian Lady Catharina, Perdana
menteri Alfred, Lucas dan beberapa orang senator. Semua yang ada di meja makan tersebut adalah orang-orang yang sangat terhormat dan memiliki
kepentingan.
"Selamat datang Yang Mulya Putra Mahkota.."
Semua pelayan serempak membungkuk hormat
di hadapan Aaron yang masih berdiri tegak di
dalam ruangan, menatap lurus ke depan dengan
tampang datar dan dingin. Semua orang yang
ada di meja makan tampak berdiri serempak
kecuali Raja dan Ratu.
"Selamat pagi Yang Mulya.."
Sambut mereka sambil membungkuk sedikit.
Aaron cuek saja, Raya hanya bisa menghela
napas melihat semua kenyataan ini. Jadi apa
yang terjadi semalam di pesta adalah nyata.
Pria jahat ini benar-benar seorang Pangeran
yang bergelar Putra Mahkota.
Lucas menatap Raya dengan sorot mata yang
terlihat begitu semangat dan antusias melihat
kehadirannya. Untuk sesaat keduanya saling
pandang sampai akhirnya Raya mengalihkan
tatapannya kearah lain. Aaron sadar betul pria
charming itu mengarahkan pandangannya
pada sosok istrinya dengan tatapan yang
begitu dalam penuh damba..
***
Happy Reading...
pasti lebih seru