NovelToon NovelToon
Suddenly Married

Suddenly Married

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Romansa / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ichageul

Evan dipaksa menikah oleh ayahnya dengan Alya, gadis yang tidak dikenalnya. Dengan sangat terpaksa Evan menjalani pernikahan dengan gadis yang tidak dicintainya.

Evan mulai menjalani kehidupan rumah tangga bersama Alya. Perbedaan karakter dan pola pikir menjadi bumbu dalam pernikahan mereka.

Akankah pernikahan mereka berhasil? Atau mereka menyerah dan memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jurus Menyenangkan Suami

Mendengar suara motor milik suaminya, Alya bergegas keluar dari rumah. Wanita itu segera membukakan pintu pagar. Evan mengentikan kendaraan di pekarangan rumahnya. Alya mencium punggung tangan suaminya. Sambil merangkul bahu sang istri, Evan masuk ke dalam rumah.

“Gimana rasanya jadi pengangguran?” Evan terkekeh setelahnya.

“Lumaya bosen. Tapi tadi ibu-ibu pada ke sini. Kita bahas soal hadiah untuk tujuh belasan.”

“Aku udah beli soal latihan. Nanti malam kita belajar ya. Besok kan kamu ikut ujian saringan masuk.”

“Iya, mas.”

Evan segera masuk ke dalam kamar. Tak lama kemudian dia keluar dengan membawa handuk di pundaknya. Pria itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di dapur, Alya menyiapkan minuman dingin untuk suaminya, karena hari ini cukup panas. Dia membuatkan jus melon dan juga menggoreng risoles yang tadi dibuatnya.

Begitu keluar dari kamar mandi, Evan melihat minuman dan camilan sudah siap untuknya. Dia segera masuk ke kamar untuk berpakaian. Senyum terus tersungging di bibirnya. Ternyata memiliki istri membuatnya hidup lebih teratur dan terurus juga. Sepulang kerja, ada yang menyambutnya dengan senyuman.

“Siapa yang buat risoles?” tanya Evan seraya mendudukkan diri di samping Alya.

“Aku, mas. Cobain deh. Yang ini isi rogut sayuran, yang ini isi smoke beef pake mayonnaise.”

Tanpa menunggu lama, Evan segera mencicipi risoles buatan istrinya. Jempolnya terangkat saat merasakan camilan buat sang istri terasa enak di lidahnya. Alya juga mengambil risoles berisi rogut sayuran, kemudian memakannya.

“Kira-kira aku bakalan lulus ujian saringan masuk, ngga mas?”

“Pasti bisa. Sebenarnya ujian saringan masuk cuma formalitas aja sih. Ya walaupun soalnya lumayan susah juga. Tapi yakin aja, kalau kamu pasti bisa.”

“Besok mas cuma nganter aja, apa mau nungguin sampai selesai?”

“Kayanya aku drop aja. Nanti kalau udah selesai, kamu telepon aku aja. Aku banyak kerjaan, apalagi papa minta dibuatin SIM.”

“SIM?”

“Sistem Informasi Manajemen. Lumayan, ada bayarannya. Kalau kerjaan udah selesai, pembayaran cair, kita beli hape baru.”

“Beneran, mas?”

“Iya.”

Dengan penuh kelembutan, Evan mengusap puncak kepala istrinya. Wajah Alya nampak sumringah. Baru mendengar suaminya mau membelikan ponsel baru untuknya, sudah membuatnya begitu senang. Apalagi kalau benda pipih persegi itu sudah ada di hadapannya.

“Kamu masak apa hari ini?”

“Masak capcay aja, mas. Kan pepes ikan patinnya masih ada. Atau mas mau aku buatin makanan lain?”

“Ngga usah. Itu aja cukup kok. Besok habis ujian, kamu tunggu di resto aja, ya. Terus kita makan di luar.”

“Ngapain makan di luar? Pemborosan.”

“Ngga apa-apa. Sekali-kali bolehkan?”

“Iya, deh.”

“Sama beli baju. Kamu butuh baju baru buat kuliah.”

“Ngga usah, mas. Yang sekarang juga masih bagus, kok.”

“Beli satu atau dua lagi, buat tambahin isi lemari. Pakaian kamu yang kemarin, kan udah dikeluarin.”

“Iya, deh. Terserah mas aja aku, mah.”

“Aku ke mesjid dulu.”

Evan bangun dari duduknya, seraya mengusak puncak kepala istrinya. Dia masuk ke dalam kamar, dan kembali keluar dengan mengenakan baju koko, sarung dan kopeah. Pria itu bergegas menuju masjid. Sebentar lagi waktu maghrib akan tiba. Alya juga bersiap untuk melakukan shalat wajibnya.

☘️☘️☘️

Selepas Isya, Evan baru kembali ke rumah. Seperti biasa, pak Sastro mengajaknya dan yang lain membicarakan acara tujuh belasan. Sesampainya di rumah, makanan sudah tersedia di meja. Karena perut Evan sudah keroncongan, tanpa menunggu lama, dia segera makan malam ditemani oleh istrinya.

Makan malam tak berlangsung lama, karena setelah itu dia harus mengajari Alya membahas latihan soal. Dengan cepat Alya membereskan meja, mencuci peralatan kotor lalu mengambil buku latihan yang tadi dibelikan Evan. Dia memilih duduk di lantai, agar lebih santai. Evan mendudukkan diri di samping sang istri.

“Kamu waktu sekolah ambil IPA apa IPS?”

“IPS.”

Evan membuka lembaran buku soal. Dia mencari soal-soal ujian saringan masuk perguruan tinggi untuk jurusan IPS. Diletakkannya buku di atas meja. Alya mulai mengerjakan soal-soal tersebut. Setiap menyelesaikan satu paket soal, Evan selalu memeriksanya. Dia juga mengoreksi jika Alya melakukan kesalahan.

Sudah setengah jam lebih mereka belajar bersama. Evan membalikkan lembaran soal berikutnya. Kini Alya harus berhadapan dengan soal akuntansi. Wanita itu tidak menemui kesulitan saat mengerjakan soal tersebut. Dulu, dia sangat meyukai pelajaran ini. Dengan cepat dia bisa menyelesaikannya. Evan juga tidak mendapati banyak kesalahan di dalamnya. Pria itu kembali membalik lembaran soal. Dan sekarang adalah pelajaran matematika.

Alya menghembuskan nafas panjang. Dia paling tidak menyukai pelajaran tersebut. Nilainya saja saat sekolah dulu pas-pasan. Wanita itu menjawab soal yang bisa dikerjakan, selebihnya dibiarkan begitu saja. Dalam waktu kurang dari lima belas menit, Alya sudah menyelesaikan soal tersebut.

“Cepat juga,” ujar Evan.

Pria itu mengalihkan pandangannya dari televisi, dan memeriksa jawaban sang istri. Keningnya berkerut melihat lebih dari setengah, jawaban yang diberikan Alya salah. Pria itu menaruh kembali soal di depan Alya. Dia akan menerangkan langkah-langkah untuk menyelesaikan soal tersebut.

Sepuluh menit berlalu, baru dua soal yang berhasil diterangkan oleh Evan. Ternyata istrinya ini masuk kategori belet dalam mencerna rumus-rumus matematika. Kesabaran Evan juga semakin menipis. Beberapa kali pria itu menghembuskan nafas panjang, mencoba menahan kekesalannya. Hingga akhirnya pertahanannya bobol.

TOK

Alya meringis ketika kepalanya dipukul oleh pulpen oleh Evan. Matanya langsung melotot ke arah sang suami.

“Mas galak banget sih!”

“Lagian kamu diterangin ngga ngerti-ngerti. Belet banget.”

“Ya gimana mau ngerti kalau mas neranginnya cepet gitu kaya kereta ekspres. Aku tuh ngga suka matematika. Harusnya mas pakai kalimat yang mudah buat neranginnya!”

“Itu kalimat yang paling mudah dimengerti. Dasar kamunya aja yang ngga fokus. Di kepala kamu apa sih yang dipikirin.”

Evan kembali mengetuk kepala istrinya dengan pulpen. Dengan kesal Alya merebut pulpen tersebut, lalu menyembunyikannya ke balik punggungnya. Evan berusaha merebut pulpen tersebut, namun Alya berhasil menghindar.

“Mas tuh galak banget sih kalo nerangin. Gimana mau jadi dosen coba!”

“Kamunya harus fokus!”

“Aku udah fokus. Dari tadi juga fokus terus. Lihat mukaku! Tatap mata saya,” Alya memutar-mutar bola matanya.

“Haaiissshh..”

Dengan jarinya Evan mendorong kepala istrinya. Pria itu bangun dari duduknya, lalu menuju dapur. Diambilnya air dingin dari dalam kulkas. Tanpa menuangkannya ke gelas, dia langsung meminum langsung dari botol. Evan bermaksud kembali ke ruang depan. Langkahnya terhenti ketika mendengar gumaman Alya.

“Marah-marah mulu udah kaya cewek lagi PMS. Awas aja kalau nanti malem deket-deket minta dikasih jatah. Ngga akan aku kasih.”

Mendengar itu tentu saja membuat emosi Evan yang tadi membumbung tinggi, tiba-tiba terhempas jatuh ke bumi. Dengan wajah penuh senyuman, pria itu kembali ke dekat istrinya. Diambilnya kertas kosong, lalu mulai menerangkannya dengan suara pelan-pelan dan bahasa yang paling sederhana menurutnya.

“Jadi.. diselesaikan dulu bagian ini. Baru hitung yang ini. Kalau udah, masukin rumus yang ini. Nanti bisa ketahuan hasilnya berapa.”

Alya mengerjakan sesuai instruksi Evan. Akhirnya dia bisa mengerjakan soal tersebut. Lanjut ke soal berikutnya. Lagi-lagi Evan dibuat naik darah, karena Alya masih belum mengerti rumus baru yang diterangkannya.

“Ya ampun Al..”

“Apa?”

Alya melihat pada Evan dengan wajah menantang. Evan bangun dari duduknya, lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia mengambil bantal, lalu membenamkan wajahnya ke bantal sambil berteriak kencang.

“AAARRGGHHMMMM..”

Setelah puas melampiaskan kekesalannya, pria itu keluar dari kamar dan kembali duduk di dekat Alya. Dia kembali menerangkan pada sang istri dengan suara pelan dan irama yang sangat lambat. Mendengar suara Evan, Alya seperti mendengar lagu nina bobo. Matanya mulai memberat, beberapa kali dia menguap. Evan melihat frustrasi pada istrinya.

“Al.. kalo kamu udah ngantuk, tidur aja sana.”

Secepat kilat Alya bangun, lalu masuk ke dalam kamar. Evan hanya menghela nafas saja. Dia segera membereskan buku dan lembaran kertas yang digunakan untuk menghitung. Pria itu keluar untuk menggembok pintu pagar. Setelah mengunci pintu dan mematikan lampu ruang depan, Evan masuk ke dalam kamar.

Evan mematikan lampu kamar, lalu merangkak naik ke atas ranjang. Diliriknya Alya yang sudah berbaring dengan posisi membelakanginya. Evan terus memandangi punggung istrinya, berharap Alya berbalik padanya. Namun setelah menunggu beberapa saat, penantiannya sia-sia belaka.

“Al.. Al..” Evan menusuk-nusuk punggung sang istri dengan jari telunjuknya.

“Apa mas, aku ngantuk.”

“Tidurnya lihat sini dong.”

Dengan malas Alya membalikkan tubuhnya. Evan langsung menarik istrinya itu, hingga tubuh mereka mendekat. Apa yang dilakukan suaminya, membuat kantuk Alya menghilang. Wajahnya nampak cemberut melihat pada suaminya.

“Jangan cemberut gitu, dong.”

“Aku ngantuk, mas malah ganggu. Jadi hilang kan ngantuknya.”

“Ya udah kita ngobrol aja, yuk.”

“Ngobrol apa?”

“Ehmm.. kamu waktu sekolah punya teman dekat, ngga?”

“Ngga ada. Aku abis sekolah langsung pulang ke rumah.”

“Kamu kan belum pernah pacaran. Ada cowok yang kamu suka ngga waktu sekolah?”

“Ada. Namanya kang Andri. Orangnya ramah, ganteng lagi.”

Wajah Alya nampak tersenyum ketika membayangkan pria yang menjadi cinta pertamanya. Kakak kelasnya yang tampan, ramah dan menjadi idola di seantero sekolah. Sayang, gadis itu hanya mampu mengagumi dalam diam. Dia sadar kalau dirinya hanyalah remahan rengginang yang tidak akan dilirik oleh cowok populer seperti Andri. Kapten tim basket yang mengharumkan nama sekolah lewat prestasinya.

Raut Evan langsung berubah melihat wajah istrinya yang berbinar. Menyesal rasanya menanyakan soal laki-laki yang disukai istrinya itu. Wajah Evan tiba-tiba berubah masam, dan Alya menyadari hal tersebut.

“Mas kenapa jadi gitu mukanya?”

“Terus aku harus ketawa gitu sambil loncat-loncat dengar kamu muji-muji laki-laki lain?” sewot Evan.

“Ya ampun, mas segitu sensinya. Kan mas yang nanya. Aku kan cuma kasih jawaban jujur. Lagian aku ngga ada hubungan apa-apa sama dia. Dia itu cowok populer, dan aku cuma remahan rangginang aja di matanya. Ngga kaya mas sama siapa tuh mantan mas, Sherly.”

“Sherly bukan mantan aku. Kita cuma temenan biasa aja.”

“Temenan tapi udah ciuman, apalagi kalau pacaran, mungkin udah mmmpphh..”

Alya tak bisa melanjutkan kalimatnya karena Evan menyumpal mulutnya dengan bibir. Pria itu menahan tengkuk sang istri, agar tak bisa melepaskan diri. Dia terus memagut bibir Alya, sambil menyentuh titik-titik sensitif di tubuh istrinya itu. Mendapat tepukan di dadanya, Evan mengakhiri ciumannya.

“Mas iihh.. aku ngga bisa nafas.”

“Makanya kalau ngomong jangan sembarangan.”

“Lagian mas aneh, baru aku omongin soal kang Andri udah sewot. Apa kabarnya aku yang lihat dengan mata kepala langsung, Sherly meluk mas di hari pernikahan kita. Udah gitu dia dateng ke sini, teriak-teriak ngga jelas sampe bikin malu.”

“Aku cemburu.”

“Kita kan udah nikah. Ngapain juga mas cemburu.”

“Karena aku ngga suka kamu bicarain laki-laki lain.”

“Kan mas yang tanya.”

“Iya.. iya.. aku yang salah. Udah ngga usah ngomongin Andri sama Sherly lagi. Aku ngga ada hubungan apa-apa sama Sherly, titik. Kamu itu istriku sekarang dan selamanya, ngerti?”

“Iya. Ngga usah marah juga.”

“Aku ngga marah. Maaf..”

“Ya udah, kita tidur aja, mas. Besok aku mau ujian loh.”

“Ngomong-ngomong soal ujian. Kamu mau ngga aku kasih jurus biar lancar ujiannya?”

“Jurus apa, mas?”

“Jurus menyenangkan hati suami.”

Evan mengubah posisinya menjadi di atas Alya. Pria itu segera menciumi wajah sang istri, membuainya dengan cepat agar tidak ada kesempatan untuk menolak apa yang dilakukannya. Alya tidak bisa menolak apa yang dilakukan oleh Evan. Suaminya ini begitu pintar membuainya hingga dirinya langsung menikmati permainan yang dimulai suaminya.

Dalam hati Evan bersorak senang, Alya pasrah saja menerima ciuman dan sentuhannya. Kekhawatirannya tidak bisa mendapatkan jatah malam dari sang istri, akhirnya tak terjadi. Sebentar lagi dia akan masuk ke dalam percintaan yang akan membuat suasana kamarnya menjadi panas.

☘️☘️☘️

Eaaa bisa aja Evan modusnya, borrrr terus🤣

1
anonim
ternyata pak Dadang menyayangi putrinya dengan caranya sendiri - sampai-sampai kalau pulang kerja memantau di sekitar kafe tempat Alya bekerja untuk memastikan putrinya aman.
Alya tidak tahu itu - jadi bikin Alya merasa diabaikan - tak di sayang ayahnya.
anonim
Ervan mau kabur dibela-belain merangkak pula biar Karina, Kaisar dan Fariz yang baru duduk-duduk di ruang tengah tidak melihat dia mau kabur pikirnya. Ternyata tidak jadi kabur setelah tahu kondisi papanya sedang tidak baik-baik saja - ada dua dokter teman Kaisar yang selama ini menjadi langganan papanya kalau berobat datang dan masuk ke kamar papanya.
Gak jadi kabur Bro - jadi menikah nih /Facepalm/
anonim
Evan ini belum tahu kalau yang mau menikah dengan Alya dirinya /Facepalm/
anonim
keren bang Sar bisa memulangkan Evan ke Indonesia dengan idenya yang gak tanggung-tanggung
anonim
Bagus Alya - om Antonio di suruh langsung bilang ke pak Dadang - Alya akan menerima apapun hasilnya.
anonim
mantap Fariz bisa bermain ke rumah pak Karta yang mengajak main catur dan bisa mencari tahu tentang kehidupan Alya. Miris juga nasib Alya yang ada tapi seperti tak ada bagi ayahnya
Rahma Habibi
terimakasih author atas karya2 mu yang sangat menghibur dan selalu di nanti karya selanjutnya
In
gara2 Dion aku balik lagi ke sini... ☺️
Laila Isabella: sama..ulang baca dari awal lagi..🤣🤣
total 1 replies
Poppy Sari
keren.../Good/
Wiwie Aprapti
yg Tututware kemana kak, udah tutup ya pabrik nya
Wiwie Aprapti
karma di bayar tunai ga pake di cicil lagi
Wiwie Aprapti
harusnya Evan bilang nya "sudah ku dugong" gitu kak🤣🤭🙃
Wiwie Aprapti
bunga Kamboja 🤣
Wiwie Aprapti
nahhhh kannn Mardi lohhhh🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
dehhhhh..... hampura lahhhhhhh ki ace🤭🤣
Wiwie Aprapti
skakmat Evan🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Wiwie Aprapti
Kaisar pasti temennya kevin nihhhh
Wiwie Aprapti
kisah nana ada sedikit kemiripan sama bestiee aku, tapi kalo bestie aku satu agama cuma beda jalur, besti ku NU cowoknya LDII, dan mama besti ku ga kasih restu, bahkan di kasih pilihan, pilih cowoknya atau mamanya, kalo dia pilih cowoknya, besti ku di usir dari rumah, di cabut semua fasilitas yg di pakai, di coret dari kk, alhamdulillah dia lebih sayang sama mamanya, sekarang udh nikah, malah dapet suami yg baik banget, sayang💕, dan berkecukupan juga hidupnya, pilihan orang tua memang yg terbaik buat anaknya, ga tau juga kalo dia salah pilih, wallahualam......
Wiwie Aprapti
waduhhhhhhhh encok ga tuhhh si Alya di garap Evan 🤭🙃
Wiwie Aprapti
yg lain travelotak.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!