Bella mencintai Adrian dengan tulus, sosok pria nyaris sempurna yang Bella yakini juga mencintainya, tapi kenyataan tak seindah yang Bella bayangkan, cintanya bertepuk sebelah tangan dan parahnya sang pria mencintai orang terdekat Bella, merasa terkhianati Bella protes pada orang terdekatnya, namun kenapa sang Ibu yang berharti malaikat malah membelanya dan justru meminta Bella untuk menikahi Kakak Adrian? Akan kah pernikahan itu terjadi? Dan bagaimana nasib perasaan Bella terhadap Adrian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Masa Lalu
“Adrian, apa kau sudah makan?”, wanita cantik dan lembut itu berdiri di depannya, senyumnya tulus hangat membelai kalbu Adrian
“Aku tahu kau belum sempat makan tadi, aku membawakanmu roti lapis, ini.. makanlah!” Bella menyodorkan kotak bekal yang ia keluarkan dari tasnya, tak lupa ia membuka kotak bekal itu dan memperlihatkan roti lapis yang menggugah selera
“Bagaimana hasil rapatmu kemarin? Apa semuanya berjalan lancar?” Bella memfokuskan diri siap untuk mendengarkan cerita dan keluh kesah Adrian, Bella memang selalu begitu, selalu bisa diandalkan untuk menjadi pendengar yang baik, wajah Bella akan merengut sedih ketika Adrian menceritakan kegagalannya, Bella akan tersenyum bahagia bahkan tertawa terbahak ketika Adrian menyampaikan kabar bahagia
“Minumlah, aku membawakanmu jus agar kau tetap sehat!” Kali ini sebotol jus yang ia berikan, jus segar buatan Bella sendiri. Tidak sampai disitu, Bella akan telaten menyeka tetesan jus atau saus di bibir Adrian dengan tisu, saat itulah Adrian bisa melihat manik mata berwarna kecokelatan milik Bella, Adrian juga bisa melihat bibir Bella yang ranum merekah, dan saat itu juga Adrian mengikuti impulsnya memajukan wajah dan mengecup bibir manis Bella, Bella terkesiap kaget tapi dia tak bergeming, hingga Adrian melanjutkan ciumannya lebih hangat dan intens
“Bella” panggil Adrian, jantungnya berdegup kencang, senyumnya mengembang merekah bahagia
“Bella!” Panggilnya lagi berteriak dan kini ia bangkit terduduk karena tiba - tiba bangun dari mimpi indahnya, Adrian mengusap wajahnya yang basah karena peluh, ia lalu terkekeh, “astaga jadi itu hanya mimpi, kenapa aku sampai memimpikan Bella? Ada apa denganku?” Wajah Adrian memerah ketika ia menyentuh bibirnya dengan jarinya, mencoba mengingat - ingat kembali rasa ciuman di mimpinya tadi
“Aku merindukan bibirmu, Bella” gumamnya tanpa sadar, sesaat kemudian Adrian menepuk jidatnya sendiri, tawanya pecah membahana, “ya Tuhan, apa yang kupikirkan?” Gumamnya lagi bermonolog, Adrian kemudian merebahkan dirinya lagi, tatapannya menerawang membayangkan wajah Bella, kerinduan menelusup di hatinya
Adrian mencoba untuk memejamkan matanya kembali, namun tak bisa karena hatinya gusar, pikirannya sekarang terpusat pada sebuah kotak yang ia ingat belum sempat dibuang, Adrian lalu beringsut bangun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju jejeran nakas di walking closet, tangan Adrian menarik laci nakas dan mengeluarkan sebuah kardus dari sana, kardus tertutup rapi yang Adrian lupa hendak buang
“Untung aku tak membuangnya” ujar Adrian saat ia mulai membuka penutup kardus dan mengeluarkan satu persatu barang yang pernah dikembalikan Bella padanya, Adrian yang dulu mengabaikan semua isi kardus itu kini mengelus - elusnya membersihkan dari debu yang menempel, tangan Adrian terhenti pada tumpukan fotonya dan Bella, foto yang memperlihatkan kedekatan mereka dulu di berbagai tempat, Adrian baru menyadari sekarang betapa Bella sangat memuja dan mencintainya, Adrian bisa melihat dari tatapan Bella padanya di foto - foto itu
“Apa perasaanmu masih sama padaku Bella? Kau tak mungkin melupakanku begitu saja kan? Gumamnya, “Kau begitu mendambaku, mengharapkanku! Dan aku begitu buta tak menyadarinya karena aku lebih melihat kecantikan dan penampilan Brianna” Adrian berjalan membawa tumupukan foto itu ke tempat tidurnya, ia lalu membaringkan diri disana, matanya awas menelaah satu persatu foto yang membuat senyumnya terbit, hatinya hangat melihat foto - foto bahagia Bella saat bersamanya
“Konyol bukan? Aku mulai mencintaimu saat kau sudah jadi istri dari Kakakku sendiri!” Ujar Adrian bermonolog seolah Bella disana, ia sampai meletakkan foto yang ia pegang tadi di dadanya, matanya perlahan memejam lagi berharap Bella hadir kembali dalam mimpinya
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi itu Bella nyaris tak bisa keluar dari kamar mandi, perutnya terasa mual luar biasa, sudah beberapa kali ia muntah
“Sayang, kau baik - baik saja?” Adam mengetuk - ngetuk pintu kamar mandi yang Bella kunci dari dalam, ia tak ingin Adam melihat adegan muntah - muntahnya, mengingat Adam yang super bersih Bella tak mau kalau Adam sampai melihat hal yang menjijikan
“Kau tunggu diluar saja Adam, aku masih mual!” Pekik Bella dari dalam kamar mandi
“Buka pintunya Bella, biarkan aku menemanimu!” Seru Adam
Bella yang baru saja memuntahkan kembali isi perutnya panik ketika Adam kembali tak sabar menggedor - gedor pintu kamar mandi, “jangan Adam! Aku tak mau kau merasa jijik!” Sahut Bella sekuat tenaga
“Anakku yang membuatmu mual Bella, mana mungkin aku merasa jijik! Ayolah sayang, bukakan pintunya! Biarkan aku menemanimu!” Bujuk Adam lagi
“Kau janji tak akan merasa jijik Adam?” Tanya Bella
“Aku janji sayang! Ayo bukakan pintunya untukku, aku tak tenang membiarkanmu merasakannya sendiri, paling tidak biarkan aku menemanimu Bella!” Adam tak menyerah masih saja menggedor - gedor pintu kamar mandi
Bella terenyuh mendengar pernyataan Adam, diyakinkan Adam begitu Bella akhirnya membuka pintu kamar mandi, Adam merangsek masuk dengan panik, tangannya menangkup wajah Bella yang sudah pucat
“Kau pucat sekali Bella, apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit?” Adam khawatir bukan main apalagi saat Bella melorot begitu saja dan duduk di lantai kamar mandi, Adam sungguh tak tega melihat Bella yang nyaris tak ada tenaga, pria yang sudah berjas rapi itu ikut mendudukkan dirinya
“Ini biasa terjadi pada awal kehamilan Adam, kau tak perlu khawatir, nanti mualnya akan hilang sendiri” sahut Bella lesu, kepalanya bersandar di pinggiran jacuzzi sejenak ia mengistirahatkan dirinya yang lemas tak berdaya
Adam mengulurkan tangannya mengelus perut Bella, “apa dia merepotkanmu?” Adam tersenyum kecil merasakan perut Bella yang kencang, kehamilannya sudah semakin membesar, perutnya terlihat lebih membuncit
“Apa tidak sebaiknya kita memberi tahukan pada orang tuamu soal kehamilanku ini, Adam? Kita tak mungkin terus menyembunyikannya sementara perutku semakin besar kan?” Tanya Bella
Adam menghela napasnya, “sebentar lagi Bella, sampai Erick bilang kalau kandunganmu sudah kuat! Mengumumkan kehamilanmu sama saja dengan memberikan kesempatan pada orang - orang itu untuk melenyapkan anak kita”
“Adrian maksudmu?” Tohok Bella, “kita bisa menjaga anak kita Adam, kalau perlu kita bisa pindah dari rumah ini agar Adrian tak bisa berbuat macam - macam” sahut Bella bersikukuh
“Kau ingin pindah?” Tanya Adam, Bella mengangguk yakin, Adam berpikir sejenak menurutnya tak ada salahnya kalau mereka pindah rumah, justru akan lebih menenangkan untuk Bella dalam menjalani masa - masa kehamilannya karena Bella akan terbebas dari ancaman kejahatan yang mungkin dilakukan Adrian pada anak mereka, sedang masalah izin Mommy dan Daddynya Adam akan bicarakan nanti sekaligus memberitahukan tentang kehamilan Bella
Adam mengelus - elus pucuk kepala Bella, “kalau kau ingin pindah, baiklah.. sebutkan kemana kau ingin pindah? Rumah sebesar apa yang kau inginkan?” Tanya Adam, Bella tersenyum sumringah, ia antusias berpikir rumah seperti apa yang akan ia tinggali bersama Adam dan anak mereka nanti, tapi entah darimana datangnya ide itu, tiba - tiba saja gagasan balas dendam pada Ibunya terlintas, momentumnya memang pas sekali
“Untuk apa kita membeli rumah baru? Bukankah kau sudah membelikanku rumah? Kita tinggal di rumah itu saja” sahut Bella, seringainya lebar memperlihatkan sisi gelap di wajahnya, dendam memang bercokol di hatinya sehingga ia tak akan menyia - nyiakan kesempatan untuk membalas dendam pada Ibunya
Adam yang telah mengetahui fakta sesungguhnya tentang bagaimana hubungan antara Bella dan Ibunya tak mengerti kenapa justru Bella ingin kembali ke rumah itu? Bukankah disana ada Pamela? Apa Bella akan sudi tinggal dengan Ibunya setelah apa yang terjadi, “Tapi bukankah disana ada Ibumu? Apa kau ingin tinggal bersamanya?”
“Adam, dengar akan sangat tidak adil kalau kita meninggalkan orang tuamu kemudian kita tinggal dengan Ibuku, bagaimana kalau Mommy dan Daddy sampai tersinggung nanti?” Bella mulai menjalankan siasatnya
“Jadi maksudmu bagaimana Bella?” Adam semakin bingung saja, Bella meraih tangan Adam dan menggenggamnya erat
“Bisakah kau membelikan Ibuku sebuah rumah? Tapi aku mohon jangan belikan ia rumah mewah, cukup rumah yang sederhana saja karena sebenarnya Ibuku orang yang sangat suka kesederhanaan, ia sedikit trauma dengan kemewahan setelah kebangkrutan Papaku” bohong Bella, ia sengaja melakukannya agar Pamela murka
Adam semakin dibuat tak mengerti dengan apa tujuan Bella, karena ia tahu persis apa yang baru saja Bella sampaikan adalah kebohongan, ia sudah mengetahui bagaimana tindak tanduk Pamela termasuk kegemarannya terhadap kemewahan, tapi Adam tak ingin membantah apa pun keinginan Bella, untuk saat ini dan seterusnya ia akan menjadi pendukung semua keputusan Bella
“Baiklah” ucap Adam dengan senyumnya yang hangat, Bella merangsek masuk ke pelukan Adam, “Terima kasih” ucap Bella lega sekaligus puas
“Ngomong - ngomong apa kau masih betah duduk di lantai kamar mandi ini sayang?” Tanya Adam yang mulai tak nyaman, seumur hidup baru kali itu ia duduk di lantai kamar mandi, meskipun lantai marmer kamar mandi itu selalu bersih, Bella terkekeh ketika menyadari bahwa mereka tengah berpelukan mesra di lantai kamar mandi, tapi entah kenapa ia enggan melepas pelukannya
“Sebentar lagi Adam, biarkan begini dulu” sahut Bella semakin membenamkan kepalanya di dada Adam