Siapa yang ingin bercerai? Bahkan jika hubungan pelik sekalipun seorang wanita akan berusaha mempertahankan rumah tangganya, terlebih ada bocah kecil lugu, polos dan tampan buah dari pernikahan mereka.
Namun, pada akhirnya dia menyerah, ia berhenti sebab beban berat terus bertumpu pada pundaknya.
Lepas adalah jalan terbaik meski harus mengorbankan sang anak.
Bekerja sebagai sekertaris CEO tampan, Elen tak pernah menyangka jika boss dingin yang lebih mirip kulkas berjalan itu adalah laki-laki yang menyelamatkan putranya.
laki-laki yang dimata Satria lebih pantas dipanggil superhero.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - MENGINAP
Malam mulai merangkak, sementara Divine, Rafael dan Keyra berniat sekali menginap di tempat tinggal baru Elen.
Padahal jelas disana, belum ada apa-apa. Jangankan makanan, Elen hanya mempunyai beberapa stok mie instan, beras, dan air putih yang ia bawa dari kontrakan. Beruntung soal peralatan disana sudah tersedia, seolah Pamannya tahu bahwa Elen belum memiliki apa-apa.
"Elen, kamu nggak ada stok makanan apa gitu? Rendang, soto, atau kare kek?" tanya Keyra sambil mengusap-usap perut, sebab cacing di dalam meronta-ronta minta diisi.
"Nggak ada, lah! Ada juga mie instan hehe."
"Ya, itu maksudku. Ya kali aku minta soto sama rendang beneran ke kamu, hehe!"
Melihat tingkah dua wanita seumuran beda status itu membuat Rafael mengernyitkan dahinya. Lantas, ia ingat jikalau tadi sempat membeli kue-kue di toko milik Keyra untuk Ibunya.
"Nih, buat ganjel perut!" Rafael menyodorkan kuenya pada Keyra.
"Eh, akhirnya! Makasih lho, tapi Mie-ku?"
"Yaudah buat aku aja," ujar Rafael dengan santainya.
"Ehm, yaudah deh. Lagian ini terlalu malem buat ciwi kaya aku makan mie. Yang ada melar makin lama status jomblonya," ujar Keyra sambil berlalu, meninggalkan Rafael yang terbengong-bengong mendengarnya.
Elen berulang kali bolak-balik ke kamar Satria untuk melihat meski bocah itu sudah terlelap, juga Divine yang ia ketahui berada disana. Melihat Divine yang berdiri di pinggir balkon membuatnya segera mendekat.
"Iya, Bund. Aku pasti jaga diri! Ada Rafael, dan teman Elen juga disini." Divine terus mengiyakan di sambungan telepon membuat Elen penasaran setelah menguping dan melihat apa yang dilakukan oleh Divine. Ternyata ia sedang mengabari keluarganya. Bukankah itu berarti, fix mereka bertiga menginap di apartemen Elen? Seketika ia menepuk jidatnya pelan.
"Elen!" Divine menyadari kehadiran wanita itu sejak ia menelpon Morena tadi.
"Hm, ya?"
"Hm ya, hm ya? Apa tidak bisa manis sedikit," protes Divine.
"Hm, ya sayang?" ucap Elen langsung membalikkan badannya dan berjalan pelan menuju ranjang Satria.
Grep!
Dengan sigap, Divine sudah berhasil menangkap gadisnya itu. Bukan, bukan gadis tapi wanitanya.
"Div, nanti kalau Satria bangun dan liat gimana?"
"Jadi kalau gak bangun, boleh?" goda Divine yang berhasil mencetakkan semburat merah di pipi Elen.
"Jangan aneh-aneh deh, ayo keluar! Kasian Keyra dan Rafael."
"Iya sayang, tapi...? Bisakah menciumku lebih dulu, minimal sebagai bujukan agar aku mau keluar dan menjadi teman mereka."
"Div, astaga!" Namun, dengan gerakan cepat bibir tipis Elen sudah mendarat di pipi Divine sebentar.
"Singkat banget," protes Divine.
"Tapi udah kan? Div, jangan aneh-aneh deh!"
"Iya iya, Bunda juga bilang gitu kok, gak boleh aneh-aneh," jawab Divine, menggandeng tangan Elen keluar kamar Satria.
Namun, sampai di meja makan. Divine dan Elen melihat dua teman mereka sedang asyik makan kue dan mie.
"Yak... Pantes pada diem," gumam Elen.
"Kalian mau?" tawar Keyra. Sebab kue yang dibeli Rafael tak akan habis jika ia makan sendiri.
"Mau!" kompak Divine dan Elen.
"Ehm, kompak banget!" cibir Rafael.
"Yaudah, sini makan bareng-bareng!" ajak Keyra.
"Ya, kamu. Buat sendiri dimakan sendiri, Key!"
"Habisnya laper hehe," ucap Keyra cengengesan.
"Kan bisa order di online, kalian ini!" gumam Divine, lantas duduk di samping Rafael sambil membuka layar ponselnya.
Beberapa menit kemudian, bell apartemen berbunyi. Divine dengan sigap melihat, barangkali yang datang adalah makanan yang ia pesan.
"Siapa, Div?"
"Tara..." Div mengangkat dua kresek putih berlogo restorant cepat saji favoritnya.
"Div, kamu pesen makanan?"
"Hm, iya dong."
"Waow, si pangeran tau aja kalau tuan putrinya laper hihi, so sweet banget sih Elen punya calon suami kaya gitu," gumam Keyra.
"Biasa aja," cibir Rafael.
"Ih kok biasa aja sih, itu impian aku kali kalau dapat cowok." Keyra menatap sebal ke arah Rafael. Divine dan Elen hanya gedek dibuatnya.
"Aku pesan pizza sama minumannya juga, barangkali kalian masih lapar!"
"Yang ini buat siapa?" tanya Elen.
"Ini buat Satria, barangkali tar bangun dia."
Elen berusaha menyembunyikan binar bahagianya, bibirnya tersenyum tipis melihat dengan nyata bagaimana Divine selalu memperlakukan Satria sama spesialnya.
"Ya Allah, sudah baik sama pacar! Sama anaknya juga. Baru kali ini ya, aku liat calon ayah sambung yang baik." Keyra taak henti-hentinya memuji Divine hingga Rafael yang mendengarnya pun jadi kesal.
"Kalau kamu mau, punya anak gih! Nanti aku nikahin," ujar Rafael.
"Eh." Keyra langsung terdiam.
Kini giliran Divine dan Elen yang terbahak dengan tingkah Rafael dan Keyra.
Sesuai peraturan, Keyra tidur bersama Elen. Divine bersama Satria dan Rafael di sofa ruang tamu.
"Len, boleh tukeran gak? Kamu bertiga gih sama Divine dan si boy. Masa aku di sofa sendirian, mana jomblo!" canda Rafael.
"Hahahaha, kasian. Nggaka ada!" ucap Elen, "udah lah sabar aja, cuma semalem."
"Ide bagus itu, sayang! Kita bisa latihan dulu bertiga, ehm jadi keluarga!"
"Div, astaga! Udah ya, Satria gak akan bangun jadi aku pikir aman lah kalau kamu tidur sama dia."
"Yaudah yuk tidur!" ajak Keyra.
Mereka pun masuk ke kamar kecuali Rafael, assisten Divine itu mendekus sebal, meratapi nasibnya sendiri.
Lain halnya Divine yang langsung menyusul tidur, Elen dan Keyra justru asik bercerita. Hingga satu setengah jam berlalu, Keyra mulai mengantuk dan tidur sedangkan Elen bangkit untuk mengecek kamar Satria lebih dulu.
"Bukan kandung tapi kok gayanya mirip ya, bener-bener!" batin Elen. Menyelimuti Divine dan Satria yang tidur dengan posisi hampir sama.
Lantas, kembali ke kamar dan ikut melelapkan diri.
Pagi hari, Elen bangun seperti biasa. Hanya saja ia harus berusaha turun dan membeli sesuatu untuk sarapan, sebab di apartemennya hanya ada pizza kemarin. Ada juga milik Satria yang sudah ia hangatkan.
"Beli apa?" tanya Divine saat Elen meletakkan beberapa makanan di atas meja.
"Sarapan."
"Apa itu? Kok dibungkus-bungkus?" tanya Divine.
"Nasi pecel, adanya ini! Gimana lagi?"
"Apa itu pecel?" tanya Divine penasaran.
"Dedaunan, ya kamu buka dong, Div. Lalu cobain," ucap Elen. Ia hendak ke kamar Satria akan tetapi terkejut dengan Keyra dan Rafael dari arah dapur bersamaan.
"Oke sayang!"
***
"Pagi Elen," sapa Rafael.
"Pagi, kalian habis..."
"Ehm, habis nyari sesuatu. Barangkali kan ada yang bisa dimasak, air misalnya!" ucap Keyra terkikik.
"Masa air mah, aku juga bisa!"
"Ribut mulu, jodoh kali!" ucap Elen lalu melenggang pergi.
Apartemen baru terasa nyaman bagi Elen, terlebih Satria juga terlihat senang dan nyaman disana. Hanya saja, ia jadi teringat kedua orang tuanya. Apakah Alexan akan menepati janji menjemput mereka? Elen sedang berusaha mempercayai keluarganya, dan berharap semua itu bukan kepalsuan.
Lain tempat, wanita dengan balutan ligerie seksi menatap balkon kamar hotel dengan kesal. Setelah mendapat laporan dari orang suruhannya perihal sekertaris Divine.
"Ck, hanya janda beranak satu! Mana bisa bersaing denganku. Noah, maaf ya? Mungkin memang, dari awal harusnya aku tak mengkhianati Divine. Namun, setelah aku tahu kamu dipenjara, aku sungguh malu!"
"Sayang kenapa marah-marah sendiri?"
"Ah tidak, aku hanya merasa kurang! Em, ayo lakukan lagi." bisik Cassandra dengan suara sensualnya setelah membalikkan badan menatap tubuh kekar laki-laki sewaannya.
RAHIM ELEN JUGA SUBUR....