NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:480.4k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ungkapan Ibu Yusuf

Wanita mana yang tidak di landa rasa bimbang yang teramat sangat, baru empat bulan menjanda, dua pria yang masih berstatus : bujangan, tampan, baik, mapan dan menjadi idola banyak kaum hawa tiba-tiba menyatakan perasaan, mereka menginginkan Hanifa untuk menjadi istri mereka. Hanifa sungguh bingung, ia bingung harus memilih siapa? memilih Malik atau Yusuf sebagai Ayah sambung Arif. Atau tidak sama sekali.

***

Kedua orang tua Yusuf menyambut kedatangan Hanifa dan Arif dengan sangat baik dan bahagia. Berulang kali Ibunya Yusuf memeluk Hanifa, begitu juga Ayahnya Yusuf, pria paruh baya yang begitu di segani, yang merupakan Ustadz kondang itu menggendong tubuh mungil Arif, lalu ia mendudukkan Arif di pangkuannya. Selesai melepaskan rindu, mereka mulai berbincang.

''Apa kabar kalian Hanifa? Tempat ini terasa sepi semenjak kalian pindah dari sini. Kamu sekarang tinggal di mana?'' tanya Ibunya Yusuf. Wanita berusia sekitar lima puluh tahunan, yang bergamis dan berjilbab lebar. Wajahnya nampak teduh, menandakan kalau ia wanita lembut dan baik.

''Alhamdulillah aku dan Arif baik dan sehat Ustadzah.'' Hanifa menjeda, ''Ustadzah bisa aja.'' Hanifa sedikit terkekeh, ''Aku dan Arif sekarang tinggal di kawasan cempaka putih. Ustadz dan ustadzah sendiri bagaimana kabarnya? Em ... Mas Yusuf juga gi mana kabarnya selama beberapa bulan ini?'' balas Hanifa sambil tersenyum simpul. Yusuf yang duduk di sofa yang berhadapan dengan Hanifa sesekali mencuri pandang ke wajah Hanifa, lagi-lagi dada nya berdebar tak karuan. Tidak bisa ia pungkiri, Hanifa sekarang terlihat makin cantik dan anggun.

''Alhamdulillah. Kami juga sehat dan baik Hanifa. Cempaka putih? Bukankah kawasan itu kawasan yang di huni oleh para pengusaha kaya? Yang kekayaan mereka tidak perlu diragukan lagi.'' ujar Ayahnya Malik.

''Iya Ustadz. Aku dan Arif tinggal di sana bersama kakak ku, kami tinggal di rumah milik atasan Kakak aku bekerja. Rumah seorang CEO muda. Kebetulan rumah CEO itu sedang tidak di huni, ia meminta kami untuk menghuninya sampai kapanpun kami mau. Dan kebetulan juga rumah yang di huni CEO itu bersebelahan sama rumah yang kami tempati sekarang.'' jelas Hanifa. Sesekali dadanya berdesir halus saat ia menyebut CEO. Ia teringat akan Malik, ia teringat momen indah saat ia dan Malik di danau tadi. Entah mengapa Hanifa merasa senang menyebut CEO. Ia meraba cincin di jari manisnya, lagi, desiran halus ia rasakan.

''Syukurlah. Akhirnya kalian di pertemukan sama orang yang berhati baik. Orang baik dan tulus akan selalu mendapatkan kebaikan dari orang yang baik pula. Begitupun sebaliknya. Orang yang berhati buruk akan bertemu sama orang yang demikian pula. Kesabaran kamu selama ini sepertinya berbuah manis Hanifa.'' tutur Ibunya Malik, lalu ia berucap lagi, ''Em ... Hanifa, kalau boleh saya tahu bagaimana hubungan kamu dan Setya sekarang?'' ucap Ibunya Setya pelan.

''Kami udah resmi bercerai Ustadzah. Sidang perceraian kami sudah selesai dari empat bulan yang lalu. Sekarang aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.'' jawab Hanifa jujur. Tidak ada yang ia tutupi. Beberapa detik setelah Hanifa berucap seperti itu, Yusuf repleks bersuara cukup keras.

''Alhamdulillah!'' sahut Yusuf tiba-tiba dengan wajah sumringah, kedua telapak tangan mengusap wajah. Semua orang menatap ke arahnya dengan tatapan heran. Yusuf jadi salah tingkah karena tingkah konyolnya itu. Ia merasa malu. Lalu akhirnya ia memilih permisi dari hadapan mereka, ia berjalan ke kamar nya dengan langkah kaki lebar. Ia beralasan kalau ia akan ke Musholla. ''Astaugfirullah, kenapa bisa sampai keceplosan.'' batin Yusuf.

Orangtua Yusuf bisa mengerti perasaan sang putra. Karena mereka juga tahu kalau Yusuf menyukai Hanifa. Waktu itu mereka pernah menangkap basah Yusuf yang tengah berdoa menyebut nama Hanifa, dan juga Ibunya Yusuf juga pernah memergoki sang putra yang lagi tidur sambil menyebut nama Hanifa.

Hanifa menatap kepergian Yusuf dengan tatapan bertanya-tanya seraya menggelengkan kepalanya.

Setelah itu Hanifa pamit, ia akan berkunjung ke rumah Teh Hamidah lagi. Sebelum pergi ia bersalaman sama Ibunya Yusuf. Di sela-sela itu, ia menyelipkan amplop bewarna putih yang berisi beberapa lembar uang bewarna merah. Ia memberikan kepada Ibunya Yusuf. Ibunya Yusuf menolak, tapi Hanifa tetap kekeh ingin memberikan uang itu, sebagai ungkapan rasa terimakasih nya karena kebaikan keluarga itu selama ini. Hanifa dan Ibunya Yusuf juga bertukar nomer ponsel. Setelah ini mereka bisa saling menghubungi kapan saja mereka mau.

Yusuf berdiri di depan jendela kamarnya. Diam-diam ia menatap kepergian Hanifa dengan hati gundah gulana, ia masih belum punya keberanian yang cukup untuk mengungkapkan perasaannya.

***

Teh Hamidah tengah menyapu teras rumahnya yang tidak terlalu luas, hari ini ia tidak ke Musholla mengajar anak-anak mengaji karena ia yang sedang datang bulan. Tiba-tiba ia di kagetkan dengan suara decitan mobil yang berhenti tepat di depannya. Teh Hamidah terdiam sambil memegang gagang sapu, ia menatap mobil itu. Siapa ya? Pikirnya.

''Ibu ....'' teriak Arif dari kaca mobil, kaca mobil yang perlahan terbuka. Teh Hamidah repleks melempar sapu yang di pegangnya tadi secara asal. Ia sungguh kaget, ia merasa bagai mimpi bisa mendengar dan melihat wajah Arif dan Hanifa lagi.

''Arif, Hanifa ...'' Teh Hamidah menghampiri Hanifa dan Arif yang baru keluar dari mobil. Lalu ia memeluk Hanifa dan Arif secara bergantian. Teh Hamidah menatap Hanifa lekat, lalu berucap.

''Kamu udah bisa bawa mobil Hanifa?''

''Iya, Teh. Alhamdulillah.''

''Masya Allah, ternyata selama beberapa bulan tanpa adanya kabar, kamu udah banyak kemajuan. Kamu cantik sekali sekarang, Fa. Wajahmu begitu putih bersih, dan tubuhmu juga sudah berisi. Dan Arif, anak Ibu juga sangat Tampan, kamu udah sedikit gemuk sekarang, Sayang.''

''Ah .... Teteh bisa aja. Teh Hamidah juga makin cantik sekarang.'' timpal Hanifa. Mereka mengobrol di teras rumah. Tidak lama setelah itu tetangga samping rumah Teh Hamidah dan yang lainnya juga menghampiri Hanifa. Mereka yang ingin duduk santai di luar rumah pada sore hari begitu di kagetkan dengan kehadiran Hanifa dan Arif, dengan senang hati mereka menyapa Hanifa, begitu juga Hanifa. Hanifa melepas rindu sama tetangga lamanya satu persatu. Sedangkan Arif berbaur sama teman-teman sebayanya. Setelah itu Hanifa meminta salah satu Bapak-bapak untuk menurunkan beras dan makanan lain dari bagasi mobil. Hanifa membagi beras dan makanan itu secara adil dan merata kepada tetangga lamanya. Mereka semua sangat senang menerima pemberian Hanifa. Ribuan ucapan terimakasih Hanifa terima dari mereka. Hanifa senang bisa berbagi.

Hanifa menatap rumah lamanya dengan tatapan pilu. Rumah yang banyak mengukir kenangan indah dan pahit. Rumah tempat Arif di besarkan. Pintu rumah tampak terbuka. Sekarang Hanifa dan Teh Hamidah hanya duduk berdua di teras rumah, Arif masih main di rumah tetangga. Hari sudah mulai gelap. Magrib akan segera datang.

''Rumah itu sudah di jual, Fa. Sudah ada penghuni barunya.'' Teh Hamidah bersuara, ia bisa melihat Hanifa yang tengah menatap rumah masalalu nya.

''Iyakah? Kapan Setya menjualnya, Teh?'' Hanifa tidak menyangka kalau Setya bakalan menjual rumah itu.

''Beberapa hari yang lalu.''

''Teteh sudah berkenalan sama penghuni barunya?''

''Sudah. Penghuni barunya masih gadis, katanya ia baru tamat SMA satu tahun yang lalu. Ia berasal dari Kampung, dan saat ini ia tengah bekerja di salah satu Restoran. Begitulah yang Teteh tahu, kemarin Teteh main ke sana.''

''Oh ...''

''Waktu itu Setya sendiri yang mengantarnya ke sini.'' jelas Teh Hamidah lagi.

''Teh Hamidah tolong bagi 'kan juga beras dan makanan ini sama dia, ya.''

''Iya, Fa.''

''Dia tinggal sendiri, Teh?''

''Iya. Mm ... Tapi ... Aduh, nggak jadi deh. Nanti malah jadi fitnah.'' Teh Hamida tidak jadi berbicara, ia ragu untuk mengatakan.

''Kenapa, Teh?''

''Mantan suami mu, tadi malam Teteh lihat ia habis berkunjung dari rumah itu.'' Teh Hamidah berbisik lirih.

''Gadis itu memiliki wajah yang lumayan cantik, cara berpakaiannya juga bisa di bilang seksi.'' jelas Teh Hamidah lagi.

''Mungkin saja masih ada yang harus ia urus perihal surat kepemilikan rumah, Teh.'' Hanifa tidak mau berpikir buruk sangka.

''Iya. Mungkin saja.''

''Jangan sampai Arumi mengalami hal yang sama seperti yang kamu rasakan dulu.'' sahut Teh Hamidah. Hanifa mengangguk kecil.

Magrib datang, Hanifa masuk ke rumah Teh Hamidah, ia dan Arif sholat Maghrib bersama. Setelah itu mereka pamit pulang. Hanifa sudah menyampaikan perihal keinginannya mengajak Teh Hamidah untuk bekerja di butiknya. Teh Hamidah mengiyakan. Besok pagi Teh Hamidah akan langsung ke sana. Hanifa sudah memberikan alamat lengkapnya.

***

Setelah Isya, Hanifa dan Arif baru sampai di rumah. Arif sudah tertidur di kursi mobil. Sedangkan Hanifa merasa begitu capek, pinggang dan tangannya terasa pegal karena cukup lama menyetir. Jarak rumah yang di huni nya sekarang sama rumah lamanya cukup jauh.

Hanifa keluar dari mobil lalu ia menggendong tubuh Arif. Ia sedikit kesulitan.

''Biar saya bantu, Nyonya.'' tawar Pak Agus yang melihat kesulitan Hanifa.

''Tidak usah, Pak. Bapak jaga di depan aja, ya.'' tolak Hanifa lembut.

''Baiklah.'' Pak Agus berlalu ke pos security.

''Biar aku saja yang bantu.'' tiba-tiba suara seorang pria terdengar di belakang punggung Hanifa. Hanifa telah berdiri di ambang pintu utama. Ia menoleh ke arah sumber suara.

''Tuan Malik?'' Hanifa sedikit terperangah.

''Kamu dari mana saja malam-malam gini baru pulang?'' tanya Malik seraya mengambil alih tubuh Arif. Netra Hanifa dan Malik bertemu sesaat. Membuat wajah keduanya bersemu.

''Aku dari rumah teman.''

''Kamu membuat aku khawatir memikirkan mu. Aku takut calon istriku lecet.''

''Diamlah, Tuan. Nanti Mas Abdillah dan yang lainnya denger.'' Hanifa berbicara lirih. Wajahnya sedikit merona. Ia dan Malik berjalan berdampingan ke dalam rumah.

***

Tiga hari kemudian.

Hanifa sibuk mendesain sebuah jilbab model terbaru. Teh Hamidah sibuk melayani pembeli, menghitung total yang harus di bayar oleh pembeli. Teh Hamidah sudah mulai bekerja di butik milik Hanifa. Ia menjadi kasir sekaligus orang yang begitu di percayai Hanifa untuk menggantinya bila ia sedang tidak ada di butik.

Saat Hanifa tengah asik mendesain, tiba-tiba Yusuf dan Ibunya datang menemuinya di batik. Mereka mengatakan kalau mereka ingin berbelanja di butik Hanifa, sekalian ada hal yang ingin di sampaikan oleh Yusuf dan Ibunya kepada Hanifa. Tadi, mereka memang sudah mengabari terlebih dahulu. Kalau mereka akan berkunjung ke butik. Mereka menatap takjub butik milik Hanifa, kerena butik terlihat ramai oleh pembeli, dan barang yang ready pun cukup banyak memenuhi rak dan hanger butik.

Teh Hamidah yang tengah sibuk dengan pembeli sedikit gagal fokus karena kehadiran Yusuf. Ia menatap Yusuf dengan senyum simpul. Wajahnya berseri bahagia.

***

"Kamu sekarang sudah sukses, ya, Hanifa. Ibu senang lihatnya.'' ujar Ibunya Yusuf. Mereka tengah duduk di sofa ruang karja Hanifa. Dengan cemilan dan minuman yang sudah tersaji di hadapan mereka.

''Alhamdulillah Ustadzah. Itu, minuman dan cemilannya silahkan di nikmati Mas Yusuf, Ustadzah.''

''Baiklah. Kamu kayak sama siapa saja.''

Setelah beberapa saat obrolan mereka terjeda, akhirnya Ibunya Yusuf kembali bersuara.

''Hanifa, Mm begini, sebenarnya Ibu mau ngomong sesuatu sama kamu.'' ucap Ibunya Yusuf. Yusuf mengangguk kecil, wajahnya sedikit pucat, ia nampak grogi.

''Ngomong saja, Bu.'' jawab Hanifa lembut.

''Hanifa, sebenarnya Ibu menemui mu kesini, selain ingin berbelanja Ibu juga ingin membantu Yusuf menyampaikan isi hatinya.

Sebenarnya Ibu dan Yusuf ke sini ingin melamar kamu, Hanifa. Ibu ingin melamar kamu untuk Yusuf. Tadi, Ayahnya Yusuf juga ingin ikut, tapi, beliau lagi sibuk karena harus mengisi pengajian di suatu tempat.'' tutur Ibunya Yusuf pelan dan nampak tenang. Sedangkan Hanifa, Hanifa kaget mendengar itu. Lidahnya terasa kelu, ia tidak tahu harus berkata apa-apa lagi.

Selain Hanifa, seseorang yang tengah berdiri tepat di depan pintu yang tertutup itu juga merasa amat kaget. Ia bisa mendengar dengan jelas suara orang di dalam. Tangannya yang hendak mengetuk pintu ruang kerja Hanifa menggantung di udara, lalu ia menurunkan perlahan, bersamaan dengan hatinya yang terasa sakit.

1
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
wooaàlllahhhh arif kok sembarangn ngikut2 org 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaahhhh, pengulangn lg 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaahhhh, diulang lg 🤔🤔🤔😫😫😫
Kar Genjreng
satu istri ga di urus.. pekerjaan nya ojeg online..supri mau beristri dua laki laki ga bershukur 😚😚😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!