Dendam Istri Yang Tak Dianggap

Menjelang sore hari Alya baru terjaga dari tidurnya setelah terlelap saat selesai mendapatkan penawar dari obat perangs*ng yang ia minum dari minuman yang diberikan oleh Doni, sudah tentu penawar itu adalah suaminya sendiri.

Alya mulai mengerjapkan matanya, ia merentangkan kedua tangannya ke atas kepala lalu menggeliat seperti bayi yang baru bangun tidur. Dan pemandangan itu sangat indah di mata David.

David yang berdiri di dekat jendela, dan tentunya sudah membersihkan diri menghampiri Alya yang sepertinya belum mengingat penuh apa yang mereka sudah lakukan.

"Selamat sore" ucap David sembari melangkah menuju ranjang.

Alya menoleh pada asal suara yang menyapanya itu, dan iapun langsung terduduk melihat David ada dikamar itu tanpa memperhatikan bahwa saat ini ia sedang tidak memakai pakaian.

David terkekeh melihat pemandangan indah yang terekspos dengan jelas di dada Istrinya. "Jangan kaget seperti itu, lihat itu kau sampai lupa kalau kau sedang tidak berpakaian" tunjuk David pada dada Alya.

Seketika Alya memekik keras dan dengan cepat menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Keluar kau dari sini!" teriak Alya menunjuk David menyuruhnya untuk keluar.

"Tidak Alya, bagaimana aku bisa meninggalkan mu disini dengan keadaan seperti ini, kita pulang bersama ya" pintar David, namun Alya semakin emosi dan memakinya habis-habisan setelah mengingat apa yang sudah mereka lakukan.

"Brengs*ek kau, Kak David! Dasar laki-laki bajing*n! bisa-bisanya mengambil kesempatan dalam kesempitan, pergi kau dari sini aku tidak mau melihat mu lagi" Alya terus memaki, seandainya saat ini ia sedang tidak telanj*ng pasti ia sudah menghajar David habis-habisan.

Sementara David tidak perduli dengan ocehan Alya yang memakinya, ia naik ke atas ranjang lalu memeluk Alya walaupun terus berontak didalam pelukannya.

"Sudah Alya sudah, aku mohon maafkan aku, aku terpaksa melakukan ini karena aku tidak ingin kehilangan kamu" mengucapkan kata terpaksa hati David mencelos, karena pada dasarnya ia melakukannya dengan cinta. Sebelumnya David yakin setelah ia meniduri Alya, istrinya itu akan menerima keadaan dan mau menerimanya dan memaafkannya. Namun, melihat Alya yang terus memberontak seperti ini ia menjadi merasa bersalah.

Alya terus memberontak, ia memukul-mukul dada David, menampar bahkan mencakar nya. Dan David diam saja dengan apa yang dilakukan Alya, ia membiarkan istrinya itu meluapkan segala amarahnya, ia tahu rasa sakit pukulan itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang sudah ia torehkan pada hati Istrinya itu.

Mata David mulai berkaca-kaca melihat istrinya seperti itu, tanpa sadar cairan bening itu berhasil lolo di pipinya. Namun, percayalah air mata itu bukan karena rasa sakit ditubuhnya, melainkan sakit melihat keadaan Istrinya terlihat hancur seperti itu.

"Pukul aku sampai kau puas, Alya. Bahkan jika kau membunuhku sekalipun aku tidak akan melawan, aku tau ini sakit pukulan mu ini belum sebanding dengan sakit yang sudah aku berikan. Pukul aku Alya, pukul aku, pukul aku Alya, pukul aku"

Dan Alya pun semakin gencar memukul David, lalu diakhiri dengan satu tamparan yang keras dan percayalah itu membuat kuping David berdengung.

"Kenapa berhenti Alya, ayo pukul aku lagi, ayo Alya pukul aku lagi" David menarik kedua tangan Alya lalu menampar kan nya di pipinya sendiri.

"Pukul Alya, pukul, pukul Alya"

Alya melihat wajah David sudah dipenuhi banyak lebam, iapun menarik keduanya tangannya. Namun dengan cepat David menariknya kembali dan memukul-mukul lagi wajahnya dengan kedua tangan Alya.

"Dasar bodoh, lihatlah wajahmu sekarang sudah babak belur" maki Alya dengan menarik tangannya lagi.

"Tidak apa-apa jika itu bisa membuat mu memaafkan aku, Alya" ucap David sendu, matanya menatap mata Alya dengan penuh harap.

Alya tersenyum sinis. "Bahkan setelah ini aku akan meminta pisah"

David tercengang mendengar penuturan Alya. "A-pa maksudmu, Alya?" tanyanya dengan terbata.

"Ceraikan aku, Kak David!" ucap Alya menatap tajam suaminya.

"Apa?" bagai tersambar petir di sore hari, David benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa Istrinya itu meminta pisah setelah apa yang mereka lakukan.

David menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan pernah mengabulkan permintaan mu itu Alya, tidak pernah!" David pun menjadi emosi mendengar ucapan Alya yang meminta pisah darinya, padahal ia benar-benar tulus ingin memperbaiki hubungannya dengan Alya.

"Kenapa tidak mau? bukankah Kak David sendiri dulu yang sudah menculik dan membuang ku!" Akhirnya Alya mengatakan kebenaran yang sudah lama ia ketahui.

Wajah David seketika berubah pias, ternyata bukan hanya hubungannya dengan Lestari yang Alya ketahui. Tapi penculikan yang ia lakukan terhadap istrinya itu, ternyata Alya pun sudah mengetahuinya.

"Kenapa? apa Kak David terkejut, aku tau bahwa kak David lah dalang di balik semuanya bersama kekasihmu itu" tutur Alya menyindir David namun itu benar adanya.

"Jadi kau sudah mengetahui semuanya?" tanya David sendu.

"Yah, bahkan aku sudah tau sejak lama" ucap Alya mengalihkan tatapannya.

"Jadi tunggu apa lagi, sebaiknya mari kita berpisah" sambungnya.

"Tidak Alya, aku tidak mau!" David pun kembali mendekati Alya.

Kak David mau apa? jangan mendekat!" tunjuk Alya diwajah David.

Namun David seolah tidak mendengarnya dan semakin memangkas jarak, entah apa yang sedang dipikirkan oleh David saat ini tiba-tiba saja ia langsung menyerang Alya dengan melahap bibirnya dengan rakus.

Alya terkejut dengan tindakan David yang tiba-tiba, ia sekuat tenaga mendorong David namun tenaganya tidak sekuat David yang semakin melancarkan aksinya.

Bertepatan dengan itu, pintu kamar itu dibuka dari dari luar.

"Ooppsss soryy"