Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.
Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.
Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.
Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Ddrrttt
Ddrrttt
" Ais, angkat woi angkat! Dasar asisten iblis, sama saja dengan tuannya. Iblis juga!" Gabriel terus menghubungi Daffa untuk kesekian kalinya, namun tidak pernah nyambung.
Menghubungi ponsel Azzam yang tidak aktif, membuat Gabriel sangat murka kepada kedua orang tersebut.
" Dasar bre****ek, dasar iblis mereka berdua. Awas saja, akan kukuliti mereka berdua." Gabriel menghempaskan ponselnya dia atas tempat tidur.
......................
Semenjak dari hari dimana Hanif menyatakan perasaannya kepada Kiya, maka semenjak itu juga Kiya tidak pernah menanggapi komunikasi darinya. Baik itu telfon maupun pesan, Kiya tidak ingin memberikan harapan yang tidak jelas kepada Hanif.
Kembali fokus untuk bekerja, dan kali ini laporan yang ada di atas meja Kiya sudah sangat menumpuk dan harus segera update.
" Permisi, Ki. Bisa tolongin mbak nggak?" Ghina buru-buru menghampiri Kiya yang sedang fakus dengan kertas-kertasnya.
" Eh, mbak. Em, memangnya apa yang bisa Kiya bantu?" Menatap wajah Ghina yang seperti kebingungan
" Ini Ki, data mbak nggak sinkron dengan data yang kamu kasiin. Apa mbak yang salah ya, coba kamu lihat." Ghina memberikan berkas dari tangannya kepada Kiya.
Maya Kiya mulai membaca dan mencermati satu persatu data yang ada, memang dasar otaknya cerdas. Dengan waktu lima belas menit, Kiya menemukan penyebabnya.
" Coba mbak baca yang ini." Jemari Kiya menunjuk pada bagian yang dituju.
Ghina membaca bagian tersebut, dan tak berapa lama. Mata Ghina langsung melebar, mulutnya membentuk huruf O. Langsung saja, ia menutupnya menggunakan telapak tangannya.
" Kiya! Kamu, kamu ini. Kenapa bisa pinter gini sih, ya ampun Ki. Terima kasih, sweety." Ghina memeluk Kiya dengan sangat erat.
Kiya hanya bisa pasrah dengan kelakuan Ghina, tidak bisa menghindar lagi. Jarak diantara mereka sangatlah dekat, percuma saja jika ingin menghindar. Bakalan kepentok dengan meja kerja Kiya sendiri.
Prok
Prok
Prok
" Hebat, hebat. Kerja hei kerja, jangan hanya bergosip yang tidak penting. Mau dipecat apa kalian, hah?!" Ternyata yang datang adalah Marsya.
Ghina dan Kiya kaget dengan suara yang mereka dengar saat itu, melihat siapa yang datang. Sontak saja, membuat Ghina menjadi malas dan memutar bola matanya.
Perempuan ini lagi, dasar tidak tau malu. Jika bos tau ni bunglon kemari, alamat masuk rumah sakit ni perempuan . Ghina.
" Kamu! Cepat buatkan saya minum. Tidak pakai lama dan jangan lamban, sudah sana cepetan." Perintahnya kepada Kiya, sungguh sudah sangatketerlaluan.
Kiya hanya bisa menjalankan perintah dari Marsya, yang Kiya tau jika Marsya adalah tunangan dari Azzam. Membuat perasaannya semakin down dan sangat tidak pantas, ia berjalan menuju pantry untuk membuatkan apa yang di inginkan oleh Marsya.
" Nona, bisa tolong keluar dari ruangan ini? Tuan sedang tidak berada di perusahaan, jadi tolong anda segera keluar dari sini." Ucap Ghina yang geram melihat kehadiran perempuan tidak tau diri itu, Azzam sudah memberikan titahnumya agar Marsya tidak bisa masuk kedalam ruangannya. Kali ini, Ghina sudah teledor.
" Kamu tidak akan bisa melarang saya, Ghina! Azzam akan membela saya, jadi kamu bersiaplah untuk angkat kaki dari sini." marsya sangat percaya diri, jika Azzam masih mencintainya.
" Huh, anda sudah gila rupanya. Keluarlah! Jika tidak, akan saya panggilkan keamanan untuk membuang sampah seperti anda." Ghina dengan cepat menarik tangan Marsya dan menuju pintu keluar.
Tanpa sengaja, disaat Kiya akan masuk dengan membawa minuman yang di inginkan Marsya. Mereka bertabrakan, hingga minuman yang Kiya bawa tumpah dan membasahi bagian depan dari tubuh Marsya.
" Kamu! Dasar tidak becus."
Plaakk!!!
Marsya menampar Kiya dengan sangat kuat, hingga membuat Kiya menjadi limbung dan terjatuh. Melihat Kiya seperti itu, Ghina semakin marah.
" Dasar wanita gila." Ghina menarik rambut Marsya dengan sangat kuat.
" Aakkhh!! Sakit, lepaskan." teriak Marsya, kepalanya reasa sangat sakit.
Terjadilah keributan diantara mereka, aksi saling jambak dan dorong mendorong. Sangat memalukam sekali jika melihatnya, Kiya menjadi merasa berasalah dengan kejadian itu. Bermaksud ingin melerai, namun apesnya. Saat itu, marsya yang sudah emosi tingkat dewa. Dengan sangat murkanya, melihat Kiya yang ingin memberhentikan mereka bertikai. Langsung saja, tangan Marsya mendorong Kiya hingga terjatuh. Dengan arogannya, tangan itu melayangkan pukulan dengan membabibuta kepada Kiya. Tak habis sampai disitu, ia mencakar dengan kukunya yang panjang. Menimbulkan bekas cakaran yang terlihat jelas oleh mata, menarik kerudungnya dan pada akhirnya. Marsya memukul Kiya menggunakan vas bunga yang saat itu ada disudut ruangan.
Pprraanngg!!!
" Aaaaaa "
" Kiya!!! " teriak Ghina spontan, melihat Marsya memukulnya.
Ghina berdiri dari jatuhnya, dengan cepat ia mencengkram baju Marsya dan menariknya hingga terjatuh.
" Ki, kamu nggak apa-apa kan?!!" Ghina terlihat sangat khawatir.
" Ee ee ti ti dak apa-apa mbak." Kiya berkila, rasa sakit dibagian lengannya sangat terasa sekali. Darah mulai menetes dibalik pakaian yang menutupi lengannya, terdapat beberapa serpihan dari vas bunga tersebut menancap pada lengannya.
" Dasar wanita laknat, enyahlah dari sini." Wajah Ghina terlihat sangat marah.
Dengan nafas yang memburu, dari turun mobil hingga sampai diruangan tersebut. Azzam berlari dengan sangat cepat, tak menghiraukan lagi dan meninggalkan Daffa begitu saja yang saat itu bersamanya agar dapat segera sampai diruangannya. Azzam sangat marah dan memutuskan untuk segera kembali ke negara, setelah ia mengaktifkan ponselnya yang sudah beberapa hari ia abaikan. Begitu banyak pemberitahuan yang masuk, baik itu dari panggilan maupun pesan.
Ada rasa rindu dari dalam hatinya kepada Kiya, setelah mengabaikan cintanya itu untuk beberapa lama. Ia mulai memeriksa CCTV yang terhubung pada ponselnya, betapa kagetnya Azzam saat melihat apa yang terjadi pada Kiya sebelumnya. Dan suatu hal yang sangat membuat amarahnya semakin menjadi, kehadiran wanita yang sangat iya benci telah menyakiti cintanya. Dan saat itu juga, ia memerintahkan Daffa untuk mempersiapkan kepulangannya.
......................
" MARSYA!!!" Suara teriakan Azzam terdengar sangat kuat dan nyaris membuat telingga sakit.
" Azzam!" Marsya merasa ketakutan melihat wajah Azzam yang sudah sangat marah.
Mencengkram rahang wajah Marsya dengan sangat kuat, hingga tubuh Marsya mengikuti tarikan dari tangan Azzam.
" Mau apa kau! Jangan pernah muncul lagi dihadapanku, dasar wanita ja**lang. Sudah bosan hidup, hah!!!" Cengkraman pada rahang wajah itu berubah menjadi cengkraman pada leher.
" Aakhh, hem. Aarrkk, le lepas. !!!" Marsya mencoba mengendurkan cengkraman pada lehernya, yang membuatnya sulit bernafas. Namun tangan itu semakin menguat menekan lehernya.
Ghina merasa sangat puas melihat bosnya itu telah tiba, apalagi dengan Marsya yang sudah mendapatkan balasannya. Melihat luka pada lengan Kiya, Daffa langsung menyadarkan bosnya.
" Tuan, nona Kiya!"