NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu Kenapa?

Lina mengirim emoji menghela napas di grup chat, lalu membalas:

“Aku juga pengen sih! Tapi ternyata momen ketemu cowok ganteng itu terlalu telat, tiket masuknya susah di tahap ini. Lagian, hari itu kan ulang tahun kakekku juga.”

“Aduh, seandainya yang nolong Reyhan hari ini aku aja! Pasti aku jadi pahlawan hidup Reyhan, dia nggak bakal lupain aku deh!”

Salah satu teman sekamar Lina melihatnya, terus kirim emoji ketawa sambil nangis.

“Jangan bercanda, Lina. Emangnya kamu bakal mau kerja sambil pakai kostum maskot di mall buat bagi-bagi selebaran?”

Teman sekamarnya yang lain ikutan nimbrung, “Iya, aku denger dari anak pembantu di rumah, gaji part-time itu nggak sampai lima puluh ribu per jam.”

Lina terkejut setengah mati.

“Di cuaca panas gini harus pakai kostum maskot, gajinya segitu doang?!”

“Eh, aku sih malah mikirnya pakai kostum maskot lumayan seru. Tapi ya sudahlah. Lagian kodok kecil ini kan masuk rumah sakit gara-gara nolong orang, nggak sebanding lah.”

Salsa Liani, yang duduk depan layar, cuma bisa geleng-geleng. Pesan mereka masuk satu per satu, rasanya jengah banget. Tanpa pikir panjang, dia lempar ponsel ke samping dan balik lagi ke menggambar.

Mungkin karena besok nggak perlu kerja, malam itu Salsa tidur dengan nyenyak banget.

Paginya, bangun tanpa alarm—wow, rasanya mantap banget.

Dia membuka mata… udah jam sepuluh lewat.

Sebenarnya Salsa masih pengen tidur lagi sebentar, tapi matanya nyasar ke sebuah tas bekal di samping nakas.

Ibu-ibu di ranjang sebelah, dengan ekspresi gosip level dewa kemarin, senyum lebar, “Nak, ini sarapan cinta dari pacarmu, nih! Dia kirim pas kamu lagi tidur!”

“Cowoknya ganteng banget, kayak artis!”

Salsa tersentak. Kemarin Reyhan antar dia masuk rumah sakit, tapi ibu itu nggak pernah lihat langsung.

Salsa buru-buru geleng kepala, “Bukan, bukan. Dia cuma teman, bukan pacar.”

“Ah, ngga usah malu-malu, dia jelas suka sama kamu. Datangnya pelan-pelan, malah selimutin kamu lagi.”

Ibu itu lanjut ngegosip sambil mengupas jeruk dia nyengir jahil: “Kalian kenal darimana sih? Kerjanya apa dia? Kayaknya anak konglomerat banget.”

Matanya nyasar ke sepatu canvas Salsa yang udah lusuh, jauh banget dari gaya orang yang bisa nginep di RS Nusantara.

Salsa cuma bisa pasrah, pakai jurus pura-pura pingsan:

“Maaf, Tante, aku pengen jawab pertanyaan, tapi kepala aku agak pusing…”

Suaranya lemes, “Kayaknya gula darahku rendah, aku makan dulu deh.”

Ibu itu langsung sadar bahaya.

“Cepetan makan! Jangan sampe pingsan di depan aku!”

Sarapan di kotak makan itu ternyata lengkap banget, ada bubur ayam, telur, susu, buah potong, pokoknya komplit.

Di kotak bubur ayam ada sticky note:

“Kodok kecil, makan yang banyak ya, nanti siang aku antar makan lagi.”

— Reyhan.

Tulisan di sticky note rapi, tegas, tapi tetap terlihat santai kayak pendekar yang tulis puisi pakai pedang di atas batu.

Salsa nggak tega buang sticky note ini begitu aja. Apalagi lihat mata ibu itu yang penasaran banget. Akhirnya dia selipin sticky note itu di buku sketsanya, terus simpan di bawah bantal.

Setelah sarapan, Salsa nggak pengen berlama-lama di kamar. Dia geser kursi roda menuju lobi, mau napas segar.

Dokter Kinar sebelumnya sempat bilang. “Sebaiknya banyak duduk di kursi roda. Kalau nanti polisi dari kantor datang buat bikin laporan, mereka pasti lebih simpati.”

Salsa mikir, dokter ini bener-bener licik tapi cerdas.

Begitu hampir sampai pintu, ibu di sebelah nggak bisa menahan diri lagi: “Nak, mau ke mana?”

“Ke dokter,” jawab Salsa singkat. Lalu mengayuh secepat kilat, kayak ada monster kejar dari belakang.

Salsa yakin, ibu itu nanti pasti gosip ke perawat, bilang dia punya pacar anak konglomerat.

RS Nusantara luas banget, Salsa nggak hafal peta rumah sakit, jadi dia muter di area tunggu lantai satu, menatap orang-orang lalu-lalang sambil melamun.

Dengan mata barunya, dia bisa lihat detail wajah semua orang, bahkan tahi lalat kecil di wajah orang asing pun terlihat jelas.

Tapi di matanya muncul keraguan.

Sekarang kerja part-timenya ilang, susah buat nyari kerja lagi, terus kalo kakinya udah sembuh, salsa harus ngapain ya?

Dengan mata sehebat ini, kerja apa yang cocok?

Ya ampun, nggak mungkin kan dia jadi sniper tentara khusus beneran!

Tiba-tiba muncul seorang ibu paruh baya dengan topi lebar dan berpakaian penuh merk mahal, kayak sosialita.

Ibu itu gendong bayi, bayinya nggak nangis, cuma ngedip-ngedip, kelihatan ngantuk.

Salsa menatap mata bayi itu, dan tiba-tiba penglihatan super jernihnya jadi blur lagi.

Dia melihat ilusi itu lagi.

Bayi itu dibawa ibu sosialita keluar RS, lalu ibu itu ganti kostum jadi cleaning service di toilet umum.

Bayi itu disembunyikan di troli sampah, lalu mereka naik truk sampah.

Adegan berikutnya, bayi itu muncul di rumah kampung reyot, nangis sejadi-jadinya, dan wanita yang jaga mukanya sangar, kasar, nyuapin bubur panas ke mulut bayi.

Mulut bayi sampai merah kena panas.

Wanita itu sambil marah-marah:

“Kamu pikir kamu masih anak sultan, ada makanan aja harusnya bersyukur!”

Dia senyum puas, “Mulai sekarang, kamu cuma anak kampung. Cucu aku yang nikmatin kemewahan, bukan kamu.”

Gambarnya lenyap, penglihatan Salsa kembali normal, tapi jantungnya deg-degan dan bulu kuduknya merinding.

Si ibu sosialita itu siapa sih?

Bayi yang digendongnya anak siapa?

Lihat ibu itu sudah mau keluar lobi, Salsa panik, gemetar, Salsa kemudian menggeser kursi roda mengejar.

Dua ilusi sebelumnya jadi kenyataan. Kali ini, Salsa nggak bisa diam aja.

Ibu itu pakai kacamata hitam, jalan fokus ke pintu, nggak sadar kursi roda Salsa menghampirinya.

Dengan panik, Salsa kayuh kursi roda secepat kilat—“swoosh”—langsung sampai di depan ibu itu.

Dia genggam lengan ibu itu sekuat tenaga.

Ibu itu kaget, teriak.

Teriakan itu menarik perhatian semua orang di lobi.

Ibu itu melihat semua orang menatap mereka, langsung kaku, teriak marah ke Salsa:

“Kamu ngapain sih!”

“Gak lihat aku gendong anak? Kalau terjadi apa-apa, kamu mau tanggung jawab?”

Keamanan di rumah sakit swasta top seperti rumah sakit Nusantara itu bukan main-main. Begitu mereka melihat keributan antara Salsa dan wanita itu, dua satpam tinggi besar langsung datang membawa tongkat baja anti-huru-hara dan alat kejut listrik.

Salsa saat itu masih memegang lengan wanita itu dengan erat.

“Ini, apa anak ini… anakmu?”

Wanita itu menutupi rasa terkejutnya di balik kacamata hitam.

Saat melihat dua satpam mendekat, dia pura-pura marah. “Kamu menuduh aku penculik?!”

“Anakku seorang eksekutif perusahaan publik, hartanya miliaran! Apa aku perlu jadi penculik?”

Dia menatap Salsa dari atas ke bawah, lalu mengejek:

“Eh, tapi kamu… pakai jam elektronik seharga belasan ribu, sepatu canvas lusuh, tapi bisa nginep di RS Nusantara? Bukannya kamu ya yang lebih mirip tukang tipu?"

“Omong kosong!”

Salsa makin kuat mencengkeram lengan wanita itu.

Wanita itu kesakitan, mau menghantam Salsa pakai tas merk mahal, tapi tiba-tiba terdengar suara laki-laki lantang. “Kamu asal tuduh gadis ini aja? Dia terluka karena menolongku!”

Reyhan muncul di pintu lobi rumah sakit. Cowok muda itu pakai kaos putih olahraga dan celana jeans, bersih dan rapi, tangannya membawa makanan untuk Salsa.

Matanya menatap tajam, dagu terangkat, meski muda, aura kewibawaan dan tegasnya langsung terasa. Matanya yang panjang dan tajam bikin orang enggan melawan.

“Aku yang bayar biaya rumah sakitnya, ada masalah apa?”

Reyhan cepat melangkah ke sisi Salsa, berdiri seperti patung tinggi, bikin rasa aman langsung muncul.

Melihat teman Salsa datang, tangan wanita itu yang memegang bayi mulai berkeringat.

“Tapi pacarmu malah menuduh aku penculik!”

“Satpam, tolong kendalikan gadis gila ini!”

“Dia gila, nggak mau lepasin aku!”

Mata satpam berpindah antara Salsa dan wanita itu.

Wanita itu tampil mewah dari ujung kepala sampai kaki, semua merk, mirip sosok sosialita yang sering mereka lihat di rumah sakit. Sementara Salsa cuma pakai pakaian pasien, sepatu canvas lusuh, pegang ponsel keluaran lawas.

Satpam otomatis mikir Salsa bermasalah, tapi tetap tanya ke wanita itu:

“Maaf, Bu. Dokter anak siapa yang Anda temui? Jam berapa?”

“Serius? Kalian percaya dia?”

Wanita itu menyesuaikan kacamata, dengan nada sombong berkata. “Dokter anak, Dr. Leo, jam 10 pagi. Ini bukti reservasi saya.”

Dia menunjukkan ponselnya dengan rekaman janji temu, dan bahkan geser-geser layar untuk buktikan bukan editan.

Gaya dan sikapnya sangat meyakinkan.

“Kalau nggak percaya, telepon aja Dr. Leo, biar dia jelasin langsung.”

Tak lama, Dr. Leo turun. Wanita itu dijamin datang sesuai janji.

“Ini Bu Widuri, pasien saya hari ini, rekamannya ada di CCTV dan saksi juga ada,” jelas Dr. Leo, dokter anak berambut pendek rapi, sekitar 30-an, tegas dan profesional.

Satpam lain datang, baru kembali dari mengecek CCTV:

“Bu, waktu masuk RS, Anda bawa bayi sendiri. Tidak ada laporan kehilangan anak dari siapapun.”

Salsa terdiam. Otaknya mendadak blank. Apakah ilusi sebelumnya benar-benar cuma khayalan? Bayi yang wanita itu gendong berbeda dengan bayi yang dia lihat di ilusi sebelumnya!

Satpam dan Dr. Leo pun mulai meminta maaf pada Bu Widuri.

“Maaf ya, Bu Widuri.”

Melihat mereka siap melepas Bu Widuri, Salsa panik, sekali lagi menarik lengan wanita itu.

“Dia nggak cuma menculik, dia tukar anak orang!”

Bayi baru sebulan masih keriput, wajahnya belum terbentuk jelas. Biasanya baru 4–5 bulan mulai kelihatan karakter wajahnya. Wanita itu jelas memanfaatkan momen ini untuk tipu-tipu.

Setelah Salsa teriak, ekspresi wanita itu sempat membeku, lalu berubah jadi arogan:

“Kamu masih ribut-ribut? Ketemu kamu hari ini benar-benar sial buatku!”

“CCTV dan dokter membuktikan aku bawa cucu sendiri. Kamu mau apalagi?”

Wanita itu mulai panik:

“Copot tanganmu! Jangan ganggu cucuku tidur!”

“Satpam, cepat ke sini! Wanita ini gila. Aku harus bawa cucuku pulang kasih obat!”

“Anakku seorang eksekutif di Limas Pharma, kalau cucuku celaka, kalian sanggup tanggung?”

Limas Pharma adalah rekan dan supplier RS Nusantara.

Satpam ingat, bos rumah sakit, Pak Dono, kadang datang dampingin istrinya. Kalau kekacauan ini sampai ketahuan, mereka bisa dipecat!

Dua satpam mendekat ke Salsa, tegas:

“Mbak, kalau masih ribut, kami akan proses hukum. Anda harus ganti rugi reputasi rumah sakit!”

Salsa… air matanya hampir keluar. Tapi terpaksa melepaskan lengan wanita itu.

Tanpa bukti apa-apa, orang lain pasti lihat Salsa yang bermasalah.

Lobi rumah sakit sudah penuh penonton, beberapa pasien yang lagi infus sampai pegang botol obat sambil nonton drama ini.

Reyhan nggak ngerti kenapa Salsa ribut sama wanita itu, tapi dia yakin pasti ada alasannya.

Dia mengernyit, memperhatikan bayi di lengan wanita itu. Sepanjang keributan, bayi itu sama sekali nggak menangis, cuma terlihat ngantuk.

“Hari ini kamu beruntung, aku lagi buru-buru, nggak sempat nuntut kamu lagi!”

Bu Widuri mendesah, kemudian membawa bayi itu berbalik menuju pintu keluar.

Salsa melihat punggung wanita itu pergi, hatinya nggak tenang, panik dan sedih. Air mata jatuh, tangannya reflek meraih ujung baju Reyhan.

Ilusinya sebelumnya dua kali terbukti benar. Kali ini, kemungkinan salah sangat kecil.

Tapi tanpa bukti, apa dia harus rela melihat wanita itu bawa bayi itu pergi?

Reyhan menunduk, melihat mata Salsa merah seperti kelinci, penuh sedih dan cemas.

Jantungnya berdebar, ia cepat berjongkok di dekat Salsa, suara lembut dan sabar:

“Kodok kecil, ini sebenarnya kenapa? Boleh ceritakan padaku.”

1
Lala Kusumah
nah loh....
Tini Rizki
keren bikin penasaran lanjut Thor
Lala Kusumah
Alhamdulillah Salsa, rezeki anak Sholehah 🙏🙏👍👍😍😍
...cienta kamyu...
lanjut thoorr...semangat yaa
sahabat pena
syukurlah si playboy petra selamat 🤣🤣🤣🤣dag dig ser itu dihadapkan sama makanan dan minuman yg beracun
Lala Kusumah
alhamdulilah semua selamat, tegaaaanng pisan 🫣🫣😵‍💫😵‍💫🙏🙏👍👍
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
Lala Kusumah
ikutan tegaaaanng kalau Salsa lagi mode on begitu 🫣🫣😵‍💫😵‍💫
sahabat pena
huhuhu up nya kurang byk kak.... lagi seru yeuh 🤣🤣🤣✌
Lala Kusumah
sukses selalu bang Surya 👍👍👍
Reni Syahra
kerenn bangett eksekusinya..
lanjutt thor💪
ganbatteee😍
Lala Kusumah
semangat Salsa 🙏🙏💪💪👍👍
saniati Amat
semangat trs thor,jgn lupa jg ksehatn,ditunggu up slanjutnya💪💪💪💪
renren syahra
up nya jng lama2 dong thor
sahabat pena
Luar biasa
Lala Kusumah
bakat Salsa emang hebaaaaaatt n kereeeeeennn 👍👍👍
Lala Kusumah
cepat tolong kakakmu Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
syukurlah
Melody Aurelia
bos gurem nih😄
Melody Aurelia
emang enak kalo kantong penuh
Melody Aurelia
keren loh 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!