Reina masuk kedalam tubuh sang tokoh antagonis yang merupakan tunangan dari tokoh utama pria yang sangat obsess pada sang tokoh wanita. Takdir dari buku yang dibacanya harus mati dengan keadaan menyedihkan. Tapi Reina tidak ingin takdir buruk itu terjadi. Salah satunya dengan merubah takdirnya dengan memutuskan pertunangannya dengan Nico sang tokoh utama. Sayangnya perubahannya membuat pria gila berbarik tertarik padannya dan berjanji tidak akan melepaskan. Rencana hidup tenangnya harus hancur dengan pria gila yang malah obsesi padanya bukan pada kekasih kakaknya. Tidak sampai disitu saja masalah dalam hidupnya silih berganti. Berbagai karakter muncul yang tak seharusnya ada di cerita.
"Mari kita batalkan pertunangan ini."
"Tidak akan pernah, kamu sudah masuk ke dalam duniaku dan cara untuk keluar hanya dengan kematian. Sayangnya aku tidak akan membiarkan kematian merenggut kelinci kesayangan itu."
"Kenapa alurnya jadi berubah."
"Semua usahaku sudah selesai , mari kita putus."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewisl85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Reina melangkahkan kaki jenjang dengan semangat tak lupa senyuman yang terlukis indah di wajahnya. Wajah sumringan yang tidak pernah ditunjukkan selama ini. Seakan ada hal baik yang membuat moodnya menjadi baik. Semua itu tidak lepas dari tatapan seseorang yang sejak tadi selalu mengikuti berkedok pengecekan mallnya.
“Wow, dulu aku tidak pernah membayangkan akan masuk ke tempat seperti ini. Sekarang aku bisa berbelaja sepuasnya.” Ucap wanita itu dengan tawa kecil yang renyah. Tanpa sadar setiap tingkah membuat seluruh lawan jenis disekitarnya memperhatikannya. Wajah cantik dengan penampilan yang terlihat manis saat pas.
“Ada yang bisa saya bantu nona?”
“Saya ingin mencari pakaian model baru.” Ucap Reina pada pelayan yang mengahampirinya.
“Mari saya tunjukkan koleksi terbaru kami.” Ucap pelayan itu.
“Dia tidak berubah, tetap sama.” Gumam seorang pria yang membuat tangan kananya membuang nafas sebal melihat tingkahnya, Entah berapa kali pria itu mengumpati wanita yang sejak tadi dia ikuti. Padahal setiap ada pria yang menatap nona dengan wajah terpesona dia selalu mengeluarkan gelapnya.
“Tuan, sepertinya anda yang berubah.”
“apa maksud kamu?” tanya pria itu pada bawahannya.
“Tidak tuan, hanya saja inspeksi kali ini sepertinya sangat menarik bukan.”
“Benar, banyak yang harus kita perbaiki agar para pembeli dapat menikmatinya. Apa perlu kita membuat Kawasan yang hanya bisa diakses para wanita.” Ucap pria itu yang berhasil membuat bawahannya membuang nafas kasar. Sepertinya atasannya benar-benar sudah gila pikirnya.
“Bukankah itu terlalu berlebihan. Tuan.”
“Tapi bisa dipertimbangkan.”
“Terserah tuan saja.”
“Apa maksudmu?”
“Tidak tuan.”
“Lihat dia berbebelanja sebanyak itu. Dia benar-benar sangat boros.” Ucap tuannya itu yang membuat Veno geram mendengar setiap komentar tuannya.
“Apakah anda tidak ingin menghampiri nona?” tanya pria itu yang berakhir tatapan tajam dari sang tuan.
“Apa maksudmu?”
“Tidak tuan hanya saja nona sedang menatap anda saat ini.” Ucap vino yang berhasil mengalihkan tatapan tajam itu ke wanita yang menatap sebal pada mereka. Wanita itu berjalan menuju mereka saat ini.
“Selamat siang Tuan Nico, sepertinya anda hari tidak sibuk ya.” Ucap Reina dengan wajah yang tak ramah sama sekali. Entah pergi kemana senyum manis itu menghilang. Apakah Nico baru menyadarinya kalau Reina tidak pernah senyum selebar seperti beberapa saat lalu. Walaupun dia selalu tersenyum di hadapannya. Rasanya dia terima pria lain melihatnya.
“Kami sedang melakukan inspeksi toko di mall ini nona.” Balas Vino yang paham kalau tuannya enggan menjawab.
“Ah, tapi aku merasa ada menguntitku dari awal masuk sampai sini. Sepertinya cuman perasaanku saja. Kalau begitu aku duluan, perutku suah lapar.” Ucap Reina yang berniat pergi tangannya ditahan cukup kencang.
“Sepertinya kamu sedang mempermainkan trik untuk memikatku bukan. Apalagi yang sedang kamu rencanakan di otak kecilmu itu? Bukankah kamu harus tahu kalau….”
“Berhenti untuk mengambil Kesimpulan sesuka hatimu tuan Nico. Aku memang sedang ingin bersenang-senang dan ingin makan. Apakahk amu saya mengajakmu makan bersama? Bukankah kamus selalu bilang tidak pernah bernafsu bila makan bersamaku dan sekarang kamu ingin aku makan bersamamu?”
Reina sudah jengah dengan sikap menyebalkan pria dihadapannya. Dia akui pria itu punya pesona yang bisa membuat semua wanita tunduk dengannya. Tapi aku tidak berminat dengan seperti itu. Aku hanya ingin menikmati kesempatan keduaku untuk hidup dan tidak ingin mati untuk kedua kali dalam waktu dekat ini.
Setelah protes yang dilemparkan pada pria itu, tidak ada respon apapun selain dia ditarik ke dalam restaurant. Dia membuang nafas kasar melihat sikap pria dihadapannya. Mungkin Nico tidak ingin merusak citranya tentuk hubungan tunangan mereka. Tapi dia ingin mengakhiri pertuangan itu.
“Pesan yang kamu mau.” Ucap pria itu Santai sambil membaca buku menu. Dia membuang nafas saat melihat berbagai makanan berisi seafood. Dia tahu semua itu menu kesukaan pria dihadapanya. Tapi dia tidak bisa memakannya.
“Bukankah kamu menyukai seafood. Kalau kamu bingung memilih makan aku akan pilihkan.” Ucap pria itu yang membuat Vino kagum. Untuk pertama kali dia melihat tuannya berbicara cukup panjang bahkan mengambil inisiatif lebih awal untuk memesan makan.
“Saya pesan satu set seafood dan ….
“Saya pesan steak tenderloin medium rare dan dua es jeruk.” Potong Reina.
“Baik tuan dan Nyonya.” Ucap pelayan sebelum pergi.”
“Saya tidak bisa makan seafood.” Ucap Reina sambil membuang wajahnya. Dia tahu kebodohan yang dilakukan Reina dimasa lalu dengan berpura-pura menyukai seafood. Padahal dia memiliki alergi seafood. Entah berapa kali dia harus dilarikan ke rumah sakit karena alerginya kambuh.
“Kamu pernah bilang suka Seafood.” Ucap Nico yang membuat tawa kecil keluar Reina. Wanita menujukkan wajah penuh luka pada pria dihadapannya.
“Kamu tidak pernah sadar, kalau aku selalu bila menyukai semua kesukaanmu. Aku benar-benar bodoh bukan ?” tanya Reina yang memilih tidak menatap pria dihadapannya. Sekarang dia bisa merasakan sakit reina. Wanita itu terlalu baik untuk pria kejam dihadapannya. Ia selalu melakukan apapun yang membuat pria itu bahagia tapi semua itu tidak pernah menghasilkan apapun untuk dirinya.
“Aku tidak tahu kamu alergi seafood.” Ucap Nico lirih entah ada perasaan menyesal pada dirinya.
“Sejak kapan anda tahu saya tuan Nico? Bukankah saya hanya tunangan palsu agar wanita yang dicintaimu tidak terluka oleh musuhmu. “ ucap Reina pada pria dihadapannya yang tanpa sadar air mata jatuh. Mungkin ini air mata Reina yang asli karena dia tidak punya perasaan apapun pada pria dihadapannya selain marah.
“Tuan Nico, ada yang ingin aku katakana. Aku ingin hubungan diselesaikan. Mari kita putus dari hubungan yang saling menyakitkan ini. Aku sudah menyadari keinginanku hanya akan terus kita berdua. “ ucap Wanita itu pada pria dihadapannya yang malah terdiam begitu saja. Tatapan tajam mengarah pada kedua mata indah milik Reina. Dia tidak takut dengan tatapan pria itu.
“Apa maksudmu?”
“Mari kita sudahi pertunangan ini. Lagi pula kita tidak akan melajutkan ke jenjang pernikahan bukan? Kamu hanya menunggu aku mati dan aku tidak ingin hal itu. “ ucap Reina sebelum meninggalkan pria itu begitu saja. Dia peduli dengan rasa lapar yang menghinggapinya. Saat ini dia ingin pergi jauh dari pria gila itu. Sebernanya ada rasa takut saat melihat tatapan tajam dari pria itu. Dia tahu lawannya bukan manusia normal.
Suara keras terdengar dari luar restoran yang membuat Reina berbalik pada sumber suara. Saat itu dia melihat meja di hadapan Nico sudah berbalik. Pria itu sepertinya sangat marah dengan perminatan Reina. Tapi dia tidak peduli, cepat atau lambat dia tetap akan membatalkan pertunangan mereka. Apalagi pertunangan mereka bukan berhubungan bisnis keluarga jadi tidak ada yang berdampak pada pilihannya itu.