NovelToon NovelToon
Kanvas Hati

Kanvas Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Romantis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:939
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ramadhan

Berawal dari seorang Pelukis jalanan yang mengagumi diam-diam objek lukisannya, adalah seorang perempuan cantik yang ternyata memiliki kisah cinta yang rumit, dan pernah dinodai oleh mantan tunangannya hingga dia depresi dan nyaris bunuh diri.
Takdir mendekatkan keduanya, hingga Fandy Radistra memutuskan menikahi Cyra Ramanda.
Akankah pernikahan kilat mereka menumbuhkan benih cinta di antara keduanya? Ikuti kelanjutan cerita dua pribadi yang saling bertolak belakang ini!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4. ADA APA DENGANNYA?

Selesai makan Fandy berjalan kembali ke arah lapak, teringat insiden tadi dia mengecup Cyra lagi, bibirnya terasa manis seperti buah ceri, belum lagi sikapnya yang salah tingkah tadi dan malu, sangat menggemaskan di mata Fandy.

Setelah itu, Fandy menyiapkan pesanan lukisan kak Nia, lalu dia kemas rapi dengan buble wrap, setelahnya dimasukkan ke kotak besar agar aman dari benturan.

Siap semuanya, Fandy ke lapaknya bang Glen persis di sebelah lapaknya. Menitip sebentar lukisan jualan padanya, karena Fandy ingin mengantar lukisan pesanan.

“Bang Glen. Aku titip lapak dan lukisanku sebentar ya. Mau antarkan pesanan lukisan perempuan tadi ke kantornya,” jelas Fandy padanya.

“Oke Fandy, tenang saja aman. Nanti kalau ada yang mau beli lukisanmu aku kabari,” jawabnya.

“Makasih ya sebelumnya, maaf kalau merepotkan. Mari Bang,” pamit Fandy.

Fandy langsung bergegas ke area parkir motor. Vario merah kesayangannya untuk dinaiki, sebelum itu dia mencoba menghubungi kak Nia dahulu.

“Halo ini Kak Nia ya! Saya pelukis Fandy, yang Kakak beli lukisan kafe tadi,” sapa Fandy saat panggilannya sudah terhubung.

“Iya Bang benar, mau antar lukisanku ya?” Silahkan datang saja, nanti kalau sudah sampai di Lobby telepon saya lagi,” pintanya.

“Oke baik, ini saya sudah di motor menuju ke kantor Kak Nia. Mohon ditunggu kurang lebih tiga puluh menit jika tidak macet,” ucap Fandy.

“Iya Bang Fandy saya tunggu,” tutupnya singkat.

Motor Fandy meluncur keluar ke arah jalan raya utama. Jarak tempuh ke kantor kak Nia kalau tidak macet seharusnya hanya dua puluh menit saja.

Tidak lama kemudian Fandy sampai, setelah memarkirkan Varionya, lalu menuju Lobby utama PT Gilvy Indonesia dan menelepon lagi kak Nia. Katanya, Fandy minta diantarkan saja oleh resepsionis untuk ke ruangannya sambil membawa lukisan.

Ketika menunggu resepsionis mengantar Fandy, dari arah pintu masuk Lobby dia melihat Cyra melangkah dengan anggunnya.

Mata Fandy tidak berkedip saat melihatnya. Dia seperti melihat Fandy juga, perlahan datang menghampiri dan tersenyum.

“Abang pelukis di Blok M Square kemarin ya, mengantar lukisannya Nia. Apa sudah bertemu dengannya?” Cyra bertanya tetapi matanya menatap Fandy lekat seperti menahan sesuatu.

“Iya Kak Cyra benar, saya Fandy. Ini lagi tunggu kakak resepsionis mau mengantar ke ruangan kak Nia,” jelasnya dan spontan mengulurkan tangan pada Cyra untuk bersalaman, lalu mengenalkan namanya sekalian.

Cyra menerima uluran tangan Fandy, lalu Fandy menggenggam tangan Cyra agak lama.

"Dengan Bang Fandy ya. Kalau masih lama apa mau dengan saya saja sekalian ke atasnya?" Tawarnya sopan, tangan mereka masih saling menggenggam seolah enggan untuk melepas.

“Boleh, jika Kak Cyra tidak keberatan dan juga tidak mengganggu waktunya,” jawab Fandy seraya melepas genggaman tangannya pada Cyra dan tersenyum tipis.

“Tidak merepotkan Bang, saya memang mau ke atas juga. Ayo Bang kita ke lift sana!” Ajaknya dengan tersenyum juga.

“Ria, biar si abang ini aku saja yang temani ke ruangannya Nia.” Cyra berbicara pada resepsionis.

“Baik Bu, nanti saya telepon ke bu Nia kalau yang menemani abang Fandy yaitu Bu Cyra,” ujar Ria.

Fandy membawa lukisan dan berjalan mengikuti di belakang Cyra menuju lift. Cyra menekan tombol lantai 10.

Suasana di antara mereka mendadak hening, Fandy ragu untuk mengajaknya bicara, padahal insiden terakhir keduanya saling mengecup siang tadi masih segar diingatan.

Waktu terasa berjalan lambat, berdiri di sebelah perempuan cantik membuat Fandy gugup. Wangi parfum mahal Cyra tercium hidungnya, rambutnya juga masih tercium sampo aroma vanila.

Penampilan Cyra yang sangat rapi dengan blus putih berkerah, dan dipadukan setelan kantor warna hitam seakan memberi kesan dirinya seorang profesional dan elegan.

Semakin Fandy memperhatikannya, hatinya semakin berdebar-debar tidak menentu.

Cyra sepertinya merasa kalau Fandy memperhatikannya sedari tadi. Dia menunduk malu dan salah tingkah pada Fandy. Tangannya menempel pada rok span selututnya.

Tidak ada percakapan, diam, sepertinya mereka sama-sama mengingat insiden kecupan tadi.

“Rasanya ingin memeluknya meski sesaat tapi aku takut,” batin Fandy bergejolak. Lima menit kemudian, lift berhenti dan keduanya melangkah keluar.

“Bang Fandy, mari ke tempat Nia sebentar lalu saya tinggal untuk lanjut ke ruangan saya ya.” Cyra lalu berjalan mendahului, sepertinya merasa canggung.

“Baik Kak, terima kasih.” Fandy tetap berjalan di belakangnya.

Setelah itu mereka sampai di depan ruangan Nia, lalu Cyra menoleh ke arah Fandy sebentar dan tersenyum manis lalu pamit. Fandy juga membalas senyumnya seolah berterima kasih padanya.

“Tok...tok...permisi. Selamat siang Kak Nia.” Fandy mengetuk pintu ruangan dan masuk menyapanya. Nia lalu berdiri menyambutnya ramah.

“Siang juga Bang, terima kasih ya sudah mengusahakan cepat dikirim hari ini.”

“Sama-sama Kak. Apa mau dicek lagi lukisannya?” Tanya Fandy setelah meletakkan lukisannya di tembok dekat meja kerjanya.

“Tidak perlu Bang, saya percaya lukisannya seperti yang saya lihat langsung di lapak,” tolaknya dengan yakin.

“Ok, jika nanti ada yang ingin ditanyakan seputar lukisan, atau hal lainnya, Kak Nia dapat menghubungi lagi. Kalau begitu saya rasa cukup, saya pamit pulang ya Kak. Terima kasih sudah membeli lukisannya,” ujar Fandy.

“Sama-sama Bang, mari saya temani sampai ke lift tadi.” Nia berjalan menemani sampai Fandy masuk lift, dia menunggu hingga pintu tertutup.

Tidak lama kemudian lift berhenti di area Lobby, Fandy berjalan perlahan keluar kantor.

Saat akan melewati pintu keluar, dari arah dalam Cyra berjalan keluar juga dengan terburu-buru sambil bertelepon dengan seseorang.

Cyra lalu berhenti berjalan tidak jauh dari pintu masuk, lalu diam berdiri dan terus berbicara di telepon.

Tampak emosi dan seperti ingin menangis, Fandy mendengar sekilas Cyra sedang berdebat dengan si penelepon.

Fandy menatapnya heran, seakan ingin bertanya apa yang terjadi padanya.

“Kamu bilang kalau cuma cinta hanya aku, tapi nyatanya kamu selingkuh di belakangku.” Ucapan Cyra saat bertelepon, Fandy dengar sangat jelas.

Fandy masih berdiri di belakangnya. Cyra tidak sadar, Fandy mengamatinya sedari tadi.

“Dasar penipu!, memang itu kenyataannya. Ada seseorang yang mengirim bukti perselingkuhanmu di hotel dan di apartemenmu. Jelas-jelas itu kamu dan perempuan simpananmu, jangan mengelak lagi Boy.” Cyra tampak emosi.

“Seminggu lalu saat di apartemenmu, kamu memberi sesuatu di dalam minumanku dan melakukan hal terlarang pada tubuhku disaat aku tidak sadar, lalu mengaku khilaf seolah tidak bersalah dengan alasan kita sudah bertunangan dan akan menikah tidak lama lagi.”

“Sudah tidak perlu, jangan kamu harap dapat menemuiku lagi. Nanti aku bicara sama Mama dan Papaku kalau kita putus, dan pertunangan ini tidak akan berlanjut ke pernikahan."

"Jangan hubungi, atau mencari aku lagi dimanapun itu, apalagi menelepon kedua orangtuaku, paham kamu bajingan!, dasar penjahat kelamin, tidak sadar diri dan tidak puas hanya dengan satu perempuan.” Cyra makin emosi dan menutup teleponnya sepihak.

Setelah itu Cyra menangis tersedu-sedu dan menghapus air mata dengan punggung tangannya.

Fandy menengok di sekeliling mereka, apakah ada orang lain yang melihat atau memperhatikannya selain Fandy, untungnya hanya ada dia sendiri di belakang Cyra.

Setidaknya Cyra tidak malu tadi, sempat emosi ditelepon dan menangis sesudahnya.

“Ada apa dengan Cyra? Apa dia bertengkar hebat dengan kekasihnya tadi? Apa ada hal lain sampai dia terlihat sangat emosi?” Fandy terus bertanya dalam hati sambil melihat Cyra lagi.

Tidak lama kemudian, Cyra yang masih menangis, berjalan cepat keluar area kantor ke arah jalan raya.

Spontan kata hati Fandy berkata untuk mengikutinya, karena melihat kondisi diri Cyra terlihat frustasi dan sangat kecewa. Takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Fandy mengejar dan memanggilnya.

“Kak Cyra tunggu!, mau kemana?” Fandy menahan tangannya, tetapi Cyra menepis tangan Fandy.

“Please Bang!, jangan ikuti aku,” mohonnya pilu.

Sampai di dekat jalan raya, tiba-tiba Cyra seperti sengaja menabrakkan dirinya ke arah mobil yang melintas.

Pengendara mobil itu mengira perempuan tadi ingin menyebrang, dia berusaha menghindar dan menginjak rem tetapi terlambat.

Braakkk..., tubuh Cyra terpental jatuh di tengah-tengah jalan raya.

Ada tiga mobil di belakangnya ikut berhenti, lalu melihat apa yang sedang terjadi. Membuat sedikit kemacetan di dekat Cyra jatuh tadi.

Fandy berlari cepat mencari Cyra, dan si pengendara tadi lalu keluar dari mobilnya.

Fandy sempat terkejut dan panik, lalu ikut menghampiri ke arah Cyra. ”Ya Tuhan, apa yang terjadi di depan mataku ini?” batinnya seolah tidak percaya.

1
Syahril Salman
semangat lanjut kakak 💪😍
Syahril Salman: sama2 kak😍
total 2 replies
Mericy Setyaningrum
Romantis ceritanya ya Kak
Lia Ramadhan 😇😘: makasih banget kak untuk supportnya🙏🤗
total 3 replies
Syahril Salman
jadi tambah bagus kak covernya 😍👍
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Syahril Salman
Ceritanya bagus, simple dan mudah dimengerti. Saya suka karakter Fandy yang berkomitmen, padahal belum mengenal Cyra lebih jauh tetapi berani memutuskan akan menikahinya.
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak untuk ulasan positifnya🙏
total 1 replies
Syahril Salman
lanjutkan kk ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!