NovelToon NovelToon
Siapa Aku Di Sisimu?

Siapa Aku Di Sisimu?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Nikah Kontrak / Cinta pada Pandangan Pertama / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Shalema

Sepuluh tahun ingatan Kirana terhapus. Saat membuka mata, Kirana mendapati dirinya sudah menikah dengan pria asing yang menyebutnya istri.

Namun, berbeda dengan kisah cinta yang diharapkan, pria itu tampak dingin. Tatapannya kosong, sikapnya kaku, seolah ia hanya beban yang harus dipikul.

Jika benar, Kirana istrinya, mengapa pria itu terlihat begitu jauh? Apakah ada cinta yang hilang bersama ingatannya, atau sejak awal cintanya memang tidak pernah ada.

Di antara kepingan kenangan yang terhapus, Kirana berusaha menemukan kebenaran--- tentang dirinya, tentang pernikahan itu, dan tentang cinta yang mungkin hanya semu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shalema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku ingin melukis

Sudah tiga hari ini, Kirana ditemani Barra. Barra betul-betul menjaganya. Dia tidak beranjak dari sisi Kirana. Bahkan, pekerjaannya pun di bawa ke rumah sakit.

Setiap hari, orang-orang silih berganti datang ke kamar Kirana. Bukan untuk menjenguknya, tapi menemui Barra. Kirana bersyukur. Ia lega tidak harus berusaha mengingat mereka. Dan, tidak perlu takut karena tidak mampu mengenal mereka.

Orang-orang itu terlihat mengenal dan mengetahui namanya. Tapi, tak ada satupun yang wajahnya familiar bagi Kirana.

Mereka menyapanya sekilas. "Selamat pagi Bu Kirana. Bagaimana kondisi Ibu?"

Kirana hanya menjawab singkat "Baik."

Dan, pembicaraan pun selesai.

Jika dilihat dari jumlah orang yang datang menemui Barra, Kirana menerka jika suaminya itu memegang jabatan penting.

Kirana sering mendengar mereka melaporkan sesuatu atau meminta tanda tangan Barra.

Apa jabatan dan di mana Barra bekerja, Kirana tidak tahu. Karena meskipun Barra tidak beranjak dari sisinya, Kirana nyaris tidak berbicara dengan Barra.

Barra hanya bicara seperlunya saja. Sama seperti bu Wulan. Bedanya bu Wulan sibuk memainkan ponsel atau menonton TV, Barra sibuk bekerja di depan laptop atau tablet.

Sebetulnya, banyak hal yang ingin ditanyakan Kirana pada Barra. Hal-hal yang tidak diingat namun penting, seperti bagaimana mamanya bisa terkena serangan jantung. Setahu Kirana mamanya tidak punya riwayat penyakit jantung.

Lalu, papanya pergi ke mana? Apa alasan kepergiannya hingga tidak seorang pun yang tahu keberadaannya.

Kalau Kirana tidak bertanya pada Barra, kepada siapa lagi ia harus mencari infomasi.

Kirana juga penasaran tentang bagaimana kisah perjalanan mereka. Bagaimana mereka bertemu, kapan mereka menikah, di mana mereka tinggal.

Tapi, Barra seakan menjaga jarak dengannya. Barra hanya berbicara terkait kebutuhan atau perawatan Kirana.

Dokter memang melarang Kirana agar tidak berusaha keras mengingat masa lalunya.

"Ada Syaraf otak dari Ibu Kirana yang terkena benturan hebat. Sehingga otaknya tidak bisa diminta untuk melakukan pekerjaan berat, termasuk mengingat. Jika dipaksakan, akan berbahaya," jelas dr. Nurman di hari pertama Barra menemani Kirana.

Tapi, itu bukan berarti Kirana dibiarkan tidak mengetahui apapun tentang hidupnya selama sepuluh tahun.

Kirana memandang keluar jendela.

"Aaah," keluhnya bersuara cukup keras.

Barra menegakkan kepala. "Ada yang kamu butuhkan, Kira?"

"Ehh, tidak ada, Mas."

"Hari ini jadwalmu fisioterapi, kan?"

"Iya, biasanya jam 9."

"Ada yang perlu disiapkan?" Barra mendekati ranjang Kirana.

"Enggak ada. Hanya butuh tenaga. Tadi, aku sudah makan banyak."

Barra membuka lipatan kursi roda, menguncinya. Lalu tiba-tiba, ia mengangkat Kirana, dan mendudukkannya di atas kursi roda.

"Eeeh, mau ngapain Mas?" mata Kirana membulat.

Mentang-mentang kuat, gendong-gendong seenaknya, gerutu Kirana dalam hati.

Barra kemudian memakaikan cardigan di tubuh Kirana. Kirana pasrah dengan wajah bingung.

"Kamu tahu di mana ruangannya?" tanya Barra.

"Ruangan apa?" Kirana balas bertanya.

"Fisioterapi."

"Tahu.."

Barra lantas mendorong kursi roda keluar kamar.

"Kita mau ke sana sekarang? Ini baru jam 8. Masih lama!" protes Kirana.

Barra tidak menggubrisnya.

"Sus, saya mau membawa istri saya jalan-jalan ke taman. Habis itu langsung ke ruangan fisioterapi."

Kirana mendongkakan kepalanya, berusaha melihat wajah Barra.

Dia akan mengajakku ke taman. Kirana merasa senang. Ia tersenyum.

"Baik, Pak!" sahut suster Dian seraya mengedipkan sebelah matanya pada Kirana.

Sesampainya di taman, Kirana menghirup udara, memenuhi rongga dada dengan wangi bunga. Sudah lama sekali sejak Kirana merasakan udara segar.

Kirana memejamkan matanya, membiarkan sinar matahari mengenai wajahnya.

Semilir angin berhembus seakan tidak mau ketinggalan menyentuh Kirana. Sejuk. Matanya berbinar, bibirnya terus tersenyum.

Barra terus memandanginya dalam diam. Kembali, sorot matanya tidak terbaca.

"Mas... Aku boleh minta sesuatu?" Kirana mendongkak melihat ke arah Barra.

"Apa?"

"Aku boleh minta tolong dibawakan peralatan lukis? Punyaku yang ada di rumah. Aku ingin melukis. Aku ingin melukis bunga-bunga cantik ini."

Tidak ada respon.

Kirana berpikir Barra tidak mengijinkannya. Ia lalu melanjutkan dengan sedikit nada merayu. "Aku bosan Mas di kamar. Setidaknya kalau aku melukis bisa sekalian melatih fokus dan motorikku juga. Itu kan juga termasuk dalam terapiku. Boleh ya Mas?"

Tidak ada jawaban.

Kirana menurunkan pandangannya. Kecewa.

Barra mendekati Kirana, memegang dagunya. Memaksa Kirana melihat ke arah matanya. "Kamu betul ingin melukis lagi?"

"Iya... " jawab Kirana heran karena Barra menatapnya dengan tajam. Saking tajamnya Kirana merasa tatapan Barra menembus jantungnya.

"Baiklah... Nanti kubelikan!" putusnya setelah beberapa saat.

"Betul Mas? Terima kasih banyak Mas," ucap Kirana senang. Tangan Kirana melingkar di pinggang Barra. Memeluknya erat.

Tersadar. Kirana segera melepaskan Barra. Sementara, Barra masih berdiri memandanginya.

Ngapain pakai peluk-peluk sih Kirana.... rutuknya.

"Sudah mau jam 9, di lantai berapa ruangannya?"

"Di lantai 5, Mas."

Barra mendorong kursi roda Kirana menuju lantai 5.

***********

"Hhhh... Hhhhh... Hhhh," Kirana terengah-engah mengambil nafas. Ia baru saja berlatih berjalan dengan menggunakan walker.

"Ayo, Bu! Ibu pasti bisa! Tinggal sedikit lagi! Tadi sudah 15 langkah. Pasti bisa mencapai 25. Kita coba lagi ya, Bu!" terapis Kirana membantunya berdiri kembali.

"Sebentar, Pak. Aku ambil nafas dulu," mohon Kirana.

Kirana berdiri. Ia mencoba mengumpulkan segenap kekuatannya.

Kirana melihat Barra berdiri di balik kaca ruangan . Kedua tangan Barra berada di kantung celana. Wajahnya tidak menampilkan ekspresi apapun.

"Euuh...." Kirana melangkahkan kakinya.

"1...2...3...4," terapis mulai menghitung.

Mata Barra menggelap. Dia lantas keluar, meninggalkan Kirana yang sedang berjuang mengembalikan dirinya seperti sebelum kecelakaan.

********

"Kira... Kira... Bangun Sayang," Kirana sayup-sayup mendengar suara Barra memanggilnya.

Apa tadi dia bilang...? Bangun Sayang... Kirana menajamkan indera pendengarannya.

"Kira... Bangun. Kira... "

Ah, hanya halusinasi! Pasti tadi aku sedang setengah bermimpi. Kirana membuka matanya.

"Bangun, saatnya makan malam."

Tadi, Kirana lelah sekali setelah sesi fisioterapi. Ia langsung tertidur. Sekarang pukul 17.30, waktunya makan dan minum obat.

"Aku ingin mandi dulu, Mas. Badanku lengket semua."

"Sudah terlalu sore. Di lap saja." Barra menekan bel memanggil perawat.

Barra mengambil tothbag di atas meja, kemudian menyerahkannya pada Kirana. "Ini! Aku tidak tahu apakah sudah sesuai dengan kebutuhanmu atau belum."

Kirana melongok ke dalam tothbag. Matanya berbinar. Ia melihat ada sketchbook, satu set pensil gambar, penghapus, kuas, cat arklirik.

"Sudah Mas! Terima kasih Mas!" ucap Kirana dengan semangat.

"Hmmm.... "

"Permisi, Pak, Bu, tadi memanggil," seorang perawat masuk.

"Iya, Sus. Istri saya ingin bersih-bersih. Di lap saja," Barra melangkah menjauhi ranjang Kirana.

"Baik Pak! Saya siapkan air hangat dan washlap-nya dulu."

Barra duduk di sofa dan kembali membuka laptop. Wajahnya serius.

Barra melihat layar laptop kemudian beralih pada kertas di tangannya, lalu memandang laptop lagi. Ia tidak menyadari Kirana sudah selesai bersih-bersih, dan perawat sudah kembali ke ruangannya.

"Mas...," Kirana memanggil.

Barra tidak mendengar.

"Mas Barra!"

Barra terlonjak... ia memandang ke arah Kirana.

"Sudah selesai?" Barra mencari sosok perawat.

"Sudah dari tadi! Aku lapar..., " kata Kirana dengan nada merajuk.

Sekilas Kirana melihat garis mulut Barra tertarik ke atas.

Barra menyiapkan makanan, yang sudah diberikan perawat, di hadapan Kirana.

Kirana memandang nampan makanannya. Ia menarik nafas berat. Ada daging, keluh Kirana.

Ia masih kesulitan memotong daging dengan pisau.

Kirana baru akan menusuk daging, saat tiba-tiba, Barra mengambil garpu dari tangannya. Barra memotong daging, kemudian mengangkatnya ke arah mulut Kirana.

"Aaaa..." Barra bersuara.

Kirana terpaku. Barra ingin menyuapinya? Pasalnya selama ini Barra tidak pernah menyuapinya. Dia hanya membantu menyiapkan dan merapikan nampan pasien Kirana.

"Buka mulutmu!" pinta Barra melihat mulut Kirana masih tertutup.

"Gak usah Mas! Aku bisa makan sendiri," Kirana mencoba mengambil garpu dari Barra.

Barra berkelit dengan memegang tangan Kirana lalu menggenggamnya. "Kali ini, aku ingin menyuapimu!" tegas Barra. Nada suaranya tidak bisa dibantah.

Kirana menurut. Ia membuka mulutnya lalu membiarkan Barra menyuapinya hingga habis.

Selama Kirana makan, Barra tidak melepaskan tangan Kirana yang digenggamnya.

Hangat. Kirana merasakan kehangatan dari telapak tangan suaminya.

Namun, sorot mata Barra yang terus menatapnya berbeda. Dingin. Barra menatapnya dengan tajam dan dingin.

Sampai hari ketiga ini, Kirana belum bisa menebak perasaan Barra yang sesungguhnya.

Meskipun, Kirana tidak ingat pernah menikah, tapi ia tahu bagaimana perlakuan suami yang mencintai istrinya.

Apalagi Kirana sudah koma selama tiga bulan. Sang suami seharusnya memberikan perhatian dan kasih sayang berlimpah, seperti di dalam novel atau film romantis.

Tapi, Kirana tidak melihat atau merasakan itu dari Barra.

Lalu, bagaimana dengan perasaan Kirana sendiri? Bagi Kirana, Barra adalah orang asing yang tiba-tiba berlabel suaminya. Ia belum bisa memastikan perasaannya terhadap Barra.

Yang Kirana tahu, jantungnya berdegup kencang saat berdekatan dengan Barra. Apalagi jika ditatap seperti sekarang, jantungnya ramai seperti genderang perang.

**********

Duh, sebetulnya bagaimana hubungan Barra dan Kirana sebelum kecelakaan? Apakah mereka saling mencintai? Atau....

Yuk, ikuti kisah mereka terus!

Terima kasih sudah mampir. Kalau kalian suka dengan kisah Barra dan Kirana ini, bisa tinggalkan jejak, like, comment, bintang 5 dan vote. Karena dukungan kalian sangat berarti untukku :)

1
Dasyah🤍
banyak banget kalo ngak bisa kamu habiskan Rp nya bagi yah soalnya aku kere sekarang 🤣🙏
Dasyah🤍
Ambil sekalian tokonya boleh ngak mas 👉👈
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
kenapa kirana jadi misterius bagi ku yaa😭
Iqueena
Mungkin Barra nyuruh Bu Wulan supaya gak terlalu ramah sama Kirana
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
kok jadi puyeng akuu/Facepalm/
Iqueena
Eyyy, kamu kah dalang di balik kecelakannya
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
semoga lekas pulih kirana/Cry/
Iqueena
Ohhhh jadi kamuu
Iqueena
Jadi ikut penasaran
Iqueena
Kirana, kirim lokasi deh, aku jengukin
Aquarius97 🕊️
bara takut Kirana kenapa2 kan dia blm siap tuh ...untuk menerima
Aquarius97 🕊️
ah mengacau saja kau bu
Aquarius97 🕊️
enak tuhhh kirana, akupun sukaa
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Ini kecantikan indonesia tulen 😍
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Barra ganteng bgt euy, 😍😍
Avalee
Apapun masalahnya, makan solusinya 🤣🤣🤭
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Biarin aja bu Wulan, si Kira sedang mengerjakan project memikat hati suami lewat perut, setelah itu ke bawah perut wkwkwk
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Madih mnjadi misteri, dn aku nggk sabar kpn misteri itu akn terungkap
Avalee
Malah mengalihkan pembicaraan 🗿🗿 kamu loh bikin kita penasaran mazzt bar 😱
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
mndg km fokus untuk membuat barra bahagia aj kira, mgkn dg brjlnnya wktu barra bs bnar2 mncintqimu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!