Terlahir dari keluarga yang kaya Raya, Justin Alexandre tidak kekurangan apapun dalam hidupnya, apapun yang Dia inginkan selalu terpenuhi. Namun kehidupan kelam menyelimuti perjalanan hidupnya sejak Dia berumur dua belas tahun, kedua orang tuanya bercerai dan sudah memiliki kehidupan masing-masing. Justin Hidup bersama Om dan Tante yang merawatnya sudah seperti anak sendiri. mereka hanya punya Justin jadi kasih sayangnya tidak terbagi sama sekali. walau demikian Justin masih tetap membutuhkan sosok orang Tua yang hilang sejak perceraian itu terjadi. Dia sangat membenci kedua orang tuanya, oleh sebab itu perubahan sikapnya menjadi Angkuh,sombong dan tidak berperasaan. hanya kepada Om dan Tantenya lah Dia bisa luluh dan kalah. Namun suatu Hari tanpa di sengaja, Dia bertemu dengan seorang Gadis sederhana dengan kehidupannya yang juga sederhana Cantik, berbakat, dan baru lulus kuliah. Akhirnya...Justin Jatuh cinta pada pandangan pertama, akankah Cinta Justin berbalas...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SiskaahmaristhaBie95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Arena Bekerja!
Chapter 4
Pagi-pagi sekali Gadis itu sudah berangkat kekantor, mengingat peraturan CEO sangat ketat Arena tidak mau membuat masalah di hari pertama Dia bekerja. setelah tiba di kantor Arena memarkirkan sepeda motor, Dia melihat jam di tangan sudah pukul tujuh tiga puluh. " *Hah, sepertinya Aku sudah menjadi Karyawan teladan*!" Arena memuji dirinya sendiri. Dia pun langsung masuk kekantor dan menuju ruangan Tuan Muda. "*Sebaiknya Aku mengemasi barang-barang Tuan Muda dulu, ya...hitung-hitung cari muka Hihi*" Arena tertawa kecil.
Setelah di ruangan Tuan Muda, Arena mulai mengemasi barang-barang yang sedikit berantakan, menyapu debu-debu diatas meja dan memperbaiki kursi-kursi yang sedikit berantakan. " Ruangannya cukup rapi, dan Tuan Muda memang terlihat benar-benar disiplin" sembari mengangguk-angguk kan kepala Arena terus memutari meja kerja CEO.
Dari luar Bagas dan Justin menyadari Arena sudah datang, benar-benar On Time (tepat waktu).
" Tuan, bukankah itu Nona Arena?" Bagas mengintip dari celah pintu
" Apa yang Dia lakukan di dalam?" Justin kembali bertanya
" Tuan lupa, sekarang kan Nona Arena asisten pribadi Tuan! Dia belum tau ruangannya jadi mungkin Dia menunggu saja di ruangan Tuan Muda" jelas Bagas
" Ya sudah, Kamu kembali dulu! biar Saya yang tangani"
" Siap Tuan!" Bagas beranjak dari tempat
setelah Bagas tak terlihat, Justin bergegas merapikan rambut dan jas yang Ia kenakan "Sepertinya Aku sudah sangat rapi! Ah sudah lah" Justin bergumam lirih lalu masuk ke ruangannya pelan.
Arena tidak menyadari kedatangan Justin, Dia sibuk merapikan berkas-berkas yang ada di rak.
" Eheeem! (Justin mendehem )" Arena kaget dan langsung melempar kemoceng yang ada di tangannya
" Ah, Tuan! Tuan sudah datang, maaf Saya lancang! Saya...Saya tidak tau harus berbuat apa jadi Saya kemasi barang-barang Tuan!" Arena menjelaskan sedetail-detailnya.
Justin hanya menatap tajam ke arah Gadis itu tanpa bersuara sedikitpun.
" Tuan, Saya benar-benar minta maaf!" Arena mengalihkan pandangan dari tatapan tajam CEO.
perlahan Justin mendekat dan langsung merangkul pinggang Arena, sontak Gadis itu kaget!
" Tuan, lepaskan! ini tidak baik," Arena berusaha melepas tangan Justin dari tubuhnya
" Apa... Saya semenakutkan itu?" Justin bertanya dengan wajah serius
" Tidak Tuan, Tuan... baik! (walau tidak pada kenyataannya,) " sambung Arena dalam hati.
" Heh! (Justin mendengus) Kamu cukup buruk dalam berbohong"
Justin melepas pelukannya...
CEO langsung meraih ponsel dan menelpon Bagas
" Hallo, Bagas! tolong bawa meja dan kursi ke ruangan Saya, sekarang!" pinta Justin tegas
Telpon terputus...
" Tuan, dimana ruang kerja Saya?" Arena memberanikan diri bertanya
Tak lama setelah itu Bagas datang bersama tiga karyawan dengan membawa kursi dan meja kerja.
" Letakan di sana" perintah Justin
" Sudah Tuan Muda".
" Kalian boleh Keluar!"
mereka pun langsung keluar, sekarang hanya tinggal Justin dan Arena saja di ruangannya.
" Itu adalah meja kerja Kamu!" jelas Justin
" Hah! kita satu ruangan Tuan? apa... Asisten pribadi harus satu ruangan juga?"
Justin benci pertanyaan, Dia kembali melihat sinis ke arah Arena! Arena yang di tatap menyadari bahwa pertanyaannya tidak membuat CEO nyaman.
" Maaf Tuan! baiklah Saya akan mulai bekerja" Arena menundukkan wajah lalu berjalan ke meja kerjanya ( "Astaga! kalau setiap hari begini bisa-bisa Aku pingsan") Arena ngedumel dalam hati
Arena pun mulai bekerja, mengatur skejul-skejul pertemuan Tuan Muda dengan para Klien besarnya. merapikan laporan-laporan karyawan sebelum di serahkan ke CEO. hari pertama bekerja berjalan dengan baik tanpa ada kesalahan.
Jam makan siang pun tiba...
Huuuuh! akhirnya... sorak kecil Arena
Gadis itu membuka bekal yang Dia bawa dan ingin makan di luar sambil bersantai! namun saat hendak keluar Tuan Muda menahannya.
" Kamu mau kemana?"
" Mau... keluar Tuan, inikan jam istirahat!"
" Disini saja, temani Saya" pinta Justin
" Inikan jam istirahat, kenapa masih di atur sih!" Arena hanya bisa nedumel didalam hati
" Keberatan?" Justin kembali bertanya
" Ah, haha tidak Tuan! " Arena kembali duduk di kursinya
Justin mendekat, dan langsung duduk di sebelah Arena
" Kamu bawa apa? apa sekarang masih jaman membawa makanan dari rumah?"
" Ini lebih sehat Tuan, Saya yang memasaknya sendiri! Tuan... mau coba?" Arena menawarkan
" Saya tidak tertarik"
" Ya...Baiklah, Saya tidak akan memaksa Tuan!"
Arena menyantap bekal yang Dia bawa tanpa memperdulikan CEO di sampingnya.
(" Gadis ini benar-benar tidak peka, bukannya membujuk malah tidak ambil peduli Huh") Justin kesal Arena mengabaikannya.
" Sepertinya enak!" Justin kembali membuka pembicaraan
" Eemmmm ( sembari mengangguk) sederhana dan menyehatkan" Arena tersenyum bangga
" Lanjutkan Saja, Saya masih ada kerjaan!" Justin kembali ke kursinya
" Tuan benar-benar tidak mau mencicipi?" Arena kembali menawarkan
" Tidak!" jawab Justin tegas bercampur kesal.
Selesai makan, Arena kembali bekerja! Dia menyesuaikan laporan-laporan yang masuk. benar-benar tidak di ragukan, Arena Gadis yang cerdas dan berbakat dalam bidang apapun! pembawaannya yang tenang dan santai membuat pekerjaan terlihat lebih mudah.
Justin asik memperhatikan, sepertinya Dia benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama. tiga puluh empat tahun hidup, baru kali ini Justin merasakan perasaan yang beda saat melihat Arena. perasaan ingin memiliki dan tidak mau kehilangan! Arena menyadari CEO terus menatap, membuat Gadis itu sedikit tidak nyaman.
" Tuan, Apa ada yang ingin Tuan bicarakan?" Arena membuyarkan lamunan Justin
" Tidak! lanjutkan bekerja"
Arena mengangguk, kemudian melanjutkan pekerjannya...
waktu begitu cepat berlalu...
jam pulang pun tiba...
Arena sudah menyiapkan semua pekerjaan, dan waktunya untuk pulang... yeaaay... seperti Gadis pada umumnya, Arena begitu ceria pembawaannya! hal-hala konyol yang Dia lakukan selalu Justin perhatikan
" Tuan, Saya permisi dulu! sampai ketemu lagi besok"
Arena keluar dari ruangan,
saat membuka pintu, Arena kaget para karyawan terjatuh karena mereka menyender di pintu ruangan CEO.
Gubbbrak...
Astaga... Arena tercengang
" Kalian kenapa ada disini?" tanya Arena dengan polosnya
" Kalau masih mau bekerja, kembali ke tempat!" teriak Justin membuat para Karyawan ketakutan.
mereka berlari dan kembali ke tempat masing-masing.
"The power off Tuan Muda, benar,-benar luar biasa!" Arena bergumam dalam hati
" Tuan, kalau begitu Saya permisi dulu Hehe" Arena berlari keluar takut nanti Tuan Muda berubah menjadi singa
Arena sudah di perjalanan menuju pulang, melihat ada jagung rebus Dia mampir dan membeli beberapa buah! apapun yang Dia lakukan, selalu saja teringat kedua kakaknya. " Kakak pasti menyukai ini" sembari tersenyum Arena kembali ke sepeda motornya.
Bruuuukkk...
Arena terjatuh karena menabrak seseorang
" Maaf! Kamu tidak apa-apa" Suara lelaki itu seperti tidak asing di telinga Arena
Lelaki itu mengulurkan tangan, saat Arena menoleh ternyata benar adanya Dia adalah Dikta Mahendra ( kekasih masalalu Arena )
" Arena! Kamu... Arena kan?"
" Kak Dikta,! "
mereka sama-sama kaget
" Tidak menyangka Kita bertemu disini, Kamu nggak apa-apa kan?"
" Tidak Kak, Aku baik-baik aja"
" Kamu apa kabar?"
" Aku baik, Kak Dikta sendiri bagaimana?"
" Seperti yang Kamu lihat! (sembari tersenyum kecil)"
" Ah, haha syukurlah Kak! kalau gitu Aku permisi dulu Ya, karena sudah sore"
" tunggu Arena,!"
" Ada apa Kak?"
" boleh mintak kontak Whatsapp Kamu? Yaa.. supaya kita tidak kehilangan kontak lagi" jelas Dikta
" Mmm, boleh!"
mereka bertukar Kontak, setelah itu Arena berpamitan karena hari sudah mau magrib.
sepanjang perjalanan Arena tak hentinya tersenyum, Dia tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan cinta pertamanya setelah sekian lama. rasa deg-deg an itu masih sama, saat pertama kali mereka bertemu dulu. Dikta meninggalkan Arena bukan tanpa alasan, Dia menempuh pendidikan ke Australia dan menetap selama enam tahun, dan sejak saat itu mereka kehilangan kontak, waktu itu Arena masih kelas tiga Sekolah Menengah Atas (SMA). Dan sekarang mereka di pertemukan lagi dengan versi terbaik masing-masing.
setelah tiba di rumah Arena melihat kedua kakaknya sudah pulang, Dia pun langsung masuk kedalam dengan membawa jagung yang sudah Dia beli tadi.
" Kakak...!"
Arena berlari dengan bahagia...
" Kak, tebak tadi Aku ketemu siapa?"
" ya mana Kakak tau, kan kita baru ketemu!" Sofia menjawab dengan jujur
" Kak... serius!"
" Iya serius, coba Kamu tanya Kak Cahya! pasti jawabannya sama"
" Lagian heboh banget, memang nya Kamu ketemu siapa?" Cahya mulai nimbrung
" Kak Dikta!"
" Dikta...cinta masa SMA Kamu itu?" kak Sofia langsung teringat
" Yupppsss! Kakak memang pintar, Dia masih ingat Aku kak! dan Dia minta kontak Aku"
" Sebahagia itu Kamu Ren?" Cahya sedikit mengejek
" Iyalah, namanya juga cinta pertama! lagian kak Dikta juga makin ganteng sekarang" Arena terpesona
" gantengan mana sama Bos Kamu sekarang?"
" Ya ... sama sih Kak, sama-sama ganteng tapi... kak Dikta itu lembut dan selalu senyum! beda sama Bos Aku, udah galak, serem, dingin lagi" tiba-tiba Arena kesal
" Haha awas, jangan terlalu benci! nanti jadi Cinta" goda Sofia
" Ihh, Kakak! No way nggak akan kak"
" Ya sudah mandi dulu Sana" pinta Cahya
" siap bos! ni ada jagung rebus untuk kalian"
" waah baik sekali adikku, terimakasih! sering-sering ya," goda Sofia
mereka sama-sama melepas tawa...
Arena kekamar dan bergegas mandi hari sudah hampir malam,
sejak dulu Arena memang mengagumi Dikta, selain tampan dan cerdas Dia juga sangat baik hati. tidak pernah menyakiti apalagi berkata kasar. mereka juga tidak ada kata putus! namun perpisahan itu lah yang membuat mereka terpisah, Arena tidak berani berharap enam tahun bukan waktu yang singkat! Dia takut sekarang Dikta sudah punya kekasih. apapun jalannya, yang terpenting mereka di pertemukan kembali mengagumi mungkin lebih dari cukup untuk sekarang...
bersambung...
lagi semangat,-semangatnya Guys... bantu vote ya saling support 🤗🤗🤗 selamat membaca 🙏🙏🙏😍😍😍
jangan lupa mampir ke akunku... 🤗🤗🤗